Setelah "mimpi" itu, aku mulai menemukan sesuatu yang lebih seram dari pada bertemu orang lain, diriku sendiri. Lebih spesifik lagi, bayangan diriku sendiri. Setelah mimpi itu, aku mulai menumbuhkan paranoia yang abnormal dengan bayanganku sendiri. Apakah bayangannya akan hilang lagi, apakah bayangannya akan memakanku, atau aku mulai menjadi gila! Selain itu, hari kedua sekolah memulai, dan aku masih malu dari kejadian kemarin. Semoga semuanya sudah lupa tentang kejadian itu. Yah, aku salah. Saat aku masuk kelas, aku bisa melihat semuanya tertawa atau senyum sendiri saat melihatku. Satu kelas melakukan ini kecuali satu orang, Rachel.
Aku selalu duduk di sebelahnya untuk hari itu, dan untuk pertama kali di hidupku, aku mulai merasa nyaman dengan dia. Walaupun kita tidak berbicara sama sekali, ia tetap sangat baik padaku. Aku masih tidak percaya penuh kepadanya, tetapi dari semua anak yang di kelas, di sekolah, Rachel paling baik. Saat sekolah selesai, Rachel menanyakanku,
"Hollis, nanti aku sama temen-temenku mau nonton film di mall, mau ikut gak?"
Aku tidak ada pilihan selain menjawab,
"Boleh, boleh"
"Ok, nontonnya besok jam 4 ya."
Jadi besok jam 4 sore, aku akan menonton film dengan Rachel dan teman-temannya. "AAAAAAAAAAAAAAA" aku teriak ke bantalku. Aku kesal sendiri karena aku membilang "iya", karena pasti kalau dengan teman-temannya, ada banyak orang yang akan ikut. Terakhir kali aku mencoba memperkenalkan diri, akau tersandung, aku sedang memikirkan semua kemungkinan aku bisa mengacaukan diri sendiri kali ini. Walaupun aku sedang stres sendiri, aku harus preperasi untuk menonton film itu. Aku hanya butuh memakai baju yang bagus, sepatu bagus, dan aku siap berangkat.
Saat aku makan malam, aku berpikir baju apa yang mereka akan pakai, konversasi-konversasi yang akan ada, dll. Ada banyak hal yang harus aku tangani. Jadi kemudian aku pergi tidur, memejamkan mata, dan berharap besok akan baik-baik saja.
Aku tertidur pulas. Tetapi saat aku membuka mata, aku melihat bahwa aku ada di dapur lagi. Aku tetap sangat kscil, tetapi kali ini, semuanya gelap. Aku tidak bisa melihat terlalu jelas. Aku tahu itu dapur karena aku berada di samping sepasang sepatu yang sama seperti "mimpi" yang sebelumnya. Tetapi kali ini, ada yang salah. Bayangan yang aku lihat sangat mengerikan. Beberapa memiliki kaki cacat, lengan robek, kepala hilang, dll. Dan seperti terakhir kali, bayangan terbesar yang aku bisa melihat, adalah bayanganku sendiri.
Sebelum bayangan melihatku, aku merunduk di belakang sepasang sepatu dan sepertinya, aku aman. Untuk sekarang. Aku harus mencari tahu mengapa mengapa aku ada di sini dan mengapa bayanganku adalah yang terbesar di antara yang lainnya. Sebelum aku bisa memikirkan lebih banyak penjelasan tentang mengapa aku di sini, bayangan itu menemukanku...
Aku berlari secepat mungkin lagi, tetapi seperti terakhir kali aku di sini, itu tidak banyak membantu. Bayangan itu ingin menginjakku. Aku tau sebelum aku diinjak, aku akan bangun dari "mimpi" ini, jadi aku tidak setakut yang sebelumnya. tetapi tidak seperti terakhir kali,
Aku.
Tidak.
Bangun.
Aku bisa merasa dan mendengar tulang rusukku patah saat diinjaknya,
Aku tidak bisa merasakan kakiku, lenganku lumpuh, dan aku tidak bisa berteriak karena rahangku terkilir. Aku tidak berpikir aku bisa selamat dari hentakan satu lagi. Maka setelah satu hentakan, bayangan itu mengangkat kakinya, dan mencoba menginjak aku sekali lagi.
"Ini akan menyakitkan", kata bayangan itu,
dan ia mencoba menginjakku lagi. Aku berteriak sekuat tenaga sampai tenggorokanku sakit dan tepat sebelum kakinya mencapaiku, aku bangun.
Saat aku bangun, banyak barang-barang yang berpindah tempat. Mejaku terbalik, kursiku di ujung kamar, dan aku melihat buku yang berceceran di lantai. Aku gentar dengan apa yang aku telah alami dan melihat. Mimpi itu begitu nyata sampai aku mulai ragu bahwa ini hanyalah mimpi. Dadaku masih sakit, tetapi tidak sesakit mimpi itu. Aku kesulitan menggerakan lenganku, tetapi tidak patah. Aku bisa berjalan, tetapi tidak terlalu jauh. Dan aku bisa berbicara, tetapi rahangku sakit. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, dan aku tidak bisa memberi tahu siapa pun tentang ini karena mereka akan mengira aku gila!
Esok harinya aku siap-siap untuk nonton film. Aku membawa baju dan sepatuku di tas ransel, dan saat sekolah sudah selesai, aku ganti baju di toilet sekolah. Aku berjalan ke mallnya dan menunggu di luar pintu teater. Sudah hampir jam 4 dan aku bisa meilhat Rachel dan teman-temannya. Mereka ber-8, tiga laki, lima perempuan. Mereka semua punya tas-tas mahal dan baju celana desainer. Aku terlihat tidak cocok dengan mereka. Aku terlihat sebagai murahan dibandingkan dengan mereka.
Harga diriku (yang sekarang memang sudah rendah) telah mencapai titik lebih rendah. Aku lebih malu untuk berbicara dengan mereka semua. Mengapa aku berbicara dengan mereka ketika mereka lebih baik dari aku. Mereka lebih baik dariku. Rachel bertanya kepadaku,
"Kok kamu keliatannya sedih sih, kita mau nonton film! Gimana kamu gak semangat?!", "Semangat, semangat kok."
Sambil ia meloncat-loncat di depanku. Dia terlihat sangat gembira dan bersemangat seolah-olah ini adalah film terakhir yang akan dia tonton. Kami masuk ke dalam teater dan membeli beberapa makanan ringan di konter makanan ringan. Setiap orang membawa 100 ribuan atau lebih, sedangkan aku membawa 20 ribu. Semuanya menatapku dengan tatapan yang aneh. Sepertinya mereka menganggap rendah aku.
"Ew, dia hanya membawa 20 ribu?"
Dan semua orang KECUALI UNTUK RACHEL, menatapku seperti aku dari tempat sampah! Memang ya semua orang itu menyebalkan.
Sebelum kita masuk untuk menonton film, salah satu dari teman-temannya Rachel menatapku dengan aneh. Ini bukan karena aku murahan, ini tidak ada alasan. Ia melihatku dengan setengah senyum. Aku balas dengan senyum ragu karena aku tidak tau mengapa ia bersenyum. Dengan tidak sadar, hampir semua temannya Rachel memandang aku dengan senyum yang aneh. Setelah itu orang-orang yang aku tidak kenal juga bersenyum kepadaku. Staff, manager, Rachel, mereka semua mempunyai ekspresi yang sama. Setengah senyum, setengah tidak. Maka aku mulai merinding. Terus ada yang memegang pundakku,
"AAAHHH", aku berteriak di tengah semua orang
Semuanya berubah normal
"Hollis, kamu tidak apa-apa?", tanya Rachel
Semua temannya Rachel menatapku dengan heran.
"kenapa kamu baru saja teriak di depan semua orang?!", tanya salah satu temannya Rachel.
Kemudian aku menjelaskan kepada mereka
"Dari tadi kalian semua menatapku dengan setengah tersenyum, AKU yang harusnya menanyakan pertanyaan di sini."
Semuanya kebingungan,
"Kamu ngomong apa sih? Kami hanya bertanya kalau kamu melihat Rachel atau tidak."
"KAMU JANGAN BOHONG SAMA AKU, AKU TAU KALIAN-"
Semua orang di teater menatapku. Aku teriak di depan semua orang, what have I done. Aku baru saja mempermalukan diriku sendiri. Aku tidak tau apa yang terjadi, apakah memang aku mulai menjadi gila?! Aku sepertinya mempunyai alasan tentang mengapa semua kejadian ini terjadi, bayanganku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Monsterku
HorrorPada suatu hari ada anak bernama Hollis. Ia 13 tahun dan bersekolah di SMPN 31. Dia mempunyai adik bernama Saki. Orang tua Hollis bercerai saat Hollis masih kecil dan ia tinggal di rumah Neneknya. Ia mempunyai masalah kegelisahan yang besar yang sud...