Puzzle 2 - Sadness

64 15 1
                                    

"Tidak ada yang tahu cara takdir bekerja. Siap atau tidak, suatu saat kamu pasti akan sendirian"
-Shayla Pratiwi-

Setelah menemui petugas administrasi dan mengisi beberapa lembar  form rekam medik, Shayla masih tampak gelisah dan wara-wiri di depan ruang IGD sambil sesekali mengintip ke dalam. Amira dan Kenzo juga tidak bisa menutupi kekhawatiran mereka karena sepanjang perjalanan kondisi Nenek tidak menunjukkan perubahan. Sesekali mereka membujuk Shayla agar bisa duduk, tapi Shayla menolak. Shayla menyerahkan pada Amira semua medali yang tadi sempat dibawanya. Berharap selama perjalanan Nenek akan siuman. Ternyata nihil dan Nenek belum siuman juga.

Pak Bayan masih bicara dengan AKP Prabu yang kerap terlihat menerima telepon. Suasana ruang IGD yang ramai tidak mengurangi kecemasan yang dirasakan Shayla. Nenek adalah orang yang kuat dan Shayla yakin beliau mampu bertahan.

“Nenek harus kuat! Nenek harus kuat!” batin Shayla sambil terus berdoa.

“Shay, kamu jangan putus berdoa ya. Insya Allah Nenek bisa melewati semua ini!” Nasihat Amira tulus. Shayla hanya menganggukkan kepalanya. Ia kembali mengintip ke ruangan Neneknya dan tampak Petugas ruang IGD terus melakukan tindakan sambil mengobservasi kondisi Nenek. Selain itu beberapa alat kesehatan sudah terpasang di tubuh Nenek. Tiba-tiba seorang Petugas keluar dari ruangan tersebut dan menemui mereka.

“Siapa keluarga Nenek Asih?” tanyanya sambil menatap orang-orang yang berada di ruang tunggu tersebut. Shayla segera angkat tangan dan mendekati Petugas. Pak Bayan mendekat untuk mendampingi Shayla.

“Saya, Pak! Bagaimana keadaan Nenek saya, Pak?” tanya Shayla.

“Kami keluarga Nenek Asih, Pak! Bagaimana keadaannya, Pak?” tanya Pak Bayan menatap petugas bernama Andika sesuai nametag di bajunya.

“Ada yang ingin disampaikan Bu Dokter, Mbak! Bu Dokter ingin menjelaskan tentang kondisi Nenek Asih, Mbak, Bapak juga boleh ikut. Mari ikuti saya!” ajak  Andika dan mempersilakan keduanya masuk.

Pak Bayan dan Shayla masuk ke dalam ruangan. Shayla melihat kondisi ruangan yang penuh dengan pasien. Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri lengkap tampak wara-wiri sambil membawa nampan berisi bak instrumen, kom dan sebagainya. Ada juga yang sibuk mendorong troli emergency ke arah bed pasien yang membutuhkan.

Shayla melihat neneknya yang berada di ruang resusitasi sedang dilakukan tindakan intubasi endotrakeal  untuk membuka jalan napas. Bunyi alat monitor yang terpasang serta bau cairan aseptik menguar dan terhirup oleh Shayla. Terlihat ada beberapa keluarga pasien yang sedang sibuk menjawab pertanyaan dari dokter dan perawat serta petugas evakuator yang bersiap memindahkan pasien apabila sudah dilakukan tindakan dan segera dirawat inap.

Shayla masih berhenti sebentar menyaksikan neneknya yang berjuang menarik napas dan alat defibrilator sudah berada di dekatnya. Beberapa perawat sibuk mengikuti advice dokter utuk memasukkan obat injeksi melalui selang infus.

“Shay!” panggil Pak Bayan mengagetkannya. Shayla mengalihkan pandangannya dan menatap Pak Bayan yang memasuki sebuah ruangan kaca. Shayla segera mengikutinya.

“Silakan masuk!” ucap petugas itu ramah. Setelah Shayla dan Pak Bayan masuk, petugas tersebut kembali ke tempat tugasnya. Seorang dokter wanita yang cantik menyambut mereka dengan ramah.

“Silakan duduk!” Sambut dr. Reina mulai mempersilakan keduanya duduk.

“Ada apa dengan Nenek saya, Dok? Tadi saya lihat dia tidak bergerak sama sekali." Suara Shayla bergetar ketika menanyakan kabar Sang Nenek.

THE LAST PUZZLE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang