Kemauan yang kuat harus selaras dengan doa, usaha, dan tekad.
-Shayla Pratiwi-"Shay! Sini!" teriak Kenzo yang sejak tadi berusaha memanggil Shayla saat turun dari podium. Gadis itu melihat ke arah sahabatnya sebelum blitz kamera mulai menyerangnya lagi. Kemenangannya di Kejurnas kali ini menjadi pembuktian bahwa usaha tidak mengkhianati hasil. Sepulang sekolah ia tekun mengikuti latihan taekwondo dan ikut mengajari anak grade 1-3 untuk dasar taekwondo. Selama tiga tahun ini dirinya sangat serius belajar demi mengejar impiannya.
Tak tanggung-tanggung kali ini Shayla membawa dua medali emas untuk kategori Kyorugi dan Poomsae setelah mengalahkan sepuluh lawannnya. Berkali-kali ia mengucapkan rasa syukur atas keberhasilannya, sudah terbayang senyuman bangga yang akan nenek tunjukkan di rumah. Karena Shayla tahu, tidak ada orang lain lagi selain nenek yang akan merasakan kebahagia ini. Semua yang diperjuangkan Shayla hanya untuk membahagiakan orang tercinta yang tersisa satu-satunya di dunia ini. Pasti nenek akan membelikan pigura untuk meletakkan sertifikat dan menggantungkan medali milik Shayla di dinding.
Setengah berlari, Shayla menghampiri Kenzo dan Amira yang juga atlet taekwondod dari sekolah yang sama. Kali ini Kenzo mendapat medali perunggu di kategori Kyorugi dan Amira mendapat medali perak di kategori Poomsae. Dahi Shayla mengeluarkan keringat dengan pelan ia mengusap dan tersenyum kepada Kenza dan Amira sambil memamerkan dua benda di lehernya. Kenzo dan Amira memeluk Shayla bergantian seraya mengatakan kata selamat. Ketiganya terlihat bahagia menjadi murid-murid yang bisa mengharumkan nama sekolahnya. Dengan adanya prestasi-prestasi yang terus ia dapatkan akan semakin membuat mudah jalan Shayla masuk ke universitas pilihannya.
"Eh, tadi aku nitip ponsel kan?" tanya Shayla sembari mengemasi barang-barangnya.
"Oh, ya, ini." Amira mengulurkan benda tipis itu ke arah Shayla, sedetik kemudian terdengar nyaring nada panggilan dan buat Shayla kaget kala membaca nama yang tertera di layar.
"Tunggu, ya! Aku mau angkat dulu," putus Shayla lalu sedikit menjauh untuk mencari tempat yang lebih sepi.
Kenzo memilih untuk bersiap memasukkan dobok, sabuk, head guard, gloves, dan handuknya ke dalam tas. Sedang Amira masih sibuk memainkan ponselnya sebab dia sudah selesai berkemas sejak Shayla naik ke panggung saat menerima medali. Sepulang dari sini mereka bertiga ada rencana ke Sei Sapi yang akan menjadi momen pertama Shayla untuk mentraktir kedua sahabatnya.
"Eh, aku pulang duluan!" seru Shayla tiba-tiba dan memasukkan barang-barangnya dengan serampangan ke dalam tas. Wajahnya tampak pasi dan kembali mengeluarkan keringat.
"Shay, ada apa? Kamu kenapa?" tanya Amira ikut khawatir melihat perubahan drastis Shayla hanya dalam waktu lima menit.
"Aku janji akan traktir kalian makan lain waktu, tapi sekarang aku harus pulang. Pak RT ngabarin kalau Nenek jatuh." Shayla merasa tenggorokannya tercekat harus mengulangi kalimat yang baru saja ia dengar dari Pak Bayan selaku RT di desanya kepada kedua sahabatnya. Refleks mereka langsung cepat berkemas dan ingin ikut Shayla ke rumah, Kenzo segera berlari ke Pak Darmanto selaku Saboemmim mereka untuk berpamitan pulang.
Shayla dan Amira sudah sampai di parkiran menuju mobil Kenzo. Waktu sore dengan bertepatan jam pulang kantor para pekerja memang bukan pilihan yang bagus untuk berkendara umum. Kenzo memilih jalur dalam untuk menghindari kemacetan di kota pahlawan meski memakan waktu lebih lama sedikit.
"Tenang, Shay!" ucap Amira yang mencoba menenangkan Shayla. Gadis keturunan Jawa Arab itu tahu jika Shayla akan mengerakkan ibu jarinya saat panic attack menyerangnya persis saat mereka akan bertanding untuk pertama kalinya tiga tahun yang lalu. "All is well," ucapnya selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST PUZZLE (TERBIT)
Mystery / ThrillerKematian mendadak sang nenek menimbulkan banyak tanya di hati Shayla. Penyelidikan yang dilakukan justru berakhir dengan ditutupnya kasus karena minimnya bukti. Tekad Shayla mengungkap identitas si pelaku membuatnya harus mencari kepingan puzzle yan...