Puzzle 15 - Party

36 5 0
                                    

“Hanya bermodal cinta suci tidaklah cukup untuk memiliki sang raja seutuhnya jika kamu hanyalah seorang rakyat biasa.”
Shayla Pratiwi

Hampir dua minggu Shayla dan Drew tidak lagi berjumpa setelah mereka bertemu di teras kafe sore itu. Bukan karena Shayla menghindari Drew, melainkan si bos tampan memang tengah sibuk ikut terlibat dalam suatu project baru dari AMD. Tidak salah lagi, Drew adalah orang yang terwahid dan terpenting di AMD. Tahun ini, ia baru berusia 24 tahun, tetapi sudah memegang banyak kendali di beberapa anak cabang. Dalam waktu dekat Adinata Good Foods akan segera meluncurkan produk frainches terbaru dan kekinian. Kue Brownies yang biasanya dinikmati serupa kue basah kini hadir dalam bentuk krispi serupa keripik yang tahan lama. Selain itu, varian rasanya yang banyak akan membuat para penikmatnya  jatuh hati.

Situasi sibuk semakin terlihat seminggu terakhir ini, bukan hanya Drew atau jajaran pemimpin saja. Melainkan seluruh office girl dan office boy pun ikut mendapat banyak kerjaan.  Selain tetap membersihkan di lantai utama mereka bekerja dan menyiapkan minum untuk tamu, semua anggotanya secara bergantian ikut membantu membersihkan outlet baru yang letaknya bersebelahan dengan restoran.  Keduanya juga tidak berhubungan lewat chat apalagi telepon. Tidak sempat untuk Shayla diam-diam terus menganggu Drew, Shayla sudah memikirkan kembali langkahya. Ia masih ingin tetap membongkar rahasia besarnya, jadi Shayla putuskan untuk tetap bermain hati-hati dan cantik.

Sama seperti hari ini, Senin pertama di awal bulan menjadi hari yang hectic untuk seluruh karyawan AMD. Drew terlihat mondar-mandir mengecek perlengkapan dari lantai dasar yang akan jadi tempat grand opening hingga beberapa lantai di atasnya tempat para tim kreatif bekerja. Lalu terlihat sangat serius mendengarkan bawahannya yang tengah melaporkan beberapa persiapan dan tak ayal, Drew juga terlihat berkali-kali terlibat hubungan dua arah dalam jaringan telepon. Puncaknya, saat hari sudah siang, tetapi Drew belum juga mengambil waktu makan siangnya. Ia baru saja selesai membubuhkan tanda tangan pada beberapa dokumen di ruang meeting dan baru kembali ke ruangannya saat hampir sore. Dengan sekali sentakan dasi motif garis berwarna donker itu terlepas. Lelaki tampan itu terlihat kelelahan hingga mendongakkan kepala sambil menutup mata.

Di tempat lain, Shayla mendapat tugas mengantarkan makan siang untuk Drew karena memang hanya dirinya yang tersisa di lantai 9 dan cukup simpel untuk naik ke ruangan Drew di lantai 15. Shayla menerima tugasnya dengan sedikit ragu, ia masih teringat respon yang diberikan Drew pada pertemuan terakhir mereka. Seharusnya dia tidak meninggalkan bosnya begitu saja. Untung, lelaki yang ia perlakukan tak elok itu adalah Drew.

Perlahan Shayla memasuki ruangan Drew. Rasa sejuk langsung menyergap tubuhnya. Shayla mendesah pelan kala melihat dan merasakan betapa nyaman ruangan milik sang bos. Ada satu set sofa yang dekat dengan pintu, lalu agak ke dalam ada meja lengkap dengan kursi yang tengah Drew duduki. Napas Shayla tercekat melihat bosnya tertidur dengan nyenyaknya. Shayla membasahi bibirnya lantas melanjutkan langkahnya untuk menata makanan di meja sofa. Ia melirik meja Drew yang penuh dengan berkas penting. Pekerjaannya belum selesai di situ, Shayla kebingungan sendiri kala teringat pesan Bu Dina yang memastikan makanan yang dibawanya habis dinikmati oleh Drew.

“Drew memang benar-benar cakep,” batin Shayla yang masih memandangi Drew tertidur. Hampir sepuluh menit ia tidak melakukan apa-apa. Sesekali ia mengecek ponsel karena takut teman satu shift mencarinya.

Don’t goooooo!” teriak Drew keras hingga membuat jantung Shayla ikut berdebar kaget. Drew menyeka keringatnya dan kembali terkejut mendapati Shayla sudah ada di hadapannya. Drew menerima uluran segelas air putih dari Shayla dengan ragu.

“Maaf, Pak!” Shayla membuka suara kala Drew meletakkan gelas yang sudah kosong dan tatapannya penuh selidik menatap Shayla. Dilihat dengan begitu intens oleh Drew sudah membuat Shayla ciut nyali. “Saya mengantarkan makanan untuk, Bapak,” ucapnya lagi sambil menunjuk nampan yang berisi makanan. Perlahan, Drew beranjak dari duduknya dan melewati Shayla untuk duduk di sofa yang sudah tersedia menu makan siang.

THE LAST PUZZLE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang