Author POV
“Mah sabuk karate Eunbi dimana?” teriak seorang gadis yang tengah terburu-buru karena kesiangan.
“Lihat dijemuran ada gak?” jawab sang ibu dari arah dapur.
“Bi kamu tuh kenapa sih telat mulu, udah tahu sekolah jauh macet pula, malah nyari-nyari masalah lagi,” gerutunya sembari memasukan seragam karatenya.
Hwang Eunbi gadis yang berasal dari keluarga sederhana, anak ketiga dari empat bersaudara ini sejak SMP mengikuti pelatihan bela diri yang berasal dari Jepang yaitu Karate.
Karena kekonsistenannya kini ia sudah memegang sabuk hitam bahkan menjadi pelatih bagi pemula. Dan disetiap hari selasa, kamis, sabtu dan minggu sudah menjad jadwalnya berlatih atau melatih.
Tidak hanya berlatih atau melatih. Ia juga sudah mengikuti beberapa kali perlombaan beladiri Karate ditingkat Kabupaten, Provinsi bahkan Nasional, dan tak jarang pula ia dan regunya memenangkan perlomabaan itu, baik pada tingkat Kata atau pun Komite.
Sering juga ia ataupun teman regunya mengalami luka atau cidera dari latihan dan perlombaannya. Meskipun begitu tidak menjadi alasan untuk menyerah dan mundur.
Seperti hari ini setelah hari selasa kemarin ia izin untuk tidak berlatih karena masih dalam tahap menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sekolahnya, di hari kamis ini ia akan kembali berlatih selepas sekolah nanti, maka dari itu ia langsung membekal seragam Karatenya supaya tidak bolak-balik.
“Ketemu gak Teh?” tanya sang mamah menghampiri anak tengah-nya yang tengah menyimpul tali sepatu sport-nya dan membawakan sarapan untuknya.
Meskipun Eunbi dikenal jutek, sering emosian, mudah marah sebenarnya dia adalah seorang anak yang manja pada ibunya. Seperti contohnya sekarang ini disaat ia terlambat ke sekolah, sang mamah akan dengan senang hati menyuapinya makan sedangkan ia merapihkan isi tas atau mengenakan sepatu seperti sekarang ini.
“Ada mah, hehehe, tadi kehalangin handuknya Hyeongseop.” Jawabnya dengan mulut yang penuh dengan makanan.
“Lain kali kalau nyari sesuatu harus teliti jangan langsung teriak-teriak, berisik, pagi-pagi udah gaduh aja,” jelas mamah Hwang sambil terus menyuapi anak tengahnya itu.
“Iya siap mah. Udah mah makannya ya makin siang ini, Eunbi berangkat ya mah,” pamit Eunbi setelah menegak habis minum yang sudah dibawakan mamah Hwang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Non-Fiction"Bin kamu tahu?" "Gak aku gak tahu." "Ih serius Bin!" "Gimana aku tahu kalo kamu gak ngasih tahu Eunbi." "Oh iya hehe... ...Chanwoo chat aku," cicitnya dengan wajah memerah. DEG! "Oh ya? Warna apa? " "Ih Moonbin aku serius!" "Emang aku gak seriu...