1. Tiba-tiba

4 0 0
                                    

Pagi yang cerah membangunkanku dari lelapnya tidur semalam. Suara orang yang memanggil membangunkan kesadaranku sepenuhnya.

"Icaaaaa, bangun ga? Gua tinggal ke sekolah nih? Mau bareng kaga?" teriak lelaki itu dengan suara beratnya tapi agak sedikit cempreng.
Dia Agam wijaya, panggil ae Agam. Dia abang gua gais, abang satu-satu nya yang paling ngeselin tapi bisa dibilang paling bisa diandelin juga .

"Haa, gue udh bangun, tinggal pake lipen doang sebentar," sautku dari kamar atas, kebetulan kamar kami memang sebelahan saja. Tapi sudah menjadi kebiasaan untuk membangunkan dengan nada tinggi seperti itu.

Setelah siap akupun langsung turun untuk sarapan bersama keluargaku, saat aku duduk tiba-tiba saja si Agam menyalakan laser dimatanya.

"Apansi lu, jadi so bat iye, gatakut banget gua ama lu," jawabku sambil membalas pelototannya.

"Heh, lama banget gece mau gua tinggal? Gua udah kelar makan nih," jawabnya dengan ketus

"Kalian nih, ribut banget! Belom telat juga kann? Masih jam 6.20, udah makan aja dulu lanjut minum susunya dulu," sahut Ayahku mengatasi suasana.

Semua ritual sarapan sudah selesai, sekarang saatnya kami untuk pamitan, walaupun kami sering bertengkar dan tidak ada kata sopan tapi kami masih bisa sopan kepada orang yang lebih tua.

"Agam sama Dede berangkat dulu ya Yah, Mah," pamitku dan Agam sambil mencium tangan mereka berdua. Aku hanya menaikan bibir kiriku (judes) sambil meliriknya karena tidak terbiasa dengan kata-kata itu.

"Iya hati-hati jangan berantem, Agam jagain Adenya," perintah Mamah kepada Agam. Bang Agam hanya menganggukan kepala dan mengambil motornya di garasi. Dan aku hanya mengikutinya dari belakang.

Saat kami tiba disekolah, dan sedang berjalan menuju kelas, tiba-tiba saja ada seorang gadis yang melabrakku.

"Woi, siapa lu?" tanya gadis itu dengan dua teman lainnya.

"Lah? Apansi gaje," jawabku tak menghiraukan mereka, dan langsung pergi meninggalkannya.

Tetapi mereka menghalangiku dan berdiri tepat didepanku " Heii, mba berani ya ama gue? Lu ngapain deket-deket Agam my husband?" ucap gadis itu dengan menyentuh satu jarinya ke pundakku.

"Hei, ampun bang jago. Gue gada waktu buat lo! Minggir !" ucapku sambil menepis tangannya dan pergi dengan cepat meninggalkannya.

"Enak aja dia, awas lu ya!" ucapnya sambil melihatku berjalan menuju kelas.

"Ew," batinku sambil menaikan bibir kananku.

Memang sebenarnya disekolah tidak ada yang tahu hubunganku dengan Agam, mungkin hanya teman dekatku. Menurut aku untuk apa aku berkoar-koar memberi tahu mereka toh gada gunanya banget.

Akhirnya aku sampai dikelas,
"Ca, baru sampe lu?"tanya sania, dia adalah teman dekatku.

"Iya, ada kakel jago tadi ngelabrak gue gaje whahaha," jawabku dengan tawa sombongku.

"Gua yakin pasti si geng Laras, tau bat gua," jawab sania dengan tawa kecilnya.

"Lu tau? Kok gue gatau? Kudet banget gue,"

"Yailah, banyak berita horor diamah, diemin aja, paling paling nanyain abangluu kan? Dia kan tukang halu,"

"Iya woii, nanyain gue siapa? Iri kali gue cantik gini huh," jawabku dengan mengibarkan rambut gue yang panjang ini.

"Heh, ngadi-ngadi iyasi lu cantik gue juga pastinya,"

"Iyaudah iya, ada guru tuh diem-diem,"sahut gua memutuskan pembicaraan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ShInE (Bersinar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang