Senja sudah menghilang sejak dua jam yang lalu dengan membawa indahnya langit sore. Namun hal itu tak dapat membuat Alea pergi dari tempat yang sejak tadi ia duduki di halte.
Tak terasa langit yang tadinya cerah sekarang sudah terganti dengan awan hitam yang semakin menambah pekatnya malam. Alea melirik jam coklat dipergelangan tangannya dan betapa terkejutnya ia saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 20:19. Berarti sudah dua jam lebih Alea menunggu pacarnya.
Alea bangkit dari duduk lamanya mencoba untuk merenggangkan otot-otot pinggangnya yang mulai sakit. Sebenarnya Alea sudah ingin pergi saja dari sana tapi sialnya ia tetap menunggu hingga ia lupa waktu. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan benar saja tak ada orang lain selain dirinya sendiri.
Perasaan takut mulai tumbuh kala ia merasa langkah kaki dari kejauhan mulai terdengar memasuki telinganya. Sekuat mungkin hatinya mencoba untuk bersikap bodoh amat namun sayangnya tubuhnya tidak. Ia mulai melangkahkan kakinya bermaksud agar orang itu menyadari bahwa Alea tak nyaman namun sayang orang itu nampak tak peduli dengan gelagat yang Alea berikan.
Merasa langkah orang itu semakin dekat dengannya, segera Alea membalikkan badan untuk melihat siapa orang itu. Namun belum sempat ia melihat wajah orang itu, ia sudah lebih dulu di peluk oleh orang asing yang dengan gampang menyentuhnya.
Bersamaan dengan itu hujan pun turun dengan lebatnya disertai angin kencang seakan langit dengan sengaja membuat suasana menjadi drastis. Alea mencoba untuk melepaskan diri dari orang asing itu namun bukannya mengendur orang itu semakin mengencangkan pelukannya pada Alea.
"Gue tau Lo kedinginan." Bisik orang itu di telinga Sera.Alea merinding mendengar suara berat dan dingin itu. Tapi ia tak dapat menutupi kebohongannya kalau ia sungguh kedinginan. Namun mengingat yang memeluknya adalah orang asing ia kembali pada keteguhan dirinya. "Lepasin! Aku nggak bisa nafas."
Alea dapat merasakan pelukan itu mulai mengendur dan tanpa aba-aba segera ia menjauhkan tubuhnya pada orang itu. Ketika ia ingin protes, ia sedikit ternganga melihat laki-laki jangkung didepannya sedang tersenyum tanpa merasa berdosa setelah memeluknya sembarangan.
"Kamu siapa?" Pertanyaan itu muncul dengan sendirinya setelah kesadarannya kembali.
Orang itu terlihat berpikir untuk menjawab pertanyaan Alea. "Mungkin calon pacar Lo, atau mungkin calon suami." Jawabnya enteng sambil memberikan senyum manisnya.
"Aku serius, kamu ngapain disini malam-malam? Kamu mau modusin aku ya?!" Ucap Alea tiba-tiba panik sendiri. Ia mulai menatap sekeliling mencoba meminta seseorang untuk menolongnya. Namun hasilnya nihil karena ia sama sekali tak melihat seorang pun berlalu lalang.
Laki-laki itu terkekeh mendengar pertanyaan spontan dari perempuan dihadapannya. "Modusin cewek rata kayak Lo?" Bukannya menjawab pertanyaan Alea ia malah bertanya balik.
Bugh...
Alea memukul perut orang itu dengan tas kecilnya cukup keras. Tapi betapa kagetnya ia saat laki-laki itu mengaduh kesakitan sambil memegang perutnya yang berdarah.
Alea kembali dikejutkan saat laki-laki itu tiba-tiba terduduk di lantai halte. Ia dapat melihat laki-laki itu mulai mengangkat bajunya untuk menunjukkan sesuatu diperutnya pada Alea. Mata Alea membesar kala matanya menangkap perut laki-laki itu mengeluarkan darah.
Segera perempuan itu mengeluarkan scarf dan tissue dari dalam tasnya. Ia mendudukkan dirinya tepat disamping laki-laki itu. Mencoba untuk tetap tenang dan tak banyak berbicara saat ia mulai membersihkan luka itu dengan peralatan yang ada.
