"Jadi lo telpon bilang darurat cuma buat ngajak gue beli makanan Mutsuki?" gerutu seorang laki-laki pada gadis yang kini tengah memilih makanan kucing.
Mereka adalah Azka dan Via.
Azka adalah putra satu-satunya dari pasangan suami istri bernama Allya dan Zaki. Memiliki paras yang bisa dibilang imut, rambutnya yang sekelam malam begitu kontras dengan kulitnya yang cukup putih untuk ukuran seorang laki-laki. Meski tubuhnya tidak terlihat kuat, nyatanya Azka adalah petarung yang cukup handal di angkatannya. Itu semua terbukti saat Azka dijetahui sering mengikuti ajang bela diri yang diadakan secara liar. Alasannya? Entahlah. Namun itu semua berakhir saat Via marah besar padanya.
Via, atau akrab dipanggil Cinta oleh keluarga dan Azka adalah putri kedua Haera dan Yogi. Memiliki tubuh mungil, rambut sepinggang bergelombang berwarna coklat, dan poni yang selalu ia jepit di bagian kiri. Ia adalah sosok gadis yang memiliki otak lumayan cerdas meski sahabat-sahabatnya bilang Via selalu lola jika tengah membicarakan suatu hal.
Azka dan Via sudah bersama sejak masih kecil karena orang tua mereka bersahabat sejak zaman sekolah. Via sangat bergantung pada Azka, dan Azka ketergantungan akan Via. Mereka hampir tak terpisahkan. Bahkan saat Azka sakit Via akan menangis seharian. Begitu pula jika Via sakit, maka Azka akan ikut sakit pula.
Hubungan mereka itu rumit, ya.
Azka pernah memiliki pacar saat duduk di bangku kelas delapan, tapi tak bertahan lama karena Azka segera memutuskannya saat ia mengetahui bahwa pacarnya itu melabrak Via karena cemburu. Sejak saat itu, Azka menolak untuk menjalin hubungan lagi. Toh, hatinya juga tidak mengharapkan kehadiran siapa pun. Saat ini ia hanya mau bersama Via.
Karena Via adalah sahabat dan orang terdekatnya? Mungkin.
"Via lupa kalo makanan Mitsuki habis jadi Via harus buru-buru beli lagi atau Mitsuki besok enggak akan bisa sarapan," jelas Via. Tangannya sudah memegang dua plastik besar makanan kucing berbeda merk.
"Ya tapi kan enggak harus bilang darurat juga, Cinta. Lo tahu kan kalo gue itu khawatir sama lo?" ucap Azka setengah kesal yang disadari oleh Via.
Via mengambil satu merk makanan yang memang biasa ia beli. Dengan helaan napas kasar, ia berjalan dengan kaki dihentakkan menuju kasir meninggalkan Azka. Mendengar nada bicara Azka, tak ayal membuatnya juga merasakan kesal pada laki-laki itu.
"Yaudah, Azka kalo mau pulang duluan ya pulang aja. Via bisa pulang sendiri ko. Via juga nanti enggak bakal minta Azka buat nemenin Via lagi. Mungkin Via-"
"Syut." Azka membekap mulut Via dengan telapak tangannya. Menghentikan segala ocehan gadis itu yang menandakan bahwa ia kini tengah merajuk.
Azka juga menoleh ke kanan dan kiri. Memperhatikan para pengunjung lain yang sesekali menatap mereka. Kenapa? Karena Via mengoceh dengan suara yang tidak bisa dibilang cukup pelan. Kalau kata Sakura yang merupakan salah satu sahabat Via, Via ini tidak memiliki kendali dalam mengontrol suaranya.
"Gue minta maaf."
"Enggak." Via meletakkan belanjaannya untuk discan oleh penjaga kasir. Setelah membayar semuanya, ia kembali berjalan meninggalkan Azka.
Begitu sampai di luar.
"Mau eskrim?" tawar Azka membuat Via mendelik.
"Enggak." tolaknya.
"Sepuluh cup."
"Deal."
Via tersenyum puas. Akhirnya persediaan eskrim kesukaannya akan bertambah lagi. Sedangkan Azka tersenyum lega meski dompetnya harus merana.
Jarak petshop dengan kediaman mereka tidak terlalu jauh, jadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja sekalian jalan-jalan malam.
Senyum Azka benar-benar tidak luntur meski tangan kanannya sudah lelah menenteng totebag berisi dua kilogram makanan kucing. Sedangkan tangan kirinya menggenggam erat tangan Via.
Ini adalah saat-saat paling Azka sukai. Berdua dengan Via berjalan di malam hari, dengan gadis itu yang menenteng kantung plastik berisi sepuluh cup eskrim yang Azka janjikan. Benar-benar seperti sepasang kekasih yang habis berkencan, kan.
Azka terkekeh sendiri pada pemikirannya membuat Via seketika menoleh.
"Azka kenapa sih? Tadi kesel sama Via, ko sekarang malah ketawa sendiri?"
Azka beralih merangkul bahu Via yang tak mendapat penolakan sedikit pun dari gadis itu. "Gue cuma ngerasa kita kayak orang yang habis kencan, ya."
"Azka rindu masa-masa kencan, ya? Kenapa enggak pacaran aja?"
'Gimana mau pacaran kalau yang gue lihat itu cuma lo.'
"Mungkin nanti," kata Azka sambil menerawang ke depan.
Ya, nanti saat waktu telah mengatakan 'ini adalah saat yang tepat.' Yaitu saat dimana Azka dapat mengungkapkan segalanya.
Segala yang ia rasakan, segala yang menjadi kekhawatirannya, segala yang membelenggu hatinya hingga tak lagi dapat menerima kehadiran perempuan lain, segala yang menjadi sebab jantungnya berdegup kencang, dan segala perasaan indah yang Azka miliki untuk gadis di sampingnya.
Saat ini Azka hanya bisa berharap semoga saat-saat itu memang benar-benar ada. Takdir yang telah ia yakini bahwa Azka hanya untuk Via dan Via hanya untuk Azka.
Ya, selamanya Cinta –Via– adalah Milik Azka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Milik Azka
Teen FictionLindungilah aku karena bagimu aku berharga, bukan karena aku lemah. Milikilah aku karena kau memang ingin menghabiskan seluruh sisa hidupmu bersamaku, bukan karena aku adalah wanita tercantik di dunia. Pilihlah aku karena hatimu menginginkanku, buka...