ES BATU BERWUJUD MANUSIA(2)

5 3 0
                                    

***

"SETIAP ADA DIRIMU, KHAWATIR ITU BAGAI ANGIN. TERASA NAMUN TAK TERLIHAT. TAPI, RASA PERCAYA AKAN ADANYA ITU NYATA."

  ***

Rintik hujan mulai membasahi bumi. Wajah Tha masih terlihat panik. Kini, mobil yang ia kemudikan melaju semakin cepat.
Wajah Sha mulai memucat. Ini adalah hal yang membuat Tha semakin panik.

***

Sesampainya di rumah Clarysha, kedua orang tua Sha tampak terkejut melihat wajah putri cantiknya memucat. Gramastha segera membawa Sha menuju kamarnya di temani dengan dokter dan kedua orang tua Sha.

***

Sudah 1 jam Sha di obati dokter, akhirnya ia tersadar dan sedikit mulai membaik.
Gramastha menemui Clarysha.

"Kak Tha kok ada di sini? "

"Gue ga sengaja lewat sini, gue mampir doang."

"Sejak kapan kak Tha tau rumah Sha? "

"Itu ga penting. Gue balik dulu. "

Meski terlihat bodoh, namun Sha tidak sebodoh itu. Ia tau bahwa yang mengantarnya adalah kak Tha.

Sebagaimana pun rasa tetaplah rasa meski mata tertutup atau udara tak lagi terhirup, seperti kita bisa merasakan semuanya yang terjadi di luar mata.

Sha hanya bisa tersenyum.

***

Keesokan harinya Clarysha sudah mulai membaik. Saat akan memasuki ruang kelas, seorang wanita memanggilnya dari arah belakangnya.

"Lo ga usah sok-sok an pingsan deh. "

"Maksud kakak apa ya? "

"Satu sekolah ini booming berita tentang lo yang bisa membuat Gramastha khawatir. Lo pikir hebat dengan memanfaatkan kaya gitu. Ga sama sekali. "

"Sha ngga ngerti apa yang kaka bilang, dan tolong satu hal ingat ini. Sha memang suka sama kak Gramastha, tapi Sha engga pernah memanfaatkan sesuatu di dalam keadaan."

"Terus gue percaya sama lo? "

"Terserah kakak deh mau percaya atau engga."

Clarysha mulai memasuki kelasnya, namun sekali lagi kak Rehna memulai pembicaraan.

"Gue kasihan sama lo. Gramastha begitu bukan karna dia mau kasih lo kesempatan dapetin hatinya, tapi karna dia kasihan sama lo yang selalu ngemis perasaanya. "

Clarysha hanya terdiam.
Tidak ada sepatah kata atau pembelaan baginya yang ia katakan.


*

**

Pembelajaran pun di mulai. Kefokusan Clarysha kini hanya pada pelajaran. Tentu Bella merasa aneh. Tidak biasanya Clarysha seserius dan seaktif ini dalam pembelajaran. Meskipun ia tau Sha sangat pintar tapi prioritas Sha adalah bagaimana kak Tha mau meliriknya dan membalas perasaannya.


Apa mungkin perasaan Clarysha sudah tuntas terbalas atau berakhir kandas?
Di waktu istirahat, Clarysha mencoba menenangkan hatinya dari keramaian dan memilih duduk termenung sendirian di bawah hamparan rumput hijau indah itu.
Seseorang menghampiri dirinya.


"Udah sembuh?" Tanyanya.

Tentu ini mengejutkan sha.

"Iya kak. "

"Ini buat lo. " Memberikan sebuah kotak cokelat.

"Maap tapi Sha ga suka coklat kak. "

"Ga mungkin, gue di ceritain sama bunda lo. Katanya lo suka banget sama apapun yang berbau cokelat. "

"Bunda pasti salah mengingat. "

Clarysha pun pergi menjauhi Gramastha.

“Jadi, sepertinya dia sudah menyerah.” Gumamnya.

***

Clarysha bergegas kembali ke kelas.
Bella dan rathu saling menatap kebingungan terhadap sahabatnya yang satu itu. Mereka kini merangkul Clarysha yang sedang melamun.

"You fine?" Setetes air mata keluar namun langsung di hempas oleh jari jemari Clarysha sendiri.

"Yes." Tersenyum.

"Sha, semua orang itu lemah. Hanya saja beda waktu. Mereka tak ada yang kuat, hanya saja mereka ada yang sanggup menutup luka." Ucap Rathu.

"Rathu benar Sha."

Karna tak kuat menahan apa yang di rasakannya. Clarysha memeluk kedua sahabatnya itu.

"Gue gatau harus gimana sekarang." Katanya dalam tangisan.

Rathu dan Bella saling menatap, melihat sahabatnya yang biasanya ceria kini cerianya hanya figuran dalam kesedihannya yang kini sudah pecah.

“Gue paling ga tega liat lo nangis Sha.“

“Iya Sha, bukan lo banget tau ga.“

“Lo harus kuat Sha!”

Jelas kedua sahabatnya yang tampak bingung harus bagaimana mengembalikan keceriaan aslinya Clarysha.


***







GRAMASTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang