" Disaat ku telah yakin dengan perasaan ini, mengapa kau berubah? Apakah menunggu kepastian ku membuatmu lelah? Atau kau hanya ingin mempermainkan ku saja? "
Tamara Anindia...
🌸 Happy Reading 🌸
Sekarang pukul 14.30 SMAN 107 Jakarta, waktu jam pulang sekolah telah tiba.
"Ra, lu mau ngomong sama Rizki?" Tanya Eca.
"Ya gua harus ngomong sama Rizki Ca." Ucap Tamara.
Tamara pun menghampiri tempat duduknya Rizki. Untuk mengajaknya berbicara.
"Ki, gua mau ngomong sama lu." Ucap Tamara.
"Gua ada latihan futsal, nanti aja ngomongnya." Ucap Rizki bangkit dari tempat duduknya.
"Ki, tapi ini penting." Ucap Tamara.
Rizki pun pergi tanpa menghiraukan ucapan Tamara.
"Rizki tunggu." Ucap Tamara, sambil mengejar Rizki.
"Gua sibuk Ra." Ucap Rizki.
"Lu tuh kenapa sih Ki, kenapa lu jadi cuek kaya gini, lu ngejauh dari gua, apa karena gua ngga ngasih lu kepastian. Tapi lu yang bilang sendiri kan kalo lu mau nunggu sampe gua yakin, tapi apa disaat gua udah yakin lu malah kaya gini. Apa lu cuma mainin gua doang hah." Ucap Tamara agak kesal.
Rizki yang mendengar penuturan Tamara hanya bisa diam.
"Gua sibuk Ra." Ucap Rizki.
"Bukan itu yang gua tanya Ki. Tolong jawab gua, kenapa? apa lu cuma mu mainin gua doang hah jawab." Ucap Tamara. Yang tak kuasa menahan air mata nya.
Untung semua murid sudah pulang, meskipun ada beberapa murid yang eskul, tapi tidak terlalu ramai.
Sakit ngga sih guys disaat kita udah mulai suka sama orang yang kita suka, tapi dia nya malah berubah gitu aja, malah ngejauh gitu aja, nyesek deh Mimin bacanya.
"Gua ada latihan Ra, gua permisi." Ucap Rizki.
Rizki meninggal Tamara sendiri di depan kelas mereka.
"Lu jahat Ki, lu jahat kenapa lu ngelakuin ini." Teriak Tamara. Sambil menangis.
"Ra lu gpp kan." Ucap Keisya.
"Iya lu gpp kan Ra." Ucap Eca.
Keisya dan Eca memang sengaja menunggu Tamara untuk berbicara dengan Rizki. Karena mereka takut Tamara nangis dan benar saja dugaan mereka.
"Gua gpp kok." Ucap Tamara. Mencoba untuk tegar.
"Gua anter pulang ya." Ucap Keisya.
"Ngga usah, gua pulang sendiri aja, gua duluan." Ucap Tamara. Lalu pergi meninggalkan kelas.
"Udah Sya, mungkin Tamara butuh waktu sendiri." Ucap Eca.
"Lu tuh temen macam apa sih." Ucap Keisya. Lalu pergi meninggalkan Eca sendiri di kelas.
Keisya mencoba mengejar Tamara, tapi dia sudah kehilangan Tamara.
"Kemana sih dia cepet banget ilangnya." Ucap Keisya, sambil melihat sekeliling parkiran.
Ditempat lain.....
Tamara sedang berada di taman, karena ia ingin menenangkan dirinya, tidak mungkin ia pulang dengan kondisi menangis, pasti mamanya akan bertanya. Dan Tamara tidak sanggup menjelaskannya.
Tamara sedang duduk di bawah pohon taman itu seorang diri, taman dekat komplek nya memang cukup sepi kalau hari biasa.
"Kenapa sih Rizki ngelakuin ini sama gua, salah gua apa, dia sendiri yang bilang kan kalo dia mau nunggu, apa 2 Minggu terlalu lama buat dia nunggu hah, kenapa Ki kenapa." Ucap Tamara, sambil menangis.
"Lu gila ngomong sendiri." Ucap seseorang dari belakang nya.
Tamara pun menengok kearah suara dibelakang nya itu.
"Reinan, lu ngapain disini." Ucap Tamara. Terkejut melihat Reinan dibelakang nya.
"Gua dari tadi disini, lu yang berisik ganggu gua lagi santai aja." Ucap Reinan.
Ini pertama kali nya Reinan berbicara dengan Tamara, apalagi dengan kalimat panjang.
"Ya mana tau, kalo ada lu disitu." Ucap Tamara.
"Ah lu pasti denger omongan gua tadi ya, duh jangan bilang siapa-siapa ya." Ucap Tamara.
"Ya dengerlah lu ngomong kenceng gitu." Ucap Reinan.
"Tolong jangan bilang siapa-siapa ya pliss." Ucap Tamara.
"Gua ngga perduli,bukan urusan gua." Ucap Reinan, lalu pergi meninggalkan Tamara.
"Iih ngeselin banget sih tuh cowo." Ucap Tamara.
Tanpa disangka Tamara pun berhenti menangis, dan ia memilih untuk pulang ke rumah, meskipun hatinya masih sakit.
Tamara pun memasuki rumahnya, dengan membuka pintu secara perlahan, ia takut mama melihat mata Tamara yang sembab.
Yang namanya seorang ibu pasti tau kalau anak nya kenapa-kenapa.
"Tamara kamu udah pulang." Ucap mama nya yang baru keluar dari kamarnya.
Baru saja Tamara ingin membuka pintu kamarnya Mamanya sudah memanggil.
"Ah iya Mah, Mah Tamara kekamar mandi dulu ya." Ucap Tamara, yang langsung lari masuk kamar mandi yang ada di sebelah kamarnya.
"Hampir aja, ketauan gua cuci muka dulu dah biar ngga ketauan abis nangis." Ucap Tamara dengan dirinya sendiri.
Setelah mencuci mukanya Tamara keluar dari kamar mandi. Dan ternyata Mama nya sudah didepan pintu kamar mandi.
"Astaghfirullah!! mama ngapain didepan pintu sih bikin kaget aja." Ucap Tamara yang terkejut.
"Kamu abis nangis ya." Ucap mama nya Tamara.
"E e e e enggak kok, Ara ngga nangis." Ucap Tamara terbata-bata.
"Kamu ngga bisa bohong sama mama Ara. Kenapa cerita sama mama." Ucap mama Tamara.
"E e e ini Ara tadi disekolah kena bola voli, Ara nangis karena kepala Ara sakit, mama tau kan Ara takut bola iyakan." Ucap Tamara meyakinkan mamanya.
"Kamu ini kenapa bisa kena bola coba, siapa yang lempar bilang sama mama." Ucap Mama Tamara.
"E e ini ngga sengaja kok mah, Ara juga ngga kenal siapa yang lempar, kayanya kakak kelas.
"Maafin Ara mah Ara bohong, Ara cuma ngga mau nambah beban mama." Ucap Tamara dalam hati nya.
"Lain kali hati-hati ya. Yaudh kamu istirahat sana, jangan lupa makan." Ucap mamanya.
"Iya mah, Ara masuk dulu." Ucap Tamara, memasuki kamarnya.
Ini sekilas info tentang keluarga nya Tamara.
Tamara tinggal bersama Mama dan adik nya saja bertiga, ayah nya setahun yang lalu sudah meninggal dunia. Jadilah mereka tinggal bertiga
Mama nya Tamara bekerja untuk menghidupi kebutuhan anak-anak nya dengan bekerja sebagai pekerja restoran, dan juga buruh cuci.
Terkadang Tamara pun suka membantu Mama untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari dengan menjadi reseller suatu produk.
Tapi untungnya Tamara anak yang baik dan bisa membantu Mama dalam hal ini. Tamara tak ingin mama nya terlalu keras bekerja.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Maaf ya guys disini memang aku tidak terlalu banyak memunculkan tentang keluarga para tokoh, cerita ini memang memfokuskan ke soal percintaan Tamara di masa SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak sampai
Teen FictionCinta Tak Sampai adalah sebuah perasaan yang tidak bisa diungkapkan antara satu sama lain. Bisa karena faktor gengsi, malu, atau harus mengalah demi cinta yang lain. "Cinta atau perasaan itu datang tiba-tiba, jadi siap nggak siap lu harus bisa terim...