"Lu beneran ngikutin gue ya" ujar Elina melihat si lawan bicaranya hanya diam saja.
Dhafin sendiri malas meladeni gadis itu. lihat saja dia malah berbicara seenaknya dan tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Sejak kapan Dhafin mengikuti gadis itu seperti kurang kerjaan saja, lihat yang tiba duluan di halte adalah dirinya sedangkan gadis itu datang beberapa menit setelahnya.
Seharusnya yang berkata seperti itu adalah dirinya bukan gadis itu.
"Lu ngapain disini ?" Tanya Elina setelah duduk di dekat laki - laki berhoodie hitam itu.
Melihat laki - laki itu mengabaikannya lagi Elina berdecak sebal.
"Lu bisu atau gak bisa denger, kok cewek cantik kaya gue di anggurin sih" ucap Elina.
"Berisik" akhirnya Dhafin membuka suaranya walau hanya satu kata yang keluar dari mulutnya.
"Akhirnya lu ngomong juga, tapi bisa gak sih jangan ngomong itu - itu aja. Kata lain kek" kata Elina.
"Lu ganggu" ujar Dhafin santai.
"Ya ampun mulutnya pedes banget ya" ujar Elina bermaksud menyindir.
Setelah itu tidak ada lagi yang membuka suara. Dhafin yang memang pada dasarnya malas meladeni gadis disampingnya ini dan Elina yang capek sendiri terus berbicara tapi diabaikan oleh laki - laki itu.
Selang beberapa menit bus yang mereka tunggu akhirnya datang dan berhenti didepan halte.
Dhafin segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju bus sedangkan Elina hanya mengekor dibelakang laki - laki itu, bukan bermaksud untuk mengikutinya tapi memang dirinya ingin naik bus juga.
Setelah tiba didalam bus tampaknya mereka memang ditakdirkan untuk selalu berdekatan. Lihat saja hanya ada dua bangku yang kosong dan itu berseblahan.
"Jangan geer dulu ya, gue nggak ngikutin. liat aja nggak ada bangku yang kosong selain tempat ini" ucap Elina sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru bus.
Sementara Dhafin hanya diam saja lagi pulu ia hanya pasrah bila harus berdekatan dengan gadis menyebalkan itu lebih lama.
"Lu denger gak sih ?" Ucap Elina sedikit meninggikan suaranya.
"Berisik, mending lu diem. Telinga gue panas denger ocehan lu" balas Dhafin.
Bukannya merasa kesal Elina justru bertepuk tangan.
"Wow itu kalimat terpanjang yang pernah lu ucapin" ucap Elina sedikit berteriak sehingga membuat beberapa orang menoleh.
Dhafin hanya memutar bola matanya malas apa hal seperti itu adalah hal yang luar biasa menurut gadis itu.
Memang gadis yang tidak tau malu lihat saja di saat ditatap oleh beberapa orang gadis itu masih bisa bersikap acuh.
"Gue pikir lu nggak bisa ngomong panjang - panjang" ucap Elina sambil menatap Dhafin.
"Diem, lu berisik"
"Tuh kan balik lagi padah-"
"Diem atau lu bakal tau akibatnya"
Setelah mendengar kalimat terakhir laki - laki berhoodie hitam itu Elina langsung bungkam takut Dhafin berbuat sesuatu yang tidak - tidak pada dirinya.
Suasana menjadi hening diantara keduanya. Elina yang memilih bermain ponsel, sementara Dhafin yang memejamkan matanya.
####
"Elina yang cantik dan kece badai ini pulang" teriak Elina ketika memasuki rumahnya.
"Berisik banget sih lu" ucap seorang laki - laki yang duduk di kursi ruang tamu.
"Bang Vano ?" Tebak gadis itu.
Dan tepat setelahnya laki - laki itu berdiri, tanpa aba - aba Elina segera memeluk seorang yang ia sebut Vano tadi.
Elvano Ganendra atau yang lebih akrab di sapa Vano itu adalah kakak dari seorang Elina Fradella, Vano lebih tua setahun dari Elina.
"Abang kapan pulang ?" Tanya Elina ketika sudah melepaskan pelukannya.
"Sekitar dua jam yang lalu" jawab Vano sekenanya.
"Abang kok bisa pulang terus sekolah abang gimana ?" Elina kembali bertanya.
"Jadi mulai sekarang gue sekolah disini dan tinggal bareng lu lagi" jelas Vano.
Sekedar informasi, jadi sejak SMP Vano tinggal di Australia bersama kakek neneknya awalnya Elina juga di ajak untuk tinggal di sana tapi ia menolak dan memilih tinggal bersama kedua orang tuanya.
"Abang beneran ?" Tanya Elina memastikan.
"Beneran lah masa iyya gue bohongin adek gue ini" ucap Vano sambil mencubit pipi Elina.
"Dan juga mulai besok gue sekolah di SMA Merpati sekolah lu" lanjut Vano.
"Baru juga tadi gue jadi murid baru bang dan besok lu lagi" ucap Elina.
"Ehh iyya gue lupa lu juga baru masuk tadi" ucap Vano menepuk dahinya.
"Lucu ya" ucap Elina sambil tertawa. Melihat itu Vano pun ikut tertawa juga.
"Elina kamu udah pulang ternyata, pantes berisik" ucap seorang wanita paruh baya. Dia Erika mamanya Elina dan Vano.
"Ehh mama" ucap Elina sambil menyalimi wanita paruh baya itu.
"Cepat ganti baju kamu Elina dan habis itu baru makan" perintah Erika pada Elina
"Kamu juga Vano katanya tadi mau mandi tapi bukannya langsung malah duduk dulu" lanjut Erika.
"Pantes tadi gue nyium bau - bau yang agak gimana gitu, ternyata ada yang belum mandi" ucap Elina bermaksud menyindir Vano.
"Enak aja lu ngatain bau, enggak ya" ucap vano yang merasa tersindir akan ucapan Elina.
"Jadi abang ngerasa gitu ?" Tanya Elina
"Iyya kenapa kalau gue ngerasa" jawab Vano.
"Abang emang bau" ucap Elina sambil menjulurkan lidahnya kemudian berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
"Awas lu ya" ucap Vano kemudian mengejar Elina.
Sementara Erika, wanita paruh baya itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak - anaknya.
Jangan lupa vote, share, and comment
Akhirnya aku up lagi setelah sekian lama.
Jangan bosan nunggu destiny up ya.Salam Author👋
Wattpad_khaaa💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Teen FictionDhafin Faeyza Seorang laki - laki yang selalu menutup dirinya dari dunia luar. Sampai suatu hari dia bertemu dengan gadis cerewet bernama Elina Fradella. Hidupnya berubah drastis setelah mengenal gadis itu. Sementara Elina sangat penasaran akan kehi...