Perasaan bersalah mulai muncul ketika melihat darah itu tak berhenti hingga mengubah warna scarf nya. Ia segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya untuk menelpon ambulans namun gerakan tangannya terhenti ketika laki-laki itu memegang tangannya.
"Jangan telfon ambulans, cukup ada Lo gue baik-baik aja." Ucap orang itu mencoba meyakinkan Alea."Baik dari mana? Darah kamu gak berhenti. Aku gak mau kamu kekurangan darah terus dead gara-gara aku ngebiarin kamu gitu aja." Tegas Alea tak percaya dengan perkataan pria ini.
Lagi-lagi pria ini terkekeh mendengar perkataan Alea. Ia menggenggam tangan Alea mencoba untuk meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. "Makasih udah khawatir sama gue." Ucapnya tulus sambil mengelus pipi lembut Alea.
Alea tersentak dengan elusan hangat di pipinya. Ia merasa pipinya memanas karena sentuhan itu namun dengan cepat ia menjauhkan pipinya dari tangan orang itu. Tak lama sorot lampu mobil mulai menyilaukan matanya. Ia bahkan sampai menyipitkan matanya karena silaunya lampu itu. Setelah mobil itu berhenti tepat di depannya ia melihat tiga orang berbadan besar berjalan kearahnya.
Ketiga orang itu berdiri dan sedikit menundukkan kepalanya memberi hormat pada Alea. Ralat maksudnya pada laki-laki yang berada disampingnya. "Maaf tuan, kami baru menemukan anda sekarang." Ucap dari salah satu ketiga orang itu.
"Kalian siapa?" Tanya Alea ketika melihat ketiga orang itu mulai membantu laki-laki disampingnya.
Namun ketiga orang itu tak ada yang menjawab karena fokus membantu tuan mereka. Setelah laki-laki itu kembali berdiri dengan sempurna, ia mendekat ke arah Alea sambil menatap perempuan itu intens.
Cupp....
Laki-laki itu mengecup kening Alea lama seakan mencoba meredakan rasa sakit di perutnya. "Satu minggu lagi kita akan bertemu di alun-alun." Ucapnya setelah menjauhkan bibirnya dari kening Alea.
Ketiga pria berpakaian hitam itu membawa laki-laki yang mereka panggil tuan itu masuk kedalam mobil. Tak lama mobil mulai berjalan meninggalkannya sendiri lagi. Alea kembali duduk ditempat awalnya dengan pikiran yang berkecamuk. Kepalanya bahkan sampai sakit kerena banyak pertanyaan yang muncul dibenaknya.
Angin kembali kencang, membuat ia memeluk dirinya sendiri. Lima menit kemudian sorot lampu mobil kembali menyilaukan matanya. Keluarlah seorang laki-laki dari dalam mobil dengan balutan jaket kulit dan payung di tangannya. Laki-laki itu menghampiri Alea yang tengah memeluk dirinya sendiri.
"Sayang," panggil laki-laki itu.
Alea mengangkat kepalanya untuk melihat siapa orang itu. "Nathan," ucap Alea refleks saat melihat pacarnya datang dengan payung di tangannya.
"Ayo pulang." Laki-laki itu membantu Alea berdiri. Membuka jaketnya dan meletakkannya di bahu Alea. Nathan memayungi Alea hingga masuk kedalam mobil lalu disusul dengannya yang juga masuk kedalam mobil.
Sebelum mobil itu berjalan meninggalkan halte, pria itumenatap Alea sambil memegang tangannya erat. "Maafin aku sayang, jalanan macet jadi aku terlambat jemput kamu." Ucap Nathan bersalah.
"Iya, aku paham." Balas Alea sambil melepaskan tangan dingin Nathan dari genggamannya. Alea mencoba memberikan senyum terbaiknya agar Nathan percaya. Lagi pula ia sudah terlalu lelah hanya untuk menjawab pertanyaan Nathan yang lainnya nanti.
Setelah itu mobil pun jalan meninggalkan halte dan meninggalkan sejuta pertanyaan di benak Alea.
°°°°
.
..
...
....23-10-20
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka Menceritakan Tentang Kita (HIATUS)
ChickLitSatu tahun yang lalu, seseorang datang kepada saya. Seseorang yang belum pernah saya temui sebelumnya Dia datang disaat kapal saya mulai tenggelam Dia temani saya berlayar, sambil membicarakan tentang indahnya masa depan. Saya senang mengarungi laut...