Bagian 18

19 2 0
                                    

Jangan memaksa..
Kesehatan mentalmu lebih penting..

■■■

Mas Baruna bersedia menemaniku untuk ke lahan pagi ini, setelah melalui perdebatan yang cukup alot.

"Baik-baik kamu sama saya, demi kamu saya rela sering ninggalin kedai."

"Kan saya nggak minta."

"Terus kamu mau saya kena marah Ibu? Yang ada saya dinilai calon yang nggak perhatian lagi."

"Ya kalau diem aja kan nggak ada yang tau. Daripada ngedumel terus, kelihatan nggak ikhlas gitu."

"Emang saya pernah bilang nggak ikhlas? Enggak, tuh."

"Kelihatan dari kelakuannya kek gitu."

"Masa?"

Bugh!

"Kok malah mukul?"

"Mas Una ngeselin, sih..."

"Siapa Mas Una?"

"Ya kamuuu... Iiih.."

Bugh!! Bugh!!

Tanpa banyak kata Mas Baruna langsung memiting kepalaku dan menahannya di ketiaknya.

"Lepasin! Iiih, Mas Una bau..."

Mas Una langsung melepaskan pitingannya, kemudian merapikan rambutku yang berantakan akibat ulahnya.

"Mau ke sawah aja pakai blush on? Menthel men, Nduk Ndhuk... Nduwe calon kok ngene men."

"Mana ada??"

Buku-buku jarinya mulai mengelus pipiku perlahan, dan tanpa bisa dicegah wajahku tambah memanas lagi.

"Nggak usah dandan kalau cuma mau ke sawah. Biar dilihatin ulet, gitu?"

"Ish. Siapa pula yang dandan? Cuma pakai sunscreen aja ini.."

"Masa? Ini apa merah-merah di pipi? Kemayu kamu, ya.."

"Kok kemayu? Ini gara-gara Mas Una, tau.."

"Kok saya?"

"Bikin kesel terus!"

Aku mulai menetralkan emosiku, dan Mas Baruna menyodorkan helmku yang biasanya kuletakkan di spion motorku.

"Ini motor nggak pernah dicuci?"

"Lagi males. Kan kemarin-kemarin kehujanan," jawabku.

"Ya minimal disiram air biasa gitu, kasihan motornya."

"Nggak kepikiran."

"Mikirnya apa, sih? Kalau apa-apa males, nggak usah punya aja sekalian. Males nyuci sendiri kan bisa dibawa ke tukang cuci motor, jadi orang itu mbok sing solutif ngono lho..."

Kayaknya sering banget kena ceramah kalau lagi sama Mas Una, adaaaa aja yang kena komplain. Nyeramahinnya juga di manapun, kayak sekarang ini, lagi di boncengin sama dia, sekakian deh kena ceramah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pertanian (Nggak) Wajib Nyangkul? // On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang