Masa-masa sekolah telah menjadi kenangan yang mengisahkan begitu banyak rasa. Pertemanan yang sangat hangat sampai percintaan yang begitu rumit untuk sekedar dijelaskan lewat kalimat biasa. Aku sebagai pelaku dari salah satu kisah percintaan yang ada di semesta ini turut ingin menceritakan sebuah alur kebahagiaan. Barangkali aku salah mengartikannya maklum saja. Sebab, aku saja masih bingung dengan cinta. Banyak pertanyaan yang menggenang di kepalaku.
Apa itu cinta? Bahagia? Luka? Atau justru ambisi semata?
Ahh, kenapa harus kita ambil pusing. Bahkan ketika kau mengartikan cinta sebagai luka, kau tidak akan pernah bisa lepas darinya. Hidup ini bagaikan sebuah roda. Ketika roda itu berputar, maka cinta akan menjadi bahan bakarnya. Kau tidak akan pernah bisa lepas dari rumitnya sebuah perjalanan. Bukankah menyenangkan? Hidupmu dipenuhi rindu dan butir-butir pesan yang setiap hari mampir membanjiri pikiran. Belum lagi jika sudah membahas rencana ke depan atau hal-hal kecil penuh candaan. Sangat menyenangkan bukan?
Aksara namaku. Perkenalkan saja aku yang akan menemani waktu luangmu. Untuk sekedar membaca bait-demi-bait cerita yang tersusun begitu berantakan. Kacau memang jika kita membicarakan cinta, karena memang tidak ada habisnya. Sekolahku tepat persis di dekat rumahku. Sebuah SMA yang hanya berjarak 10 langkah itu aku impikan sejak duduk di bangku SMP. Bahkan aku sangat beruntung karena tidak perlu susah payah untuk mendaftar. Aku bisa masuk dengan mudah lewat jalur prestasi. Ahh, persetan prestasi. Menurutku prestasi paling membanggakan dalam hidupku adalah hidup dengan bebas.
Hari-demi-hari berlalu dengan sangat cepat. Tiba saatnya aku harus menginjakkan kaki di dunia yang baru. Aku sudah tidak sabar ingin menunjukkan bakat ku sebagai seseorang yang tidak bisa diam. Mungkin juga aku sudah tidak sabar menelusuri cerita-cerita yang akan dirindukan pada suatu masa. Ahh, aku ini orang yang tidak sabaran memang.
"Bu, aku berangkat dulu!" kataku sambil bergegas keluar rumah.
"Iyaaaaaaa!" teriak ibuku dengan lantang.
Aku berjalan sambil melihat orang-orang di sekelilingku yang sedang menampilkan raut-raut bahagia. Bagaimana tidak? Hari pertama sekolah tentu sangat ditunggu-tunggu. Teman baru, suasana baru, pengalaman baru, serta hal-hal baru lainnya terutama perihal percintaan yang akan semakin haru.
Sesampainya di sekolah aku dibingungkan dengan struktur kelas yang masih belum jelas. Melihat wajah-wajah baru membuatku sedikit malu.
"Aksara!" panggil seseorang yang entah darimana asalnya.
Aku mencari asal suaranya, ah ternyata itu berasal dari gerombolan anak basket dari SMP tempat aku bersekolah. Yang mana aku juga termasuk dalam bagian itu.
"Mukamu kaya orang mabok" kata mereka memyambut kedatanganku.
Tawa memecah keramaian. Kumpulan anak yang tidak tahu malu mulai beraksi. Sekedar basa-basi atau lirik sana-sini. Berharap menarik perhatian, malah justru muka-muka menjijikan mulai diperlihatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARASI
No FicciónDalam narasi ini aku adalah cinta itu sendiri. Entah ini usaha melupakan, atau justru bunuh diri secara perlahan. Kembali aku mengenang luka, lalu menulisnya dengan bahagia.