5

5 0 0
                                    

Keesokan harinya, Wafi menjemput Dira dengan mobilnya. Ini kali pertama Wafi ke rumah Dira dan ia kesini hanya bermodal Google Maps. Setelah Dira siap, mereka pun pergi ke dokter yang Wafi bilang.

Sesampainya di dokter, Dira di periksa dan di ronsen. Kemudian dokter tersebut menjelaskan apa yang terjadi dan memberi tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.

"Oh seperti itu ya dok, kalau begitu saya akan jaga suara saya. Terimakasih dok." ujar Dira.

"Iya." ujar dokternya.

"Terimakasih om Irwan." ujar Wafi.

Wafi memanggil dokter tersebut om Irwan karena dokter tersebut adalah teman ayahnya.

"Ngomong-ngomong ini pacar mu Fi?" tanya dokter tersebut.

Wafi tersenyum, "Oh? enggak om, ini teman band aku." ujar Wafi.

"Masa sih? Kayaknya kalian dekat banget."

"Beneran om kita cuma teman, eh dokter maksudnya." ujar Dira.

"Nggak kenapa-kenapa panggil om, kan kamu pacarnya Wafi."

"Astaga om." ujar Wafi pasrah. "Ya sudah om, kami pulang dulu ya. Sekali lagi terimakasih."

"Iya, kalian hati-hati di jalan."

Setelah menebus obat, Dira dan Wafi pun kembali ke mobil.

"Dir, ini mau langsung pulang?" tanya Wafi.

"Iya."

"Nggak mau jalan-jalan dulu gitu? cari angin." ujar Wafi.

"Ya sudah boleh!"

Wafi pun senang mendengar jawaban Dira, kemudian mereka pergi ke taman bunga pinggir kota.

Dira senang karena cuacanya tidak terlu terik jadinya ia bisa berjalan kaki santai dengan Wafi.

"Seger banget Fi di sini." ujar Dira.

Wafi tertawa, "Iya Dir."

Setelah berjalan cukup lama sambil bercerita-cerita, sampailah mereka di tengah taman dan di sana ada danau dengan wahana perahu bebek.

"Ada perahu bebek! Mau naik nggak?" tanya Dira dengan semangat.

"Ayo!" ujar Wafi.

Mereka pun menaiki wahana perahu bebek, mereka pun senang sampai perahu ke tengah Danau.

"Udah lama banget nggak naik ini." ucap Dira.

"Tau nggak Dir? Ini pertama kalinya gue naik." ujar Wafi.

"Serius? Wah masa kecil lo kurang bahagia nih." ujar Dira sambil tertawa.

"Iya bener. Pas kecil gue jarang main, untungnya sekarang bisa sama lo."

"Karena ini momen langka, ayo kita foto!" ujar Dira.

Dira pun mengeluarkan handphone miliknya dan memotret banyak gambar dirinya bersama Wafi. Sesekali Dira memotret Wafi candid, begitu pula sebaliknya.

Saat sedang asik berfoto, tiba-tiba handphone Dira lowbat. Karena bingung mau kemana lagi, mereka pun kembali ke daratan dan bergegas untuk kembali ke rumah.

Saat sampai di rumah Dira, ia sangat berterimakasih kepada Wafi yang sangat baik hari ini. Ia pun mengajak Wafi untuk mampir sebentar, amun Wafi bilang lain kali saja. Tak lama, Wafi pun melajukan mobilnya menjauhi rumah Dira.

--

Di satu sisi, kini Davin merasa cemburu dan marah. Hari ini ia melihat di postingan Instagram Wafi bersama Dira. Ia sangat cemburu dan sangat marah.

Bukankah harusnya Dira beristirahat?

Karena merasa kesal, Davin pun menghubungi Dira namun tidak ada balasan karena handphone Dira mati.

Davin pun mengambil jaket dan helmnya untuk ke rumah Dira. Sesampainya ia di rumah Dira, ia melihat Wafi yang baru saja mengantar Dira pulang. Kemarahan Davin semakin menggebu. Setelah Wafi sudah pergi, Davin pun memanggil Dira dan menghampirinya.

"Dir! Lo dari mana sama Wafi?" tanya Davin.

"Astaga, aku kaget Vin." ujar Dira.

"Nggak usah sok dramatis. Kalian habis jalan-jalan kan?! Bukannya seharusnya lo istirahat di rumah?! Kenapa lo malah jalan-jalan?! Lo nggak kasihan sama Satya yang udah suruh lo istirahat tapi malah lo pakai buat main nggak jelas?!" ujar Davin di depan rumah Dira, untungnya di rumah sedang tidak ada orang.

"Lo ngomong apa sih? Gue sama Wafi abis dari dokter."

"Halah bohong! Kalo lo ke dokter kan bisa sama gue! Gue semalam sudah bilang kan?!"

"Tapi gue nggak enak sama lo. Gue udah sering ngerepotin lo."

"Denger Dir! Gue nggak pernah merasa direpotin sama lo!"

"O-oke maaf. Tapi-"

"Lo nggak ngerti maksud gue ya? Gue marah Dir, gue cemburu sama lo. Gue suka sama lo Dir!"

Sontak Dira terdiam. Mendengar hal tersebut Dira sangat terkejut, bagaimana bisa Davin menyukainya.

"Maaf gue nggak tahu."

Davin yang terlanjur sangat kesal pun meninggalkan rumah Dira dan melajukan motornya dengan cepat.

---

Enam HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang