Dian?

16 12 18
                                    

Air hujan seakan jadi melody tanda semuanya akan segera di mulai


--Bintang Apredian Tayoga--

Bintang terus berjalan membelah gemercik air hujan yang belum mereda. Badannya yang sudah basah kuyup tak membuat langkah Bintang berhenti. Ia terus berjalan tanpa mau kembali berteduh.

Bintang menghentikan langkahnya sesaat, jalanan sangat sepi, tapi aneh entah mengapa Bintang merasa ia berjalan tak sendiri tapi ada orang lain yang berjalan bersamanya yang sedang menghalau jarak.

Namun Bintang mencoba tak peduli dan kembali melanjutkan kemana langkahnya sekarang harus tertuju.

Namun rasa aneh itu kembali muncul, dengan satu lirikan kebelakang Bintang sudah tau siapa orang yang nekad mengikutinya itu.

Bintang menatap gadis itu dengan tatapan tak suka, siapa lagi kalo gadis aneh yang bernama Ara.

"Lo-

DUARR

"Bintangg...." jerit Ara kembali kemudian berlari dan kearah Bintang yang jaraknya tak terlalu jauh dari jaraknya, Ara segera memeluk Bintang erat.

"Damn, lo ngapain sih, lepas!" umpat Buntang.

"Ara takut Bintang ada suara petir lagi, Ara takut, Ara nggak mau sendiri jadi Ara ikut Bintang"

"Gue nggak peduli, lepas!" dengan perlahan Ara melepas pelukannya dari Bintang.

Badan mereka berdua sudah basah kuyup, akibat air hujan yang terus turun dan belum mereda.

"Lo ngikutin gue dari tadi?!" dengan polosnya Ara menggangguk mengiyakan ucapan Bintang karna memang ia Ara mengikuti Bintang dari awal pria itu pergi.

"Lo punya rumah nggak sih"

"Ara punya rumah ko"

"Terus..."

"Taxi yang Ara pesen barusan belum dateng dari tadi"

"Ya tungguin. Bego!"

"Dari tadi Ara nunggu nya"

"Telpon keluarga lo," Ara terdiam sesat. Keluarga? apa iya Ara punya keluarga.

"Ara nggak mau ganggu mereka" lugas Ara

"Bukan urusan gue! pergi dan jangan ngikutin gue" Bintang hendak berjalan namun Ara segera menahannya.

Bintang menatap Ara kesal. "Apa lagi, balik sana"

"Bintang, Ara takut, Ara ikut Bintang yah"

Bintang menatap Ara tak habis pikir. Bagai mana bisa, pemikiran gadis normal pasti lebih baik mencari angkutan umum lainnya atau keramaian yang membuat dia aman.

Tapi gadis ini ingin ikut dengan Bintang yang belum pasti teruji baik atau buruknya, siapa tau saja Bintang akan melakukan hal di luar dugaan.

"Bintang boleh yah" lamun Bintang seketika buyar.

Hujan yang sendiri tadi mengguyur perlahan mereda. Bintang menatap Ara intens.

"Nggak"

"Tapi Bintang-

"Nggak! sekali nggak tetap nggak!" tolak Ara mentah- mentah. "Lagian hujan udah reda, lo bisa balik sendiri kerumah lo"

"Tapi Bintang jarak rumah Ara jauh dari sini"

BINTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang