Mulai Dekat?

22 14 0
                                    

Beberapa hari setelah perkelahian di lapangan itu, Alya merasa Agnes malah semakin rese terhadap dirinya. Bagaimana tidak, dalam sehari saja Agnes sudah menyuruhnya sekitar 15 kali bolak balik kamarnya untuk mengganti makanan yang katanya tidak sesuai keinginannya, padahal dari tadi Alya selalu menuruti kemauannya, huh sungguh menyebalkan!

Dan ditambah lagi tadi di sekolah Agnes rupanya tidak puas mengerjai nya dengan menguncinya di toilet sekolah, dan berujung malu karena teriakan meminta tolong di toilet, membuat beberapa orang murid lelaki dan gurunya mendobrak pintu untuk membantu Alya, sungguh memalukan!

Kini Alya berada tidak jauh didekat gerbang sekolah, matanya dari tadi celingak celinguk ke kanan dan ke kiri berharap ada kendaraan umum yang bisa ia tumpangi untuk pulang kerumah, tapi nihil satu kendaraan pun tidak melewati jalan itu. Rasanya sudah pegal berdiri di sini dari tadi, ditambah lagi mood nya yang sudah rusak karena manusia songong itu.

"Ayo naik!"

Terdengar suara pria yang tiba tiba muncul dengan motor bebeknya, membuat Alya sedikit menoleh dan terkejut. Galih, pria itu rupanya sedang menawari Alya tumpangan untuk pulang, membuat Alya sedikit menghela nafas lega. Tapi karena gengsi dan sikap juteknya ke orang yang tidak dikenal, Alya bersikap seolah tidak terkejut dan biasa saja.

"Oh, duluan aja. Gue mau nunggu angkot lewat," jawab Alya ketus.

"Kamu yakin? Nunggu angkot lama loh," ucap kembali Galih. Kalau dilihat mereka tampak seperti dua orang culun yang sedang berbicara. Bagaimana tidak? Penampilan Alya yang memakai baju kedodoran dan kacamata bulat tebal yang selalu menghiasi matanya, ngomong ngomong soal kacamata yang rusak, Angga belum ganti rugi. Camkan itu! Dan Galih yang memakai baju di kedalam kan dengan kacamata dan tompel yang menghiasi pipinya, ditambah motor bebek yang entah dari kapan ia memakainya, Alya baru lihat.

"Gausah, lo duluan aja. Bentar lagi paling angkot nya ada," jawab Alya lagi tidak mau kalah, tepatnya dia gengsi kalau menumpang.

Galih celingak celinguk melihat langit yang sudah mendung, seperti sedang memastikan sesuatu. "Ini udah mendung, bentar lagi hujan. Kamu yakin gak mau ikut?"

"Iya," jawab Alya sedikit ragu.

Mendengar jawaban Alya yang terlihat ragu, Galih tersenyum sinis dalam hati. "Oh, yaudah aku dulua--."

"Gue ikut!" Potong Alya, yang langsung naik ke atas motor. Galih yang merasa menang tersenyum penuh kemenangan.

Sepanjang perjalanan hanya hening yang menemani perjalanan mereka, ditambah suara deru motor bebek yang gak ada enak-enak nya terdengar di telinga. Tanpa mereka sadari ban motor yang tadinya menggelinding di jalanan, sudah kempes entah karena apa membuat motor bebek butut itu sedikit oleng, dan mau tak mau mereka harus menepi di pinggir jalan.

"Emang dasarnya motor butut, sekali gelinding langsung ngadat. Tau udah butut so soan pake motor," cibir Alya pelan namun masih bisa didengar oleh yang punya motor.

"Butut butut gini, si Bela jago nge track kalo kamu nggak tau!" ucap Galih tak terima.

"Bela?"

"Iya, Bela. Motor aku, cantik kan?" tutur Galih sembari menaik turunkan alisnya membanggakan motor bebek butut nya itu.

Tanpa aba aba, Alya langsung menoyor dahi orang dihadapannya itu, membuat sang empu meringis kesakitan. "Ye, gak orang gak motor sama sama rese lo! Udah benerin sana motor butut lo, gue mau pulang."

"Iya iya, bawel," cibir Galih sembari langsung memperbaiki si Bela motornya itu.

Cemong. Satu kata yang terlintas dipikiran Alya ketika melihat muka makhluk yang ada dihadapannya ini. Bagaimana tidak, kulit laki laki yang bisa dibilang lumayan putih itu seketika menjadi gak karuan, noda oli menghiasi hampir seluruh wajahnya, ditambah keringat yang mengucur di dahinya membuat Galih yang culun sedikit memesona? Eh. "Wah otak gue dah gak bener nih," ujar Alya dalam hati.

Fake Nerd [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang