Perjalanan ke kabupaten memakan waktu yang tidak lama juga tidak terlalu cepat. Pak Angga melirikkan netra di kaca spion mencari tempat parkir untuk mobilnya.
Setelah terparkir rapi ponsel miliknya bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Perlahan dia melihat siapa yang memanggil "Naufal", pak Angga menggeser tanda panggil dan menempelkan benda pipih itu di dekat indera dengarnya.
"Om, maaf Naufal mengganggu lagi, ini perjalanan sudah sampai candi Prambanan, boleh Saya mampir ke rumah Om Angga?"tanya Naufal santun.
"Boleh kebetulan Om Angga berada di rumah sakit nanti Om sharelok ya, sudah dekat itu,"jelas Pak Angga kepada Naufal, entah kenapa dengan lancar memberikan ijin Naufal untuk singgah di rumah sakit jiwa dimana Dania akan memulihkan kembali ingatannya yang telah bergeser yang lebih di kenal dengan kata gila.
Setelah menutup panggilan dari Naufal, Pak Angga membuka pintu mobil. Suami mbak Las tetangga sebelah rumah segera beringsut tempat duduknya menggerakkan kaki menuruni pintu mobil diikuti gerakan tangan mengajak Dania untuk menggerakkan tubuhnya. Begitu juga Pak RT mengikuti langkah Dania bergeser perlahan.
Dania dituntun perlahan memasuki koridor rumah sakit setelah menuju ruang pemeriksaan. Menurut dokter spesialis jiwa yang memeriksanya menyarankan bahwa Dania harus menjalani rawat inap.
Dania dirawat tanpa ditemani oleh siapapun bahkan selama dua bulan pertama tidak diperbolehkan untuk dibesuk langsung.
Hanya perawat yang menemani keseharian Dania nantinya. Kuat tidak kuat jawabannya adalah harus kuat. Buat Adisty mungkin tidak bisa menahan keinginan untuk membesuk putri semata wayang, nanti setelah ia sembuh dari luka yang dideritanya. Pikir Pak Angga.
Untuk kesembuhan Dania diperlukan kesabaran juga doa yang tidak putus. Tidak hanya hitungan sebulan atau dua bulan, bisa juga memerlukan waktu berbulan-bulan atau mungkin tahunan. Hingga pulih seperti awal sediakala.
Dania yang pendiam, dia pendam semua masalah yang menimpa dirinya. Sekarang harus menempati sebuah kamar di rumah sakit jiwa.
Pak Angga menengok kebelakang, memastikan bahwa Dania merasa nyaman dan yang lebih penting semoga dokter segera menyembuhkan penyakitnya. Sebelum melangkah meninggalkan ruang perawatan dimana Dania tinggal sendirian.
Kenyataan ini sungguh diluar nalar, bahwa Dania yang terlihat begitu tegar disaat kematian Ayah dan ke dua adiknya ternyata hari ini Ia tumbang.
Beberapa menit kemudian terdengar nada dering panggilan dari Handphone Pak Angga, segera Ia menjawab panggilan itu dan menunggu untuk beberapa waktu hingga pertemuan dengan Naufal juga dua orang teman Dania yang sedang melakukan perjalanan dari Jogjakarta.
"Maafkan Naufal Om, Om Angga jadi menunggu lama,"sapa Naufal kepada Pak Angga tanpa tertinggal Ia menjabat tangan bapak sambung Dania dengan santun dan menciumnya, "ini Oji juga Windi Om,"jelas Naufal kepada Pak Angga.
"Maaf, mengganggu Om. Gimana kabarnya Dania Om"tanya Windi menyela ngga sabar ingin ketemu sahabatnya.
"Om, siapa yang sakit?"cecar Naufal ingin tau.
"Sabar, pertanyaannya ko beruntun begitu, kita minum dulu di warung sebelah kalian mesti haus juga lapar habis menempuh perjalanan jauhkan?"jawab Pak Angga tenang, Ia mengajak ke tiga teman anaknya untuk sekedar minum.
"Makasih Om, kita habis makan di dekat kos Oji Om."jelas Windi tak sabar ingin segera ketemu dengan Dania yang tidak bisa dihubungi lewat ponselnya.
"Ya, sudah, kalian pasti pengen segera ketemu sama Dania kan? "tanya Pak Angga menyelidik,"ayo ikut sama Om." Mereka berjalan mengikuti langkah kaki Pak Angga menyusuri koridor rumah sakit jiwa menuju ke sebuah kamar yang membikin penasaran hati Windi juga Naufal. Mereka hanya diam seribu bahasa dada mereka diliputi pertanyaan yang belum mendapatkan jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita dari Negeri Langit
Teen FictionDania Tsalsabilla, gadis remaja yang tumbuh dewasa diantara puing reruntuhan bangunan rumah tangga Ayah dan Bundanya. Perceraian terjadi karena mempertahankan ego masing-masing. Dania lebih memilih hidup bersama Ayah dan ke dua adiknya. Cobaan tidak...