1

105 8 0
                                    

Kebetulan hari ini aku bangun lebih cepat dari biasanya.

Kata-kata nenek Lilia terus menerus menggangguku. Ah, pasti dia hanya bergurau. Aku yakin, pasti ia kemarin hanya sedang bermain-main padaku.
Aku pun segera bangkit dari tempat tidur, merapikan selimut dan bantal, lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Sesampai di kamar mandi, aku menatap lekat-lekat wajah bulatku yang ada di cermin, sekilas teringat wajah Diona yang sangat rupawan dibandingkan dengan diriku yang lusuh ini.

"Stop memikirkan Diona, bodoh!" Ujarku pada diri sendiri.

Tiba-tiba terdengar suara jeritan Aldrich-kakak laki-lakiku yang memiliki sifat sekeras batu. Tak tanggung-tanggung, ia langsung menendang pintu kamar mandi dengan keras saat aku tak sengaja menatap matanya yang sinis itu.

"Kembalikan jam tanganku sekarang." Ujar Aldrich dengan suaranya yang berat.

Ia masih menatapku dengan tajam.

"A-apa maksudmu? Aku tidak mengambil jam tanganmu." Balasku sambil menyikat gigi di hadapannya.

Aldrich menarik tanganku dengan keras, lalu melempar sikat gigi yang sedang ku genggam. Kali ini ia tampak sangat marah. Ia mendorongku dengan keras hingga kepalaku terbentur dinding kamar mandi.

"Jika terbukti kau yang mengambil jam tanganku, jangan harap setelah ini aku akan bersikap baik padamu. Ingat itu. Cih, sial!" Aldrich meludah ke wajahku, lalu pergi tanpa menatap mataku sedikit pun.

Dia memang kasar, tapi kali ini aku tidak akan melawan karena ini memang kesalahanku. Aku baru saja berbohong, sejujurnya jam tangan itu sudah ku berikan kepada Leonard 2 hari yang lalu saat ia sedang latihan basket.

"Rose, kenapa kau sangat bodoh." Aku terus saja merutuki perbuatanku. Leonard bahkan tidak tahu jika jam yang ia berikan pada Diona adalah jam yang aku curi dari Aldrich. Sungguh rumit bukan?

Entahlah aku pun ikut bingung dengan alur cerita hidupku yang malang ini.

•••

"Hey, babe!" Sapa Leonard kepada Diona yang sedang kesulitan untuk mengikat rambut panjangnya.

Diona tak menghiraukan pria itu. Semua orang tahu jika Diona tak pernah menyukai Leonard, ia memanfaatkan pria itu hanya untuk menaikkan popularitasnya di sekolah. Entah apa yang ada di benak Leonard sehingga ia bisa sangat terobsesi pada perempuan itu.

Leonard segera membelai rambut Diona dengan halus. Ia tampak lihai saat menguncir rambut perempuan itu. Tiba-tiba Leonard memeluk tubuh Diona dengan erat, bahkan deru nafas pria itu terdengar sangat jelas di telinganya.

"I love you, i love you, i love you so much Diona." Ucapnya hingga berulang kali. Namun, perempuan itu justru malah mendorong tubuh Leonard sekuat mungkin agar menjauh darinya.

"Ini masih pagi dan kalian sudah bermesraan di depan gerbang sekolah. Kalian sudah gila?" Teriak Cassie-sahabat baik Diona. Ia menarik lengan Diona, lalu pergi meninggalkan Leonard sendirian.

Leonard hanya tersenyum lebar.

"Hey, sepertinya kau sudah menjadi budak cinta Diona, hahaha." Sahut Orland pada Leonard, lalu memukul kepala temannya itu dengan keras.

Leonard mendengus, "Sepertinya begitu."

"Bisakah kau membantuku?"

"Apa?" Tanya Orland dengan wajah yang serius.

Leonard segera merangkul bahu temannya dengan erat, "Bantu aku untuk memberi kejutan pada Diona."

"Kapan? Aku akan membantu sebisaku."

"Sore ini, setelah pulang sekolah. Aku harap kau tidak memberi tahu orang lain, karena ini ke.ju.tan!" Jelas Leonard dengan sedikit penekanan.

"Tampaknya kau sangat menyukai Diona ya, beritahu aku apa yang membuatmu jatuh cinta padanya."

"Ya, aku sangat menyukainya. Bagiku dia spesial, itu saja."

"Berhenti membual, telingaku sudah panas. Cepat masuk kelasmu sana!" Teriak Orland, lalu mendorong tubuh Leonard agar pergi mendahuluinya.

Leonard pun mau tak mau berlari mendahului Orland. Ia pun memutuskan untuk menemui Diona.

"Diona, kau?!" Ujar Leonard dengan suara yang lantang saat melihat kekasihnya itu sedang bersandar di bahu Will.

Will yang merasa ketakutan pun langsung berdiri dari bangkunya dan segera menepuk bahu Diona dengan kencang.

Dengan wajah yang merah padam, Leonard segera menarik kerah pakaian Will dengan kasar. Ia menatap mata pria itu dengan tajam, "Kau bajingan. Apa maumu? Dia milikku!"

Leonard mendorong tubuh Will hingga ia jatuh terpental ke atas meja.

"Leonard hentikan! Ada apa dengan dirimu? Kau bukan Leonard yang aku kenal!" Jerit Diona sambil menggebrak meja di hadapannya.
Suasana hati pria itu benar-benar buruk sekarang. Terlihat dari cara ia menatap wajah kekasihnya dengan tatapan yang nanar.

Ia berjalan mendekati Diona, "Aku tidak percaya saat semua orang bilang jika kau tidak pernah menyukaiku, tapi sekarang aku baru menyadarinya. Kau memang tidak menyukaiku, Diona."

"Hey, apa maksudmu?" Diona menarik tangan Leonard, namun segera dihempas oleh pria itu.

"Jangan temui aku lagi." Tegas Leonard, lalu pergi meninggalkan kekasihnya tanpa mendengar penjelasan sedikitpun dari Diona.

ROSEANNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang