🍬 二

2.5K 389 29
                                    

Mark berlari tergesa gesa mengejar gerbang yang sialnya dua menit lagi akan tertutup. Mark bangun kesiangan pagi ini karena ia lupa menyetel alarm. Dan mamanya ternyata sudah berangkat lebih dulu.

Jadi, tidak ada yang membangunkannya.

Oh double sial untuk pagi ini. Gerbang itu sudah tertutup sebelum mark sempat memasuki nya. Ia terlambat.

"Ahjussi, kumohon buka kan gerbang ini. Aku hanya terlambat satu menit." Apa jadinya jika teman temannya yang lain melihatnya terlambat?

Mark Lee? Si ketua OSIS yang paling taat aturan sekolah terlembat? Hilang sudah wibawanya. "Maaf nak, aku tidak bisa membukakannya untukmu kecuali guru kesiswaan yang menyuruhku."

"Tapi aku tidak pernah terlambat sekalipun kumohon." Mark masih mencoba bernegosiasi. "Aku ingin tapi maaf, tunggulah hingga Jung saem selesai berpatroli mencari murid yang membolos. Kau tau jadwalnya, setelah itu ia akan menghampiri siswa yang terlambat."

Penjaga sekolah pergi kembali ke pos-nya meninggalkan Mark yang terbengong didepan gerbang. Benar benar tidak bisa diajak negosiasi.

Jadilah ia hanya pasrah saja sambil menunggu jung saem.

"Wah, sepertinya hari ini kita sama sama terlambat ya Hyung."

Ah suara ini.

"Tumben sekali kau terlambat." Mark tidak menanggapi ucapan seseorang itu. Ia masih kesal dengan pemilik suara karena kejadian tempo hari.

Siapa lagi jika bukan renjun.

"Aku juga terlambat. Hari ini, seharusnya aku pergi dengan Kun ge. Tapi aku ketiduran karena bergadang tadi malam. Jadi Kun ge meninggalkan ku. Jadilah aku berlari dari rumah menuju ke halte bis. Dan berlari lagi kemari, tapi sepertinya aku masih tetap terlambat." Jelas si kecil panjang lebar tanpa disuruh.

Mark yang mendengar bahwa tetangganya ini berlarian pun langsung menolehkan kepalanya kepada renjun. Benar saja, wajah anak itu penuh dengan peluh dan nafasnya sedikit terengah.

Seragamnya juga sedikit berantakan, jauh dari renjun yang biasanya terlihat rapih. "Aigoo, seharusnya kau tidak perlu berlari. Ck, kau itu. Jennie eomma bilangkan kau tidak boleh kelelahan. Lihat ini, seragammu juga berantakan."

Mark mengomel sambil menyeka keringat renjun dengan sapu tangan miliknya. Meski adik kelas sekaligus tetangga dan teman masa kecilnya ini menyebalkan, Mark selalu memperhatikan apapun yang anak ini lakukan.

Jaga jaga saja, siapa tau anak ini pingsan karena kelelahan. Lagi pula, Jennie eomma dan taehyung appa selalu menitipkan renjun padanya saat berada disekitaran sekolah.

Wajar kan jika Mark khawatir? Ya. Wajar. Seperti kakak yang khawatir pada adiknya.

Renjun yang dinasehati dengan hal yang sama hanya mendengus. Tapi membiarkan Mark menyeka keringatnya.  "Issh, aku itu masih lelaki tau. Berlari dari halte kesekolah tidak akan membuatku pingsan." Gerutunya.

"Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi hippo." Ah, panggilan itu. Jika Mark sudah memanggilnya seperti itu artinya Mark sedang berada dalam mode soft yang sialnya malah membuat pipi renjun memerah dan terasa panas.

"Baiklah baiklah, tidak akan aku ulangi lagi."

Kemudian hening. Mereka masih menunggu guru kesiswaan yang biasanya akan mengecek gerbang depan apakah ada siswa yang terlambat atau tidak.

Tapi ntahlah, kenapa sekarang lama sekali? Sudah hampir lima belas menit mereka menunggu. Mark hari ini akan ada kuis di jam kedua nanti. Takut saja ia tidak bisa masuk hingga jam kedua nanti.

Chewing Gum➖Markren[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang