Pertemuan

29 15 2
                                    

Angin malam menusuk kulit seorang lelaki yang sedang naik motor. Ceroboh! Dirinya bahkan lupa untuk membawa jaket. Sungguh sial dirinya malam ini. “Ini gara-gara manager rese itu, jadi gue begini. Liat aja lo, seorang Daren bisa-bisanya dikerjain. Huh liat aja gue gibeng palanya tau rasa tuh!” gerutu lelaki yang mengaku dirinya sebagai Daren. Ya kenyataannya memang itu Daren.

Rupanya Daren menggerutu karena habis dikerjai oleh Beni. Managernya itu memang rese menyuruhnya malam-malam ke kantor. So-soan ada bahaya eh taunya malah curhat. Rese? Emang.

Bayangan seorang gadis yang tersenyum tiba-tiba melintas di kepala Daren, nampaknya Daren masih belum bisa melupakan gadis itu. Arghh, bayangannya semakin jelas terlintas di pikirannya. “Heh, kayaknya gue perlu ngademin pikiran gue dulu nih.” Terdengar helaan nafas kasar dari Daren, tanpa pikir panjang ia langsung memarkirkan motornya di sebuah cafe.

“Selamat datang tuan Daren, silahkan duduk. Tuan mau pesan apa?” ucap seorang pelayan sembari tersenyum genit. Sepertinya pelayan itu tau kalau yang sedang ada dihadapannya ini adalah seorang aktor terkenal.

Orange juice aja mba satu,” jawab Daren dingin. Rupanya Daren sudah terbiasa dengan perempuan-perempuan genit, bukan karena dia nakal, tapi karena memang terkenal.

Pelayan itu sepertinya kecewa dengan reaksi Daren. “Oke tuan, ditunggu pesanannya.” Itu pun hanya dibalas deheman oleh Daren.

Akhir-akhir ini Daren sering melamunkan gadis itu. Sudah 3 tahun, gadis itu hilang entah kemana, Daren selalu saja memikirkannya, tapi kini benci yang ada di hati Daren untuk gadis itu, luka yang diberikan gadis itu masih membekas, dan tidak akan Daren lupakan, tapi sekarang tersebar kabar yang menyatakan gadis itu selalu saja gonta-ganti pacar, dengan pria yang lebih tua darinya, sehingga membuat Daren akhir-akhir ini selalu memikirkannya.

Entah bagaimana, lamunannya langsung buyar ketika melihat dua orang gadis yang memasuki pintu cafe. Perasaannya langsung senang ketika melihat salah satu dari gadis itu. “Kok gue kayak kenal ya tu cewe, tapi di mana? Kayak familiar gitu mukanya,” gumam Daren.

Mungkin sekarang Daren sedang gila, karena langsung berpikir kalau gadis tadi itu si cewe cupu. “Dih mana mungkin ah, orang itu cantik, beda ama yang tadi di sekolah.” Fiks Daren memang gila, pasalnya sekarang dia ngomong sendiri sembari tertawa, membuat beberapa orang yang ada di cafe membicarakan dirinya.

Eh tu orang kayak Daren ya?

Ih ganteng banget gila...

Lucu tau ekspresinya pas ketawa.

Mungkin Daren tuh lagi latihan dialog kali, makanya ketawa sendiri.

Apasih tu orang ketawa-ketawa kayak orang gila...

Ya, seperti itu lah bisikan-bisikan para netizen. Ada yang mengomentari, ada juga yang memuji. Sudahlah, Daren sudah terbiasa dengan hal itu. Tetapi sekarang, yang mengganggu Daren adalah siapa gadis itu?

***

“Rain, kita mau kemana sih? Kok kayak gak sampe-sampe gitu.”

“Ck---Ya iyalah gak sampe-sampe orang ini lagi macet, gimana sih lo,” gerutu Raina kesal, karena pertanyaan Alya yang bisa di bilang sangat bego. Alya yang melihat muka kesal Raina, hanya terkekeh geli.

“Ya, iya tau ini macet, tapi kita mau kemana?”

“Ada deh, nanti juga lo tau. Mending lo, main hp gih atau tidur kek sembari nunggu macet, soalnya bakal lama deh kayaknya.” Alya hanya mengangguk. Suasana pun kembali hening karena Alya kini terlelap tidur di dalam mobil.

Fake Nerd [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang