2/5

701 114 4
                                    

Ada pantai kecil yang bisa dilihat dari tebing yang letaknya tidak jauh dari rumahmu. Hanya lima belas menit jika ditempuh dengan bus. Untuk sampai di pantai, kau harus menuruni ratusan anak tangga dari tebing menuju pantai.

Kau suka laut. Mungkin itu semua karena warna birunya, anginnya yang sepoi-sepoi, atau suara ombaknya yang menenangkan, entahlah.

Kau duduk di tepi jembatan. Kakimu menggantung di atas permukaan air laut. Saat masih kecil dulu, kau akan berlari menjauhi ombak, karena kau takut akan terbawa ombak dan diseret ke lautan— seperti pesona putri duyung.

Bagaimana rasanya tinggal di dalam laut?

Kau tidak pernah lupa dengan putri duyung, Sampai sekarang pun kau masih penasaran dengan rupanya. Tapi semakin kau memikirkannya, semakin kau ingat kalau semua dongeng itu tidaklah nyata.

Bahkan dongeng seperti putri duyung punya akhir yang realistis— sang putri duyung yang berubah menjadi buih. Terkadang kau bertanya-tanya— mengapa putri duyung tetap mencintai pangeran bodoh itu? Mengapa ia rela mengorbankan hidupnya? Bahkan setelah mencintai seperti itu pun sang pangeran tetap tidak membalas cintanya.

Kemudian kau teringat akan orang tuamu—

Apakah cinta sama palsunya dengan dongeng? Hanya sekedar kebohongan manis pengantar tidur anak-anak?

Selama 17 tahun hidupmu, kau belum pernah jatuh cinta. Jadi yang kau bisa hanyalah bertanya-tanya.

Di tengah lamunanmu, kau sedikit tersentak saat merasakan percikan air mengenai wajahmu. Mendongakkan kepalamu ke atas hanya untuk mendapati langit biru yang membentang luas di angkasa.

Cuaca hari ini sangat cerah, jadi mana mungkin turun hujan? Lalu dari mana percikan air itu berasal?

Sebelum kau mendapat jawaban atas pertanyaanmu, lagi-lagi air laut kembali mengenai wajahmu.

"Sebenarnya dari ma-...." Kalimatmu terpotong oleh pekikanmu sendiri. Iris [eye color] mu terpaku pada kepala seseorang yang muncul di permukaan air laut.

Sejak kapan ada orang selain dirimu di pantai ini? Apakah dia tidak kedinginan berenang di laut seperti itu? Bagaimana pun juga, ini sudah masuk musim dingin.

"Tumben kau tidak menangis." Suara orang itu membuatmu tersentak kaget.

"A-apa?"

"Yah... Biasanya kau datang kesini hanya untuk menangis."

Kau tidak bisa untuk tidak terkejut mendengar kalimatnya. Bagaimana dia bisa tau? Setahumu tidak pernah ada orang saat kau datang kemari.

"Apakah kalian memang seperti itu?" Tanyanya tiba-tiba.

"A-apa maksudmu?"

"Maksudku apakah manusia selalu menangis saat tidak ada yang melihat?"

"......"

"Apakah menjadi manusia itu tidak menyenangkan?"

"......"

"Pasti tidak ya? Kalau menyenangkan, kau tidak mungkin sering menangis seperti itu."

"......"

"Hey, kenapa diam saja? Aku kan sedang bicara padamu." Laki-laki bermata kuning cerah itu merengut kesal saat kau tidak merespon kata-katanya.

Bagaimana mungkin kau bisa disaat otakmu dipenuhi oleh pertanyaan juga?

"Kau... Siapa?" Tanyamu padanya.

Kenapa mengajukan pertanyaan-pertanyaan aneh seperti itu? Lanjutmu dalam hati.

"Hah? Aku?" Laki-laki itu menunjuk dirinya sendiri, "Namaku Haruka."

"Haruka?"

Sang empunya nama mengangguk membenarkan.

"Kalau kau, siapa namamu?" Tanya Haruka ingin tau.

Terdiam sesaat sebelum kau menjawab, "[Full Name]."

Haruka mengulangi namamu dan laki-laki mengangguk-anggukan kepalanya, "Nama yang bagus."

"Terima kasih. Namamu juga bagus." Ucapmu tulus.

"Tentu saja."

Kau tertawa kecil melihat kepercayaan dirinya. Kau merasa Haruka adalah orang yang menyenangkan meskipun kalian baru pertama kali bertemu.

"Hey... Haruka, apakah kau tidak kedinginan?"

"Kenapa?" Haruka menatapmu bingung.

"Ini sudah masuk musim dingin, tapi kau malah berenang di laut seperti itu."

"Tidak apa-apa. Laut adalah bagian dari diriku."

Kau terdiam mendengar jawaban laki-laki berhelai biru kehijauan itu.

Bagian dari dirinya? Apakah Haruka sangat menyukai laut hingga menyebut kumpulan air asin itu adalah bagian dari dirinya?

Seolah mengerti kebingunganmu, Haruka kembali berkata,

"Aku ini duyung, [Name]."

MERMAID MAN || Isumi Haruka [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang