e ; Ranting.

769 162 11
                                    


Daun itu telah lama gugur meninggalkan ranting yang sepi.



Dan ranting tak pernah bisa bersembunyi dari waktu yang telah menyayat hidupnya.



Ada yang tersisa ialah kehampaan pada sebatang rindu.



Tetapi kemana ranting itu harus berjalan?



Menggenapkan kerinduan yang selama ini ia biarkan kering dalam hati.



Bukankah ia hanya sebuah kayu yang bergantung pada batang pohon yang mati?
Membuat ia tak mampu berjalan ke depan atau ke belakang.



Sempat ia berpasrah pada hujan untuk mematahkan tubuhnya dari kurungan waktu.



Tetapi untuk apa?



Bukankah sebenarnya ia telah patah meski tak telihat?

Bukankah sebenarnya ia telah patah meski tak telihat?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Minggu adalah hari yang paling ditunggu oleh beberapa orang untuk mengistirahatkan tubuh serta pikiran setelah enam hari beraktivitas. Hari ini sang surya belum sempat menyapa semesta karena mendung sudah lebih dulu mengambil alih dan membiarkan hujan turun dengan leluasa. Udara pagi terasa begitu dingin seolah siap menusuk siapapun yang keluar dari tempat bernaung.

Aroma khas tanah basah menyapa indra penciuman sosok pemuda yang baru saja membuka jendela kamarnya. Mengabaikan hawa dingin yang menerobos paksa ke dalam kamarnya, ia berdiri memandang ke luar jendela. Kedua maniknya memperhatikan ribuan jarum air yang terus turun membabi buta menghujam tanah.



KRAK.



Suara yang sedikit tak mengenakan untuk didengar membuat Langit mengalihkan atensinya, takut - takut jika sesuatu yang berbahaya tengah mengintainya. Namun saat pandangannya menjelajah, manik beruangnya menangkap sebuah pohon ringkih yang tak terlalu tinggi. Pohon tua tersebut tampak kesepian, terlihat dari dahan yang gersang menyisakan beberapa helai daun yang sudah berwarna kecoklatan. Pandangan Langit turun pada sebuah ranting berukuran sedang yang tergelatak rapuh di atas tanah basah.

Sebuah senyum kesedihan terulas di bibirnya, meratapi ranting rapuh yang cocok sekali mendeskripsikan tentang dirinya. Helaan napas bosan keluar kemudian. Biasanya di tanggal merah seperti ini Langit akan pergi keluar mendatangi sebuah toko roti tua yang terletak di ujung jalan, membantu pemilik toko yang sudah ia anggap seperti nenek sendiri. Namun hari ini sepertinya ia tak bisa kesana, karena hujan yang belum mau berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

-⋅. CHANDRAMAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang