SELAMAT SAHUR DAN SEMANGAT PUASANYA☕
Lonceng istirahat berbunyi nyaring. Jam pelajaran guru killer telah usai, yang artinya siap tidak siap, kertas ulangan harus segera dikumpulkan.
Ketika diberi tahu bahwa akan ulangan untuk pertemuan selanjutnya saja Edo tak akan belajar, apalagi mendadak seperti ini. Lembaran kertas Edo masih kosong melompong. Hanya ada sedikit torehan tinta disana, itupun hanya nama dan kelas nya saja. Dari sepuluh digit soal tak ada satupun yang Edo mengerti 'sepertinya Bu Rina salah kasih soal' pikir Edo.
Teng! Teng! Teng!
"Waktu habis, silahkan kumpulkan!" pinta Bu Rina di depan sembari menaikan kaca matanya yang sedikit merosot dari hidung pesek nya. Itu kata Edo, ya.
Pasrah dengan segala keajaiban semoga saja do'a anak sholeh seperti Edo akan dikabulkan. Akhirnya Edo menyelesaikan soal-soal maut itu dengan 'capkicup'. Beruntung soalnya ABC, jadi masih bisa dikecup eh dikicup maksudnya.
"Capkicup kembang kuncup mana jawaban yang benar" gumam Edo berirama.
B!
Itu tebakan soal terakhir, Edo mengeluarkan nafas lega. Ternyata ia cukup pintar dibanding Wita yang tengah mengacak rambut frustasi disebelahnya. Wlek! Makan, tuh, rumus
____
Kini Ketiga remaja itu duduk tepat di depan warung nasi goreng bibi. Mereka sangat lapar setelah berperang dengan soal-soal matematika yang freak banget!
"Mau pesen apa? Biar gue pesenin" tawar Nica.
"Nasi goreng bibi plus jus mangga" ucap wita dan Selly semangat 45. Itu adalah menu fav mereka bertiga.
Setelah memesan, Nica kembali ke meja dimana Selly dan Wita duduk.
"Udah?" Selly melempar pertanyaan retoris nya.
"Udah, nanti di an--" ucap Nica terpotong sembari duduk.
"Aaaaaaa OPPA!" teriak Wita dengan tidak tahu malunya.
"Ihhh, Wita, telinga gue budek lama-lama gara suara lo" kesal Selly yang diangguki oleh Nica.
"Yaampun, Selly, Nica! Kalian nggak liat kak Bryan sama kak Alvin" menunjuk ke arah pintu kantin dengan mata berbinar-binar.
"Itu bukannya yang kemarin" gumam Nica pelan namun masih terdengar oleh Selly dan Wita.
"WHAT!" ucap Wita dan Selly kompak.
Nisa spontan menutup telinganya dan memejamkan mata. Menahan rasa malu karna sungguh sekarang mereka jadi pusat pasang mata seisi kantin, tak terkecuali Bryan dan Alvin.
"Demi apa lo ngomong gitu?" tanya Wita terheran-heran. Jiwa kepo nya meronta-ronta sekarang.
"Ih, jangan teriak, orang pada liatin kita, tuh" ucap Nica sembari tercengir pada pasang mata yang memandangi mereka seolah mengatakan tak ada apa-apa.
"Ya, sorry" ujar Selly dan Wita cengengesan.
Bryan yang melihat Nica pun spontan melangkahkan kakinya kearah meja kantin yang berada di depan warung bibi itu, diikuti Alvin tentunya.
Bryan dan Alvin bisa terbilang sahabat karib, mereka juga merupakan katos dan waketos. Sangat-sangat pacar-able bukan? Dua kaum adam yang sangat famous di sekolahan dan dikejar banyak ciwi-ciwi.
Nama lengkapnya Bryan Fernando. Ayahnya seorang pengusaha besar Mr.fernando. Bryan seorang ketos dingin sejagat, cool dan terkenal sangat cuek.
"OMG! Kak bryan jalan kesini!" teriak Wita sambil menggigit jarinya gregetan.
"Kenapa, sih, pada lebay banget" tanya Nica bingung.
"Itu ketos dingin, selama gue sekolah disini gue nggak pernah denger suara dia" ujar Selly yang kini ikut ke dalam dunia Wita.
"Lah, kan biasa nya kalo ngumpul yang ngomong ketos, terus siapa yang ngomong kalo nggak dia? Dan lagi wajah dia nggak berwibawa sama sekali" ujar Nica meremehkan dengan percaya diri.
"Yaiyalah, lo nggak pernah nyimak pas dikumpulin osis, pacaran mulu kerjaan lo" ucap wita sesuai kenyataan.
"Sejak kapan sejarah dalam hidup Nica pacaran" tanya Selly bingung.
"Pacaran sama rumus matematika yang bikin pusing sejagat raya" balas Wita tertawa lepas.
"Sttt! kak Bryan, dateng" bisik Selly melerai, karna benar saja pria itu sudah berdiri di samping kursi Nica.
"Hai! Kenalin gue Bryan, kemaren kita belum sempat kenalan" ujar Bryan sembari mengacungkan tangan nya di depan Nica.
"Udah tau" ketus Nica datar tanpa membalas jabatan tangan Bryan.
"Nica itu yang ngomong kak Bryan, loh" bisik Selly berusaha menyadarkan sahabatnya yang minim ekspresi itu.
"Nggak heran sih, secara kan gue ketos fomous sesekolahan" ujar Bryan dengan kepedean level tinggi.
"Huh" Nica mendengus kesal sembari berdiri dan ingin beranjak pergi.
Nafsu makan Nica hilang seketika. Jujur ia sangat risih dengan semua itu, selama ini Nica hanya berteman dengan Selly dan Wita.
"Eh, mau kemana, lo?" ucap Bryan menarik tangan Nica untuk mencegahnya pergi.
"Aws.." rintih Nica pelan.
"Sorry, tapi perasaan gue pegang nya pelan" ujar Bryan terheran.
Bryan melipat pelan lengan cardy Nica.
"Luka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna untuk Nica✓
ChickLitSeberapa banyak luka yang didapatkan, sebenarnya bukan menjadi tolak ukur rasa sakit. Namun, siapa orang yang menjadi penyebab luka itulah yang menjadi pembunuh mental paling kejam. Kisah seorang gadis yang bernamakan Annisa Lauren Giorgino, ah rala...