1

7 0 0
                                    

Pagi ini mading sekolah ramai dikerumuni para siswa perempuan, di sana terpajang jelas poster band sekolah EnamHari sedang mencari vokalis wanita untuk lomba. Para siswa perempuan pun dengan heboh ingin mendaftar untuk menjadi vokalis dari band sudah terkenal di sekolah itu.

Aldira melihat sekilas poster di mading sekolah, tetapi ia merasa tidak tertarik dengan hal tersebut. Ketika Dira memasuki ruang kelasnya, beberapa siswa sedang latihan vokal padahal ini bukan kelasnya bukan kelas musik. Mereka latihan untuk mendaftar menjadi vokalis EnamHari.

"Dir, kamu daftar buat jadi vokalis EnamHari nggak?" Tanya Lia, teman sebangku Dira.

"Sepertinya enggak, nggak bakal keterima." Jawab Dira.

"Tapi suaramu bagus lho!"

Dira terkekeh, "Tapi banyak yang lebih bagus Li."

Lalu guru jam pelajaran pertama pun masuk ke kelas.

---

Istirahat pun tiba, banyak siswa yang ke kantin atau memakan bekalnya di kelas. Lia dan teman-temannya pun mengajak Dira untuk ke kantin.

"Dir ke kantin yuk?" tanya Lia.

"Enggak deh, aku mau makan bekal di atap aja." jawab Dira.

"Yah, ya sudah deh. Kami duluan ya." ujar Lia.

Lia pun pergi bersama kedua temannya Chelsea dan Seryl. Dira dan Lia hanya sebatas teman sebangku, mereka jarang bersama. Lia biasa bergabung dengan Chelsea dan Seryl, sedangkan Dira lebih suka menyendiri. Menurut Dira, menyendiri membuatnya merasa aman.

Setiap istirahat, Dira selalu ke atap sekolah memakan bekalnya sambil mendengarkan musik dengan earphone. Sebetulnya siswa ke atap tidak diperbolehkan sekolah, tapi karena sekolah ini milik paman Dira jadi ia meminta izin untuk ke atap setiap saat. Selama hampir 2 tahun, tidak ada siswa yang tahu jika dirinya sering ke atap. Mereka juga tidak tahu jika Dira adalah keponakan dari pemilik sekolah, karena ia benar-benar tertutup.

Setelah bekalnya habis, Dira masih tetap mendengarkan musik sambil bernyanyi kecil. Ia terpejam dan menghembuskan nafas pelan, bertanda ia merasa damai.

Selama hampir 30 menit di atap, Dira tidak tahu bahwa ada orang lain selain dirinya disana. Orang itu hanya melihat Dera dengan senyuman. Karena Dera hanya memakai earphonenya di sebelah kanan, orang itu menghampiri dan mengambil sebelah dari earphone milik Dira kemudian menempelkannya di telinga miliknya.

"Lo suka lagu jadul ya?" tanya orang tersebut tiba-tiba.

Dira terkejut, sontak dia berdiri dan menjauh dari orang tersebut.

Dira tahu jika orang tersebut adalah Davin, drummer dari band EnamHari. Tapi mengapa ia tiba-tiba ada di atap?

"Sejak kapan lo di sini?" tanya Dira.

"Sebelum lo dateng." jawab Davin.

Dira berpikir kenapa ada orang lain yang bisa masuk ke atap, padahal hanya ia siswa yang memegang kunci atap sekolah.

"Lo kenapa bisa ke sini? Siswa kan nggak boleh kesini." tanya Davin.

"Bukan urusan lo."

"Kalo gue sih kesini karena gue cabut jam pelajaran, gurunya ngebosenin. Jadinya gue manjat aja kesini, mantep kan?"

Dira yang tidak peduli dengan cerita Davin pun langsung membereskan bekalnya dan segera turun ke kelas karena jam istirahat sudah habis.

"Lho, mau kemana?" tanya Davin.

Dira hanya diam.

"Suara lo bagus." ujar Davin.

Dira masih terdiam.

"Gue mau lo jadi vokalis band EnamHari. Lo mau daftar kan?"

"G-gue nggak tertarik." jawab Dira.

"Gue yakin lo tertarik. Gue bakal nunggu lo besok saat pendaftaran, gue harap Lo datang."

"Lo mau ikut turun nggak? mau gue kunci." ujar Dira.

Davin mengangguk. Kemudian mereka turun ke bawah dan lorong sudah sepi menandakan sudah habis jam istirahat.

"Eum.. nama lo siapa?" tanya Davin.

Dira hanya diam sambil berjalan menuju kelasnya.

Davin melepas alroji dari lengannya, lalu ia mengambil lengan Dera paksa dan meletakannya di lengan Dira.

"Ini gue titip jam tangan, lo harus balikin ini pas pendaftaran vokalis EnamHari. Gue nunggu lo!"

Davin pun berlari sekencang-kencangnya agar Dira tidak mengejarnya dan ia berharap wanita itu mengembalikan jam tangan saat pendaftaran vokalis EnamHari.

---

Enam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang