2

8 4 1
                                    


Selama diperjalanan, hanya hening yang melanda. Tanpa suara apapun kecuali bunyi gesekan roda maupun suara kuda. Allura menarik nafas lalu membuangnya dengan perlahan. Sebenarnya, ia malas untuk pergi sekolah disana. Tetapi, ia tidak bisa melanggar aturan yang mewajibkan seorang keturunan anak untuk bersekolah disana.

Ia menoleh ke arah luar dan benar, sudah terlihat jelas gedung yang berdiri kokoh dengan kesan yang mewah disana. Allura meringis, karena memikirkan pasti yang masuk disana hanya anak bangsawan, kalangan atas, maupun anak raja. Kalaupun dirinya bukan anak raja pasti tidak akan diterima disana. Gadis itupun membulatkan tekad, bila dirinya sudah lebih kuat. Maka, ia akan membangun negeri ini dengan lebih damai dan golongan kalangan bawah siapapun bisa bersekolah disana. Membayangkan saja sudah membuatnya tersenyum hangat.

Kereta kuda berhenti, membuyarkan lamunan Allura. Ia pun turun dari kereta kuda yang dituntun oleh pelayannya. Saat ingin masukpun pelayan ikut serta. Allura tidak suka privasi diganggu yang akhirnya memerintahkan mereka semua untuk kembali dan jangan mengganggu dirinya.

"Selamat datang, tuan putri Allura." sambut kepala sekolah

"Terima kasih." balas Allura

"Mari, saya antarkan putri ke ruangan saya." ucap kepala sekolah

"Baiklah." senyum Allura

Allura dan sang kepala sekolah jalan beriringan melewati beberapa gedung. Allura melihat sekeliling menemukan banyak siswa dan siswi yang melihat kearahnya. Tentunya ia membalas dengan tersenyum paksa. Tidak suka dibicarakan merupakan point pertama dari ketidaksukaan gadis itu. Melihat bangunan kokoh ini dari dalam, kelihatan mewah dan yah desain interior yang indah.

Kaki jenjangnya melangkah mengikuti langkah kemana perginya kepala sekolah. Kebetulan ia sedang melamun, dan tidak sengaja menabrak sesuatu. Membuatnya harus berhenti melangkah dan mengelus-elus hidungnya yang kebetulan kena. Ia hanya tersenyum hangat, lalu meminta maaf karena perbuatannya yang sedang melamun.

"Maaf, maafkan saya telah menabrak anda." ucap Allura dengan terpaksa sopan

"Cuih, Senyum paksa." sahut orang itu yang merupakan seorang laki-laki

Maksudnya apa!? Senyum paksa!? Padahal senyumku ini tulus tau! Dasar tidak punya hati berani meludah di depanku!!

"Ya?" beo Allura

Laki-laki itu tak menjawab melainkan melangkahkan kakinya melewati dirinya yang sepertinya hanya dianggap angin lalu oleh dia. Allura melunturkan senyuman lalu tergantikan dengan ekspresi kesal.

DASAR MEMANG MANUSIA TIDAK PUNYA HATI!!

Allura mengumpat dalam hati, lalu seseorang menepuk bahunya.

"Maaf, kenapa ya?" tanya Orang itu

"Ah.. tidak apa-apa, bisakah kau tunjukkan dimana letaknya ruang kepala sekolah?" tanya Allura dengan sopan.

"Tentu." jawab Orang tersebut

Yang menepuk bahu Allura merupakan seorang gadis yang cantik dengan warna rambut tentunya silver dan warna bola matanya persis seperti rambutnya. Dengan senyum ramah menyapa dirinya. Allura berpikir apakah ia bisa berteman dengannya atau tidak?

"Bolehkah aku menjadi temanmu?" tanya Allura dengan hati-hati.

Gadis itu pun menoleh dan tersenyum, menerima dengan senang hati.

"Tentu, aku senang ada orang yang mau berteman denganku lagi." ucap gadis tersebut

"Oh iya, maaf aku tidak sopan. Perkenalkan namaku adalah Aditi Ceisya Zylync panggil saja Ceisya." ucap gadis yang bernama Ceisya itu

The Adventure Of The ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang