satu

14.9K 1.1K 43
                                    

Karan benci ruangan gelap dan bising, hanya membuatnya teringat masa-masa kecil yang dihabiskannya bersembunyi dalam lemari, menutup telinga agar tidak mendengar pertengkaran ibu dan ayahnya yang terjadi hampir setiap harinya.

Namun kali ini dia akan menghadapinya, jangankan ruangan bising dan gelap yang penuh hingar bingar ini, lautan api pun akan Karan tempuh demi tujuannya kali ini.
Tidak ada yang bisa menghentikannya mendapat apa yang dia mau!

"Tuan Karan, mari saya antar. Lelangnya belum dimulai sama sekali. Kami sedang menunggu anda. Barang yang anda pesan sudah di dapatkan. Tapi tetap kami akan menjual pada penawar tertinggi" ucapnya culas

entah siapa orang ini dan bagaiamana dia bisa kenal atau tau dengannya bukanlah masalah, yang terpenting bagi Karan adalah dia bisa segera diantar ke tempat lelang dan membawa gadis itu pergi.

Pelelangan manusia ini jelas bukan sesuatu yang legal, sebagaimana sebagian besar bisnis yang Ryuta geluti.
Tapi Karan juga mendengar kalau semenjak menikah, pria jelmaan iblis itu mulai mengurangi aktivitas ilegalnya.
Bahkan mungkin malam ini adalah terakhir kalinya lelang diadakan olehnya.
Syukurlah Karan tidak terlambat dan mendapatkan info yang akurat.

Si Ryuta membuat Lorong Rahasia yang takkan bisa ditemukan oleh para petugas jika ada razia disini.
Untuk menuju ke pintu rahasia, mereka masuk ke dalam toilet yang biasa digunakan oleh tamu VVIP saja.
Setelahnya mereka masuk ke dalam ruangan nomor tiga dari depan yang ditandai rusak, toilet itu cukup kecil hingga Karan nyaris berdempetan dengan pembimbinganya yang sedang memasukan tangan ke dalam tangki air, meraba-raba lalu mendorong kuat.
Terus terang Karan terkejut saat lantai dibawah kakinya bergerak, lalu perlahan meluncur turun, melewati kegelapan.
Kemudian setelah tau kalau toilet ini adalah apa yang lift yang berkamuflase, Karan tersenyum memuji kelicikan Ryu.

Ketika Lift berhenti mereka keluar dan melalui ruang yang berkelok yang hanya diterangi cahaya lampu redup.
Lorong itu panjang dan sempit dengan banyak pintu untuk melarikan diri jikalau tempat ini ketahuan.
Setelah sekian lama, akhirnya mereka masuk ke dalam salah satu pintu.
Berbeda dengan lorong, ruangan ini sangat terang benderang, tujuannya jelas agar barang yang dilelang bisa dinilai dan diamati sebelum ditawar.
Di dalammya sudah ada puluhan orang yang langsung menoleh saat Karan masuk.

Mereka semua memakai topeng yang menutupi mata dan hidung, sama seperti yang Karan pakai.
Satu sama lain tidak ingin ada yang mengenali mereka.
Mereka semua jelas bukan orang sembarangan, meski sudah memakai topeng tapi Karan tetap megenali lima orang diantara mereka yang pekerjaannya adalah para pengabdi rakyat.

Mengabaikan mereka semua, Karan berjalan ke kursi kosong yang bertuliskan nomor yang dia pegang.
Disini mereka hanya disebut dengan angka, menjijikkan menurut Karan.
Kalau bukan karena sangat terpaksa, Karan takkan sudi masuk ke tempat ini.

"Nampaknya semua tamu kita sudah datang"

Sosok berjubah hitam, yang hanya memperlihatkan matanya saja muncul diatas panggung.
Suara dan bentuk tubuhnya memberitahu kalau dia seorang pria.
Penampilannya lebih mirip algojo dibanding juru lelang.

"Kita mulai saja acaranya. Saya tau anda sekalian orang sibuk yang tidak punya banyak waktu bebas.
Karena itu mari saya tunjukan pada anda, apa yang akan dilelang malam ini"
Tangan si algojo memberi kode, tirai dibelakangnya jatuh ke lantai.

Mata semua orang tertuju pada apa yang ada dibalik tirai tadi.
Adalah Seorang perempuan muda telanjang dengan tangan terikat ke atas kepala meggunakan rantai besi.
Tubuhnya kurus, tapi payudaranya bulat berisi, pinggulnya lurus tapi pahanya rapat dan padat.
Wajahnya cantik meski pucat dan dihiasi beberapa lebam.
Menurut Karan kalau tidak dibius wanita ini dicekoki obat atau narkotik yang membuatnya teler.

DENGAN SEGALA PERASAANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang