Chandramawa ; Hitam dan Putih.Sang hitam yang jelas dan tegas diatas kertas putih. Serasi menjadi pasangan abadi, mengurai cerita sambung menyambung.
Sang putih yang selalu setia dengan cahaya keindahan. Menutup sang hitam dengan keikhlasan, menjadi topeng cantik sepanjang masa.
Hitam bukanlah penoda putih, bukan pula perusak kesucian. Karena kesucian tidak selamanya putih seperti yang tampak terang di indra penglihatan.
Jika hitam adalah kesunyian, maka putih adalah kesepian abadi. Seperti salju berserakan pada pualam, mendinginkan tapi tak membekukan.
Jika hitam adalah penghalang, maka putih adalah perintang.
Untuk apa putih dibanggakan, jika tak membawa sampai tujuan?
Dering bel saat jam pulang tiba adalah seruan yang sangat dinantikan oleh kebanyakan para pelajar. Bergegas mengemasi barang dan mulai bersiap untuk kembali ke tempat yang mereka sebut sebagai rumah.
Tak jauh berbeda dengan pemuda bersurai hitam legam yang baru saja menginjakkan kakinya meninggalkan ruang kelas. Sepasang tungkainya membawanya berbaur bersama beberapa siswa, berjalan menuju gerbang sekolah yang pastinya sudah terbuka lebar. Mendekati pintu gerbang, kedua manik beruangnya memberikan lirikan pada lapangan basket terbuka yang berada tepat disamping koridor tempatnya berjalan.
Keadaan lapangan cukup ramai, diisi oleh anggota ekstrakulikuler basket. Mereka mengenakan seragam basket kebanggaan dan mulai melakukan gerakan dasar seperti dribbling, passing, dan lainnya.
Sembari berjalan, pemuda itu terus mengamati bola - bola orange yang memantul beradu dengan permukaan lapangan. Tangan - tangan yang begitu mahir menguasai gerak bola, membuat pemuda tersebut tersenyum kecut. Pikirannya menerawang jauh ke belakang, memutar beberapa peristiwa yang tersimpan apik dalam memori otaknya. Saat dimana tubuhnya begitu lincah bergerak dengan bola ditangan, mencetak nilai sempurna sebab bola yang berhasil masuk ke dalam ring dengan mudahnya.
Namun semua itu hanya bagian dari masa lalu, kenangan berkesan yang harus disimpan dengan baik. Fokusnya kini hanya pada kelangsungan hidupnya, berjuang menghadapi tubuh yang terus memberontak meminta perlakuan lembut seperti Raja yang harus diberi pengawasan ketat, dijaga dan tak dibiarkan terluka meski seujung rambut saja.
BUK!
Sebuah suara dentuman menginterupsi lamunan si manik beruang, bersamaan dengan beban yang menghantam pelipis kiri hingga kepalanya terlempar ke kanan, Pemuda itu mengerjap saat pandangannya menjadi sedikit buram secara tiba - tiba. Tak lama, sebuah cairan berwarna merah kental yang menetes membuat noda pada seragam sekolahnya.
Rasa sakit pada pelipis diabaikan, tangan kanannya terangkat meraba hidungnya yang terasa basah dengan cairan yang terus mengalir. Ia sedikit terkejut saat memperhatikan jemarinya yang juga ternodai oleh cairan merah kental.
Suara derap langkah tak beraturan terus mendekat dengan pekikan kecil beberapa siswi yang berlalu lalang dikoridor. Berbagai macam pertanyaan yang dilontarkan dengan nada panik tak dapat tertangkap jelas oleh indra pendengarannya, sebab ia menyibukkan diri menyeka cairan merah yang terus mengalir menggunakan punggung tangannya.
"Langit!"
Terakhir, sebuah suara yang begitu ia kenali disusul dengan perawakan tubuh tegap yang samar - samar terlihat. Bibir yang sedikit pucat itu terangkat mengulas sebuah senyum tipis, sebelum kesadaran sepenuhnya menghilang.
➶ Hi, readers! Aku mau memberitahu kalian bahwa ini bukan fanficfion bxb ya, cuma sepenggal kisah Langit dan Bumi. Jadi jangan salah universe okay, maaf jika tidak sesuai dengan ekspetasi teman - teman.
Serta terima kasih bagi kalian yang sudah berkenan untuk singgah disini. Selamat membaca dan mohon sabar sebentar untuk menanti lembar berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-⋅. CHANDRAMAWA
Fanfiction➶ 이해찬 & 이제노 | ON GOING. ❝Jika hitam adalah penghalang, maka putih adalah perintang.❞ ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈« ©dbluebearie