1. PERTAMA KALI BERTEMU

20 0 0
                                    

"laki laki lemah dan payah sepertimu bisa apa?"

"dasar kutu buku!"

"hey kau buta ya?"

"dia tidak buta, hanya saja kacamata yang dia pakai terlalu besar dan tebal"

"coba lihat, poninya saja panjang dan hampir menutupi wajahnya"

"hey gadis-gadis, ayo taruhan, jika kalian kalah, salah satu dari kalian harus berpacaran dengannya"

"eww... aku tak mau berpacaran dengan orang seperti dia, walaupun hanya berpura-pura"

"benar, aku juga tak mau"

"aku lebih baik mati dari pada berpacaran dengan dia"

Kalimat-kalimat itulah yang paling sering kudengar ditelingaku hingga rasanya aku sudah sangat familier dengan ucapan seperti itu.

Awalnya aku sangat tersinggung dengan ucapan yang mereka lontarkan tapi aku hanya diam saja. lama kelamaan aku jadi terbiasa dengan sindiran mereka yang terang-terangan.

Aku diam dan tak membalas sedikitpun, karena aku sadar apa yang mereka semua ucapkan itu adalah kenyataan yang benar adanya.

"lihat saja penampilannya yang seperti itu"

"cupu"

"kutu buku"

"menjijikkan"

"jangan dekat-dekat dengannya, kau bisa bernasib buruk"

Lagi-lagi aku hanya diam dan menundukkan kepala sambil meremas tas sekolah yang ada dipelukanku.

Ketika aku berjalan entah kenapa mereka yang berada disekitarku tiba-tiba menjauh dan membuka jalan untukku sambil menyindirku dengan suara yang dapat kudengar dengan jelas.

Aku berpikir apakah aku ini adalah sebuah, virus atau penyakit berbahaya hingga mereka semua menghindariku.

Bahkan dikelaspun aku duduk sendirian dibangku belakang. Bahkan jika ada tugas kelompokpun tak ada yang mau menerimaku sebagai bagian dari kelompoknya.

Kalaupun ada mereka akan menyuruhku untuk mengerjakan tugas tugas kelompok itu sendirian, lalu mereka akan menulis nama mereka masing masing seolah olah mereka ikut membantuku mengerjakan, padahal kenyataannya aku hanya bekerja sendiri.

Setiap jam istirahat aku selalu pergi ke halaman belakang sekolah. Halaman belakang sekolah lelalu manjadi tempat favoritku ketika jam istirahat tiba. Karena ditempat ini amat sangat jarang sekali didatangi orang lain.

Namun sayangnya beberapa hari ini anak-anak populer yang sayangnya berandal itu sering datang kesini, dan ketika mereka melihatku ada disini, mereka langsung meminta seluruh uang saku yang kumliki. Dan tentu saja aku menolak.

Itu adalah penolakan yang mereka anggap sebagai bentuk perlawanan pertama yang kulakukan.

Mereka yang merasa ditolak pertama kalinya olehku merasa sangat tersinggung. Akhirnya perundungan lisan yang sering mereka lakukan padaku berubah menjadi perundungan secara fisik.

Para anak laki-laki memukuliku secara beramai-ramai, baik di kaki, perut, dada bahkan sampai kewajahku. Tapi perundungan itu tak berlangsung lama. Mungkin karena merka tak mau dipanggil ke ruang BK.

Jam istirahat masih tersisa setengah jam lagi, dan disitu aku masih berusaha untuk menenangkan jantungku yang berdebar sangat kencang, selain itu tubuhku terasa sakit semua. Aku berusaha untuk bangkit berkali kali namun semua usahaku itu sia sia.

Hingga aku terhenti ketika mendengar suara seseorang

"butuh bantuan?"

Aku mencari cari sumber suara. Aku menolehkan kepalaku kesana dan kemari namun tak menemukan siapapun. Sampai aku mendengar suara itu lagi.

"diatas sini bodoh" suara yang terdengar datar itu berasal dari bagian atas pohon yang berada tepat dibelakangku.

Aku yang masih terduduk ditanah harus mendongakkan kepalaku untuk melihat sumber suara tersebut. Dan yang aku lihat adalah seorang gadis yang berseragam sama sepertiku namun bedanya dia tak memakai rok melainkan memakai celana olahraga.

 Dan yang aku lihat adalah seorang gadis yang berseragam sama sepertiku namun bedanya dia tak memakai rok melainkan memakai celana olahraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu terduduk diatas batang pohon yang cukup tebal dan kokoh sambil menyenderkan tubuhnya dibatang pohon utama.

Sejak kapan dia ada disana, kenapa aku tak menyadari keberadaannya sama sekali

"butuh bantuan?" tanya gadis itu sekali lagi.

Aku hanya diam saja dan menunduk lagi kebawah sambil terus mencoba untuk berdiri.

"jika tak ingin dibantu, lebih baik kau merangkak sendiri saja sampai koridor."

"..."

"aku tak bisa fokus membaca novel ini, suara nafasmu yang tak beraturan itu sangat menggangguku"

"..."

"harusnya kau melawan mereka"

"..." lagi lagi aku tak menjawab.

Setelah sekian menit aku terus berusaha untuk bangun akhirnya aku bisa berdiri meski harus menopangkan tubuhku pada pohon itu. Sebelum pergi aku sedikit menundukkan tubuhku menghadap ke gadis itu sebagai salam perpisahan.

Aku tak tau bagaimana reaksinya, aku bahkan tak tau apakah dia masih melihatku atau tidak.

Lalu aku berjalan tertaih tatih dengan penampilan yang berantakan menuju kedalam kelas. Jangan ditanya lagi anak anak lain yang berpapasan dengan ku memandangku seperti apa. Mereka yang memandangku tak suka, makin tak suka lagi setelah melihat penampilanku yang seperti ini.

Dikelaspun tak ada yang menanyai ataupun melihatku, entah itu karena merka yang tak melihatku datang atau mereka yang benar benar sudah tak peduli dengan ku.

Yang ada dipikiranku saat itu hanyalah, kapan aku bisa segera pulang dan membersihkan tubuhku ini.

TBC....


PUBLISHED : SABTU, 17 OKTOBER 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KACANG LUPA KULITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang