tiga

7.4K 1K 48
                                    

Balas dendam?
Tarsa bertanya-tanya dalam hatinya, berapa banyak lagi orang yang mencarinya untuk menuntut balas.
kali ini apa lagi yang sudah dilakukan papa pada pria di depannya ini?
Berapa banyak papa sudah menipu atau mencuri dari pria ini.?

"Aku tidak tau apapun. Aku bahkan tidak kenal denganmu" jawabnya lemah.
"Lepaskan aku. Aku berjanji, jika ada yang bisa kulakukan akan kulakukan untukmu.
Saat ini aku tidak punya uang, begitu aku punya, aku akan mencicilnya sedikit demi sedikit.
Tapi aku mohon, jangan menyakitiku" pintanya mengiba.

Alis Karan terangkat, bibirnya tertarik miring.
"Uang?!" katanya sebelum tertawa.
"Ya tuhan.. Uang" kekehnya tapi Tarsa bisa melihat matanya jadi berkilauan oleh airmata.
"Andai saja semuanya hanya karena masalah uang, kau tidak akan ada di sini! "

Mata Tarsa membesar, mencoba fokus pada Pria di depannya ini. Tapi pengaruh alkohol masing menguasainya.
"Kalau bukan uang, jadi masalah apa. Apa lagi yang papa lakukan padamu. Kesalahan apa yang sudah dia lakukan?"

Karan mendekat, Tarsa beringsut mundur tapi dia sudah mentok. Sedangkan Karan langsung melompat naik ke kasur, mencengkram pergelangan kakinya kuat seperti mau meremukkan saja.
Karan menarik Tarsa kasar.
Tarsa terpekik, tubuh telanjangnya kini ada di bawah Karan yang mencengkram kedua pahanya.
Tarsa mencoba melawan, menarik dirinya dan menggeliat.
"Lepasakan aku! " teriak Tarsa
"Apa sebebarnya yang kau inginkan"
Dengan cepat dan kuat tangan Karan melayang, mendarat di rahang dan pipi Tarsa, mengenai ujung bibirnya yang Lansung pecah, Tarsa terdiam ketakutan dengan mata yang menyorot kengerian.
Darah mulai terasa diujung bibirnya sebelum mengalir keluar.
Sakit! Sangat sakit tapi Tarsa sudah biasa mengalaminya.
Meski matanya basah tapi dia tidak menangis.

Karan terlihat puas saat Tarsa tidak lagi mengeluarkan suara yang terdengar menjijikkan di telinganya.
"Melepaskanmu?" tanyanya setengah mengejek.
"Apa kau tahu berapa banyak uang, waktuku yang berharga dan kesabaran yang harus kukorbankan untuk membawamu ke sini?" bentak nya menuntut respon.

Tarsa langsung menggeleng ketakutan.
Karan merampas bantal yang masih Tarsa peluk menutupi badannya, meski mencoba mempertanhankanya, dia kalah kuat dari Karan yang tinggi tegap.

"Kau dijual di pelelangan tentu kau tahu apa artinya itu.
Kau ini budak, budakku dalam segala hal.
Aku bisa melakukan apapun padamu, kapanpun, dan di manapun yang aku mau.
Kau tidak punya hak untuk protes, bahkan untuk keberatan juga tidak bisa" terang Karan terlihat begitu puas.
"Kau akan membayar apa yang sudah dilakukan orang itu pada keluargaku! "

"Orang itu Bukan aku!" bisik Tarsa putus asa tapi masih mencoba membuka logika Karan.

"Tapi kau sedarah dengannya. Menyakitimu akan menyakitinya. Aku yakin jika dia mendengar tentang semua yang sudah kulakukan padamu, dia pasti akan keluar dari persembunyiannya dan dengan sendirinya dia akan datang menemuiku" jawab Karan dingin membekukan Tarsa hingga ke tulang.
"Aku bisa saja menculikmu, membawamu ke sini, tapi ada resiko kecil yang kupikir bisa membuat semua rencanaku gagal.
Jadi aku putuskan menyerahkan masalah ini pada para mafia saja.
Dijual oleh bibi mu lalu Dilelang di pasar gelap, lebih dramatis dibanding diculik bukan"
Urai Karan menepuk-nepuk pipi Tarsa yang masih sibuk menutupi tubuhnya sambil melihat sekeliling agar bisa
kabur dari Karan.

Tarsa memikirkan apa yang dikatakan Karan.
Maukah papa datang dan menyelamatkannya?
Tapi papa tidak bersembunyi bukan?
Dia hanya pindah lebih tepatnya kabur ke luar kota yang jauh demi menyelamatkan dirinya serta anak dan istrinya yang baru.
Kalaupun papa mendengar kabar tentang apa yang terjadi padanya, apakah papa mau berkorban?

Saat Tarsa sedang berpikir, Karan mengamati wajah gadis tersebut.
Sudah berapa lama waktu berlalu?
Sepuluh tahun..
Ya.. Waktu yang tidak sebentar.
Saat itu Tarsa masih berumur sepuluh tahun.
jadi sekarang umurnya dua puluh tahun!
gadis ini lebih muda sebelas tahun darinya tapi itu semua tidak menjadi masalah karena Karan tidak akan berubah karena hal sepele ini.

Karan mendesak maju, membuat paha Tarsa makin membuka.
Tarsa tahu apa yang akan Karan lakukan padanya.
Bibirnya bergetar, suara pecah.
"Tolong.. Jangan lakukan" pintanya mengiba.

Karan menyeringai jahat.
"Melakukan apa?" desisnya sambil menuntun penisnya menemukan pintu masuk ke dalam diri Tarsa.
"Melakukan ini kah yang kau maksud?" geramnya sambil menghentak, masuk jauh ke dalam diri Tarsa, merasakan dinding penghalang yang membuatnya gembira karena dia benar-benar akan menghancurkan gadis ini, memberinya luka dan rasa sakit.

Tarsa berteriak keras, membuat kuping Karan berdenging hingga kekesalan nya memuncak dan melayangkan tangan memukul rahang Tarsa yang terpekik, terdiam sejenak sebelum menangis tersedu-sedu.
Karan mendesak, memenuhi diri Tarsa yang sempit dengan miliknya.
Tanganya mencengkram leher Tarsa.
"Diamlah!" desisnya di depan mata Tarsa yang membelalak ngeri.
"Atau aku akan membuatmu semakin kesakitan.
Diam, tarik napasmu lalu hembuskan lewat mulut secara perlahan. Belajarlah menyesuaikan diri dengan ini" ketusnya.

Tarsa terlalu kesakitan dan ketakutan untuk bisa melakukan apa yang Karan perintahkan.
Dia sibuk mencoba melepaskan cekikikan Karan dilehernya.
Tubuhnya juga menggeliat ingin menjauh dari pria tersebut.
Pada Akhirnya Karan melepaskan leher Tarsa yang langsung batuk-batuk ketika udara kembali memenuhi paru-parunya.
Karan tertawa, menarik dirinya lalu kembali menghujam.

Karan kembali melakukan gerakan yang sama berulang kali, menghentak dan menarik membuat Praisa menjerit setiap kalinya.
Sekuat apapun Tarsa membayangkan, dia tidak pernah menyangka kalau seks akan sesakit ini, hingga rasanya dia mau mati saja.
Saat rasa sakitnya tak tertahankan lagi, akhirnya dia menyerah dan membiarkan kegelapan menelannya meski tahu kalau Karan sama sekali belum selesai.

Karan terus bergerak, meski keras dia tidak sembrono. Dia cukup hati-hati agar Tarsa tidak rusak.
Perjalanan masih akan panjang dia masih membutuh gadis ini yang akan membuat dendamnya terbalas.
Begitu dendamnya terbalas, Karan akan memastikan kalau gadis ini tidak akan berguna lagi!

Saat hasratnya sudah tuntas, Karan menarik dirinya dengan Kasar membuat sebagian spermanya ikut ditarik keluar, mata Karan menyorot tajam saat cairan putih kental tersebut mengalir diantara kewanitaan Tarsa yang mungil dan berwarna pink, terus kebelahan bokong perempuan tersebut sampai akhirnya menetes ke atas sprei.
Sebenarnya Karan sempat ingin memakai pengaman tapi dia sangat yakin tanpa pengaman, akan membuat Tarsa merasa lebih terhina lagi.

Menghembuskan napas lega dan puas, Karan menunduk melihat Tarsa yang begitu kecil jika dibandingkan dengannya.
Bukannya kasihan, karan merasa kesal. Dia menepuk pipi Tarsa agar gadis yang sudah dijadikan wanita dewasa olehnya itu terbangun.

Kelopak mata Tarsa dengan susah payah terangkat.
Sosok Karan yang besar sedang menatap tajam padanya.
Karan mendengus, merapikan celananya dan turun dari ranjang.

"Sebaiknya kau berdoa agar Akmal segera menemuiku dan mau menolong mu" ketus Karan berbalik meninggalkan Tarsa yang kaget mendengar apa yang barusan Karan katakan.

"Bang Akmal?!" ulang benak Tarsa tergagap.
Kenapa bang akmal.?
Jadi ini bukan ayah tapi tentang Akmal yang sudah tak dilihatnya hampir sepuluh tahun.

*******************************
(19102020) PYK.

DENGAN SEGALA PERASAANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang