five

105 16 6
                                    

"piket sendirian nih ceritanya?"

Kamu terkejut dengan suara Eddy serta sosoknya yang tiba-tiba sudah ada di ambang pintu kelas sambil bersender dengan kedua tangannya yang dilipat.

"kamu buta atau bodoh?" ucapmu jengkel. Jelas-jelas hanya ada dirimu di kelas yang sibuk menghapus papan tulis.

Eddy masuk kedalam kelas kemudian duduk diatas salah satu meja di dekatmu. "mau aku bantu gak?" tawarnya.

Kamu menggeleng. "ga usah."

"yakin? Sebentar lagi jam kerja kita loh. Kak Belle sudah bilang kan kalau kita tidak boleh datang terlambat ke cafe apabila kamu ingin menerima gaji utuh." Eddy terus berbicara. Kamu yang tadinya teguh dengan keputusanmu sebelumnya menjadi goyah.

Kamu melihat jam dinding yang terpajang diatas papan tulis sudah menunjukkan jarum pendek di antara angka 3 dan 4.

Tidak mungkin aku bisa selesai bersihin kelas dalam waktu 10 menit. Ucapmu dalam hati.

Kamu mengeluarkan suara puh dari mulutmu. "baiklah." dengan amat sangat terpaksa kamu meminta tolong Eddy untuk membantumu melaksanakan piket kelas.

Eddy tersenyum puas, ia turun dari meja yang ia duduki kemudian meraih sapu dan melemparnya kearahmu. "kamu yang sapu, biar aku yang merapihkan meja." kamu hanya bisa menurut perkataan pemuda itu.

Kemudian kamu mulai menyapu seisi kelas, untungnya tidak ada banyak sampah sehingga kamu tidak kesusahan untuk membuangnya ke tempat sampah.

Tidak sengaja kamu melamun melihat kedua tangan kekar Eddy mendorong kursi dan meja yang kemudian dirapihkan olehnya.

entah mengapa kamu malah merasa terhipnotis untuk terus melihat Eddy. Hingga pemuda itu tersadar bahwa kamu melamun kearahnya.

Seusai merapihkan meja, Eddy berjalan menuju tempat kamu berdiri kemudian menjetikkan jarinya di telingamu. Tentu saja lamunanmu langsung buyar.

"bengong mulu, tiati kesambet loh." ledeknya sambil mencubit hidungmu. Kamu sadar bahwa jarak antara wajahmu dengan wajahnya sangat dekat. Seketika jantungmu mulai berdetak kencang serta ritmenya tidak beraturan.

Kamu sempat panik untuk beberapa detik karena merasa salah tingkah.

"udah ah, ayo kita kerja. Nanti gaji nya dipotong loh sama Kak Belle." ucap Eddy sambil menggenggam tanganmu, mengajakmu untuk kerja.

Kamu tetap diam tidak berkutik, membiarkan Eddy terus menggenggam tanganmu sepanjang jalan. Karena yang ada di pikiranmu adalah.

Apa iya aku menyukai Eddy?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

cafe || Eddy ChenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang