3

7 0 0
                                    

Malamnya Wafi meminta nomor Dira untuk dimasukkan ke grup lewat Lia. Setelah Dira masuk ke grup, ia diberi tahu jadwal latihan untuk audisi yang tinggal sebulan lagi. Di jadwal tertulis setiap hari latihan, kecuali Sabtu dan Minggu.

Keesokan harinya setelah pulang sekolah, Dira ke ruang musik karena ada latihan sampai jam 7.

Pertama-tama ia diberi tahu lagu apa saja untuk tampil nanti dan ada lagu baru juga. Sepanjang pengarahan oleh Satya dan pelatih, Dira cukup paham.

Setelah bernyanyi beberapa kali, pelatih pulang membiarkan Dira dan EnamHari berlatih sendiri agar lebih leluasa. Satya pun membiarkan anggotanya untuk istirahat selama 30 menit.

"Beli minum Vin, haus gue." ujar Jayden.

"Sabar dong, ini drum gue agak bermasalah." ujar Davin.

"Gue aja deh yang beli, ayo Dir ikut gue." ajak Wafi.

"Hah?!" Dira terkejut.

"Udah, ayo!" ajak Wafi lagi.

Dira pun segera bangkit dan mengikuti langkah Wafi untuk membeli minum. Davin yang melihat Wafi dan Dira keluar bersama merasa agak kesal.

"Jalannya di samping gue aja kali, di belakang kaya babu lo." ujar Wafi.

Dira pun menyetarakan jalannya di samping Wafi.

"Kita sekelas tapi nggak pernah ngomong ya." ujar Wafi.

"Ini ngomong."

"Maksudnya biasanya kita kaku. Gue ngajak lo karena gue pengen lebih deket aja sama lo."

"Maaf ya kalo selama ini gue nggak pernah ngomong sama lo."

"Kok tiba-tiba minta maaf? Nggak masalah kali."

Mereka pun terdiam hingga sampai di sebuah warung depan sekolah karena kantin sudah tutup.

"Beli enam." ujar Wafi.

Setelah membeli air minum, Dira dan Wafi kembali ke ruang musik. Sepanjang perjalanan Wafi terus bertanya dan berbicara kepada Dira.

"Kayaknya lo nggak seintrovert itu deh, lo bisa berbaur sama siapa aja dan lo asik. Gue liatnya lo cuma menutup diri karena khawatir akan sesuatu hal." ujar Wafi.

"Nggak usah sok tahu."

"Gue penasaran deh, kok Davin bisa tahu lo bisa nyanyi?"

"O-oh itu, gue juga nggak tahu. Udah ayo buruan, kasian kak Jayden kehausan."

Setelah sampai ruang musik. Dira membagikan air ke semua anggota.

"Lama banget lo, hampir aja gue minum air keran." ujar Jayden.

"Si Dira ngajak gue ngerumpi dulu." ujar Wafi.

"Eh? Enggak ya! Lo yang dari tadi ngomong mulu." bantah Dira.

"Kemaren pada bilang Dira introvert, tapi ini malah berisik banget." ujar Brian.

"Gue emang introvert kok." Ujar Dira.

"Iya deh terserah lo." ujar Brian.

"Gue seneng sih kalo Dira bisa berbaur sama kita, jadinya kan kalo latihan juga nyaman." ujar Satya.

"Diem aja lo Vin daritadi." ujar Wafi.

"Diem, ini drum gue lagi bermasalah. Ayo latihan sekali lagi Sat, abis itu pulang gue mau beli barang buat benerin ini." ujar Davin.

"Ya sudah deh, ayo latihan lagi abis itu pulang." ujar Satya.

Mereka pun kembali latihan dengan menyanyikan satu lagu. Setelah selesai, mereka beberes untuk pulang.

"Kak, gue pulang duluan ya." ujar Dira.

"Hati-hati Dir, lo pulang naik apa?" tanya Satya.

"Bus-"

"Sama gue aja, sekalian temenin gue kasih toko alat musik." ujar Davin.

"Nah sama Davin aja, lo perempuan nggak boleh sendirian." ujar Satya.

"Ayo." ajak Davin.

Dira dan Davin pun ke parkiran sekolah, Davin memakai hoodienya dan jaketnya. Setelah siap, Davin menyuru Dira untuk segara naik ke motor gede miliknya.

Kemudian Davin pun melajukan motornya ke toko alat musik, setelah selesai ia pun mengantar Dira pulang.

"Makasih Vin." ujar Dira.

"Sama-sama. Lo setiap hari sama gue aja, rumah kita searah dan kita harus latihan sampe malam terus." ujar Davin.

Dira tersenyum, "Oke."

Kemudian Davin pun melajukan motornya menjauh dari rumah Dira.

Enam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang