Teng! Teng! Teng!
Bel kemerdekaan para siswa-siswi telah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar sekolah, tak terkecuali Nica. Langit cukup gelap siang ini, sepertinya akan turun hujan. Niat awal Nica yang ingin bermain bersama Selly dan Wita pun ia urungkan.
Tetes demi tetes air jatuh mengenai pipi gadis itu. Ia mulai berlari kecil menuju halte untuk menunggu angkutan umum sembari berteduh. Dia takut jika ia pulang sore dan dalam keadaan basah pasti bundanya akan marah dan mengurungnya di kamar. Tanpa makan malam tentunya.
Nica menggosokkan kedua tangannya untuk mengurangi rasa dingin yang membekukan tubuhnya. Sudah hampir 2 jam gadis itu menunggu. Nica mulai menggigil dan tiba-tiba..
Hap!
Sebuah jaket melekat di tubuhnya.
Bagaimana bisa?
Dari mana asalnya?
Nica menoleh kesamping kanannya mencari sumber benda itu. Dan benar saja, Nica mendapati seorang lelaki berdiri tegap dengan tubuh gagah di sampingnya. "Apakah dia pemilik jaket ini?" batin Nica.
"Hai!" sapa laki-laki itu
Nica tak menjawab sapaan lelaki itu. Toh, Nica juga tak kenal siapa dia dan spesies macam apa manusia ini. Nica tak semudah itu untuk percaya pada orang yang tidak dikenal. Ia melepas jaketnya dan berniat mengembalikannya kepada siapapun pemiliknya.
"Jangan dilepas! Lo kedinginan" terdengar seperti perhatian, namun percayalah ia tidak berekspresi sama sekali.
"Nggak usah gengsi, ntar lo sakit ngerepotin orang" tambah pria itu.
"Nih, orang apa-apaan, sih, sok kenal banget" batin Nica kesal.
"Ngapain lo masih disini? Nggak pulang?" tanya pria itu memandangi tetes demi tetes hujan yang jatuh di depannya dengan kedua tangan yang dimasukan kedalam kantong celana abu-abunya.
"Hujan" jawab Nica singkat
"Ikut gue" ucap lelaki itu, lalu menarik tangan Nica tanpa menunggu persetujuan gadis itu.
"Lepas!" Nica menepis tangan pria itu sedikit kasar.
"Oh, lo mau tidur disini dan dibawa preman? Lagi pula ini udah sore"
"Bener juga sih yang dibilang manusia aneh ini. Kalo gue pulang malam yang ada bunda marah, tapi kalo gua pul--"
"Mau ikut sama gue atau nunggu om-om perut buncit nyamperin lo?" lamunan Nica terhenti kala pria itu kembali berucap sambil menyebrangi jalan.
"Hm, i-iya gue ikut" jawab Nica gagap, ia berlari untuk menyamai langkahnya dengan lelaki yang bahkan ia tak tau namanya siapa.
Setelah sampai tepat di ruko yang berada di seberang jalan, lelaki itu segera menaiki motornya dan diikuti oleh Nica.
"Pegangan!"
"Hah?"
"Pegangan! Gue mau ngebut biar nggak terlalu basah" jelas lelaki itu.
"Ih, apa-apaan, sih, nih, cowok pake acara modus segala, mana caranya pasaran banget. Dasar MANUSIA ANEH!" batin Nica menggerutu.
"Gue, sih, nggak maksa. Tapi, kalau lo jatuh terus patah tulang jangan tuntut gue" ucapnya dengan smrik.
Tanpa aba-aba lelaki itu langsung menancap gas motornya. Karena tak tahu kapan mereka akan meninggalkan sekolah itu, jika menunggu lamunan gadis itu usai.
GREP!
Nica refleks melingkari pinggang seseorang yang ia anggap aneh itu. Lelaki itu tersenyum smrik dibalik helm full face miliknya. Ia berhasil membuat gadis yang ia beri tumpangan itu gugup. Menurutnya wajah gadis itu sangat..lucu?
Di perjalanan tak ada yang membuka bersuara, karna mengenang mereka sedang naik motor dan cuaca pun sedang hujan.
"Rumah lo dimana?" tanya lelaki itu sedikit berteriak agar Nica mendengar ucapannya yang ditelan hujan.
"Di__ Apa gue harus kasih tau cowo aneh ini, tapi kalo gue pulang dalam keadaan basah dan ditambah lagi dengan cowo pasti bunda marah besar" batin nica
"Woi! Bengong terus kerjaan lo, masih muda jangan kebanyakan bengong. Rumah lo dimana?" tanya lelaki itu lagi.
"Rumah gue di perumahan mawar no.11, gang nya kecil, jadi lo anter gue sampe ruko depan gang aja" jelas Nica plus kesal karena ucapan manusia aneh itu.
"Kita pakek motor masak nggak bisa lewat" heran cowok itu
"Nggak usah banyak tanya bisa nggak, sih? Turunin gue di depan itu" ujar Nica menunjuk sebuah ruko yang ia maksud.
"Gue anter sampe dalem aja" balas lelaki itu.
"Nggak! sampe sini aja, gue mau beli sesuatu dulu" ucap Nica gugup mencari alasan.
"Yaudah, gue tunggu" kekeuh pria itu.
"Ribet banget, sih, lo. Tinggal balik aja susah"
Namun lelaki itu tak bergerak sedikitpun, ia masih dalam posisi yang sama.
"Ohh, lo minta ongkos, bilang dong" ujar Nica sembari mengacungkan uang berwarna hijau dari sakunya.
"Ambil!"
Lelaki itu hanya menatap gadis itu heran dan menahan tawa, menurutnya tingkah gadis ini sangat lucu dan unik.
"Kenapa? Kurang?" ucap Nica tak santai.
"Nggak pa-pa, gue ikhlas nganterin lo pulang. Okey, gue pulang dulu, tapi ingat! Lain kali gue pasti anterin lo sampai ke kamar" ujar lelaki itu terkekeh kecil dan berlalu pergi.
"Nggak jelas"

KAMU SEDANG MEMBACA
Warna untuk Nica✓
ЧиклитSeberapa banyak luka yang didapatkan, sebenarnya bukan menjadi tolak ukur rasa sakit. Namun, siapa orang yang menjadi penyebab luka itulah yang menjadi pembunuh mental paling kejam. Kisah seorang gadis yang bernamakan Annisa Lauren Giorgino, ah rala...