Selamat membaca...Jangan lupa tekan bintangnya yaw!!
✎✎✎✎
Pukul delapan malam Lingga baru kembali kerumahnya, terlihat jelas guratan lelah pada wajah kaku itu. Begitu membuka pintu rumah, Lingga langsung disuguhkan pemandangan kakaknya yang tengah tersenyum-senyum sendiri.
Sudah biasa, semenjak kakaknya itu mempunyai pacar, dia sering menjumpai cowok itu tersenyum-senyum sendiri bak orang gila. Angga telah menjadi budak cinta.
Hal ini memperkuat dirinya bahwa cinta membuat seorang gila dan buta, dia semakin tidak ingin kenal yang namanya cinta.
Merepotkan.
Mengabaikan keberadaan sang kakak, Lingga melewatinya begitu saja hingga saat kakinya baru menapaki tangga pertama, suara kakaknya terdengar.
"Dari mana lo?" tanya Angga menyadari kehadiran adiknya.
"Kantor." Balas Lingga sembari menaiki tangga.
"WIH!! mantep. Disogok apa lo?"
"PASTI DIPAKSA KAKEK YA LO?" teriak Angga melihat Lingga terus saja menaiki tangga hingga perlahan tubuhnya menghilang dari pandangannya.
"Dasar manusia setengah bisu!" gerutu Angga, kesal dengan tabiat adiknya yang irit bicara.
✎✎✎✎
Setelah membersihkan diri, tujuan Lingga saat ini adalah dapur, perutnya sudah keroncongan minta diisi dari tadi sore.
Menuruni tangga sembari menggesek-gesek rambutnya dengan tangan yang masih setengah basah, belum sempat ia keringkan.
Berbeda dengan Lingga yang akan memasuki dapur, justru Angga akan keluar dari ruangan itu.
"Tadi sore ada temen lo kesini, nganterin ini," Angga melempar jaket Hoodie yang langsung ditangkap oleh Lingga.
"Dia nyariin lo, tapi gue bilang lo nya belum pulang." lanjut Angga.
Lingga mengernyitkan alisnya heran sembari menatap benda yang ada di tangannya, perasaan tadi di sekolah Atlas lah yang meminjam jaket ini.
Kenapa pula dia repot-repot mengantarkan kerumahnya?Biasanya juga di jadiin hak milik, atau jika berniat mengembalikannya bisa saja besok pas mereka bertemu di sekolah kan. Sungguh bukan sifat Atlas sekali.
"Gue keluar dulu, mau jalan sama cewek gue. Lo jaga rumah." ucap Angga pada sang adik.
Mendengar itu, Lingga langsung menatap Angga. Meneliti penampilan kakaknya yang memang sudah terlihat sangat rapih.
Lingga hanya menganggukkan kepalanya mengerti.
"Ngomong apa kek, ngeluarin suara! lo harus bayar kalo ngomong? ngangguk sama geleng kepala doang tuh kepala, kaya orang bisu aja." kesal Angga, manusia di depannya ini sungguh membuatnya sering emosi meski tidak berbuat apa-apa.
"Apa?" tanya balik Lingga.
Ia memangnya harus bertanya apa? Tanya mau kemana juga Angga sudah menjelaskan, mau jalan sama pacarnya bukan? Masa dia harus tanya jalan kemana? pulang jam berapa? Sungguh, kepo bukan dirinya sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Stay With Me!
Teen Fiction_______________________ Perubahan Lingga terlihat jelas setelah kepergian Ayna sejak ia mengakhiri hubungan mereka. Cowok itu merasa kosong dan hampa. Dia tidak ingin mengakuinya, bahwa dia terlambat memahami perasaannya. Sikapnya menjadi lebih ding...