Bab 3 : A Priori

14 4 1
                                    

Luna berjalan di belakang pria yang barusan menolongnya, mereka sedang berjalan menuju teras sebuah minimarket yang ada di seberang jembatan merah. Luna menatap punggung pria di hadapannya. Pria itu membawa ransel Luna di punggungnya. Sementara yang sedang ditatap itu berjalan sambil menatap kearah lain. Payung yang sepertinya ia bawa tadi sekarang sudah dalam keadaan hancur terlindas mobil. Payung abu-abu dengan sebuah tulisan hitam yang tidak terbaca jelas itu kini tergeletak malang di tengah jalan.

"Ahhh, payungnya rusak. Bakal dimarahi bos gak ya..." gumam pria itu.

Kemudian dia menoleh ke arah Luna. Senyumnya kembali merekah. "Halo, kamu gapapa?"

Luna mengangguk bingung.

"Rumah kamu dimana? Mari saya antar pulang."

Luna menggeleng, ia tidak ingin pulang.

"Kamu gapunya rumah? Atau jangan-jangan kabur dari rumah?" ujar pria itu sambil mengangkat sebelah alisnya heran.
"Aku gamau pulang..." jawab Luna lirih.

Pria itu terlihat seperti berpikir sejenak, kemudian ia mengambil handhphone di saku celananya. "Sebentar ya." ujarnya, yang kemudian detik selanjutnya ia terlihat sedang menelepon seseorang. Luna bisa mendengar ada sedikit perdebatan kecil antara pria itu dengan seseorang di seberang telepon.

"Kasian, dia sendirian--- ah engga gitu. Apaan sih, iya iya. Sebentar doang kok. Iya, gue yang tanggung jawab." Ia menutup teleponnya dan memandang Luna.

"Tunggu disini sebentar ya." kemudian pria itu masuk ke dalam minimarket di belakang mereka.

Luna menatap jembatan di seberangnya. Ia masih tidak percaya atas apa yang baru saja terjadi. Ia menggenggam erat rok SMA nya. Kemudian ia mengalihkan pandangan dari jembatan itu ke kakinya yang kini sudah memakai sepatu sekolahnya lagi. Ia meraba lengannya dan baru ingat bahwa ia masih memakai jaket milik Asa. Jaket itu kini sudah basah.

Tiba-tiba pria itu keluar dari minimarket di belakangnya. Ternyata ia membeli payung baru. Tidak sebesar payung yang tadi, payung kali ini terlihat lebih kecil dan lebih mudah dibawa kemana-mana.

Pria itu membuka payung berwarna biru polos yang baru saja dibelinya. Kemudian ia berjalan mendekati Luna.

"Mau ikut saya?"
"Kemana?"
"Kebetulan saya kerja di sekitar sini. Kerja di cafe kecil aja sih, disana ada satu ruangan yang bisa kamu pake tidur, ada baju bersih sama kamar mandi juga. Gimana? Tenang aja, nanti saya yang jamin semuanya kok."

Luna berpikir sejenak. "Saya gamau repotin om."

Pria didepannya hampir tersedak. Kemudian dia terkekeh, suaranya sangat gagah seperti pria yang sudah matang. "Kamu kok panggilnya gitu sih, saya emang udah lebih tua dari kamu. Tapi saya ga tua-tua amat kok. Baru 23 tahun."

"Oh iya. Saya jadi lupa belum perkenalan. Salam kenal, nama saya Juna." Pria bernama Juna itu menyodorkan telapak tangannya ke Luna. Luna memandang telapak tangan Juna dengan ragu. Seolah memahami Luna, Juna langsung menurunkan telapak tangannya.

"Nama saya Luna."

Juna mengangguk. Senyumnya tak pernah putus selama ia berbicara kepada gadis itu. "Kalau gitu, ayo ikut saya. Deket kok, saya juga udah bilang sama rekan-rekan kerja saya." Juna terus bercerita tanpa ditanya.

Kini mereka sedang berjalan bersampingan. Luna mengangkat wajahnya dan melihat betapa kecilnya payung ini untuk mereka berdua. Kemudian ia melirik ke bahu sebelah kanan Juna. Bagian itu tidak tertutup payung yang ia bawa. Sepertinya Juna sengaja, namun Luna memilih diam dan berpura-pura tidak menyadarinya.

Mereka kembali melewati jembatan merah itu lagi. Kali ini dalam suasana diam. Sebelum melewati jembatan tadi, Juna tiba-tiba menukar posisi nya dengan Luna. Kini ia ada di sebelah kiri Luna. Di sebelah kiri pria itu ada pagar pembatas jembatan yang tadi hampir Luna lompati. Sementara di sebelah kanan Luna berhadapan langsung dengan jalan yang ramai dilalui kendaraan pribadi. Luna menelan ludah. Kemudian ia kembali memfokuskan pandangannya ke depan. Sepertinya pria itu sengaja melakukannya, ia takut mungkin Luna akan tiba-tiba melompati jembatan lagi seperti tadi.

Caramel Milk Tea (Kim Namjoon's Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang