Disclaimer : All the characters belongs to JK Rowling
Second place by I'mmrsstars
•
DRAMA
•"Kau menungguku?" Tanya lelaki bermata silver kepada perempuan yang saat ini tengah menatapnya nanar.
Perempuan aristokrat dengan perawakan tegap berambut hitam dengan pakaian tidur mahal berwarna zamrud, perempuan itu tak melepaskan tatapannya dari mata Draco. Wajah cantik dengan bibir tak berpoles pewarna pucat pasi seperti tanpa darah. Gemetar. Ia gemetar. Sudah 30 menit ia menunggu di depan perapian mengharap suaminya cepat pulang dari bisnis yang ia sebutkan kemarin. Keadaan fisiknya sedang tak baik. Semalam ia memuntahkan banyak darah di kamar mandi, ia sangat membutuhkan Draco. Namun ia berusaha mengerti apa yang terjadi saat ini. Hubungan ia dan suaminya tak pernah baik bahkan sejak awal pernikahan, pernikahan yang di inginkan kedua orangtuanya pernikahan yang berdasarkan prinsip kemurnian darah. Draco dan dirinya sudah mencoba segala hal untuk saling jatuh cinta namun hanya dirinya yang berhasil. Dan Draco? Jangan bercanda. Ia bahkan tak pernah mengatakan mencintai perempuan itu. Namun Draco tak seburuk itu, ia tetap menemaninya dengan seluruh rasa sakit yang ia rasakan. Dengan segala keterbatasannya. perempuan itu tetap mencoba menjadi nyonya Malfoy yang bisa melayani suaminya dengan baik. Kini ia menelan ludahnya.
"Aku memuntahkan darahku lagi, sangat banyak, aku ingin mengirimkanmu Patronus, namun aku tak ingin mencemaskanmu. Jadi aku menunggumu disini" jelas perempuan itu menjelaskan dengan suara lembut, dan menahan tangisnya."Merlin, Astoria. Aku akan menghubungi healer, mereka akan memeriksamu, sebaiknya kau beristirahat di kamar" si lelaki memerintah
Draco menuntun perempuan itu ke kamarnya. Tentu saja Draco peduli padanya. Pernikahan mereka sudah di rencanakan sejak mereka kecil, Astoria pun sudah banyak membuatnya berhutang, ia yang menemani Narcissa di St. Mugo saat Draco tak bisa dan terlarut sibuk dengan urusannya. Astoria adalah perempuan yang baik. Terlalu baik untuk di miliki seorang Draco Malfoy. Namun itulah yang Draco pikirkan mengapa ia tak pernah bisa mencintai Astoria sebanyak apapun ia mencoba, dan setelah kedatangan Hermione Granger semuanya menjadi sangat rumit. Ia mencintai gadis Granger itu namun tak bisa melepaskan Astoria karena kondisi kesehatannya yang semakin memburuk setiap harinya.
"Draco, apa pekerjaanmu sudah selesai?" Astoria kini berbaring di ranjang besar di kamarnya. Sementara Draco terduduk di sebelahnya.
"Well ya, Pansy mengundangku ke acara ulangtahun pernikahannya dengan Weasley, di the burrow kau tahu?"
"Aku tahu" Astoria menelan ludahnya artinya adalah ia harus siap bersatu dalam drama yang ia buat bersama Draco, berpura pura dan bersandiwara bahwa mereka berdua adalah pasangan paling bahagia di dunia.
Tentu saja Astoria telah menjadi seorang yang handal dengan Draco Malfoy di sebelahnya yang membuat sandiwara ini akan terlihat sempurna nantinya.
Draco memijat pelipisnya menarik napas dalam-dalam lalu meninggalkan Astoria di tempatnya..
"Wajahmu bersemangat Hermione" seperti biasa Pansy mendatanginya dengan setumpuk dokumen di pelukannya. Memperhatikan wajah Hermione yang lebih cerah dari hari sebelumnya. Alasannya tentu saja karena Draco Malfoy bermalam di flatnya semalam. Walaupun di akhiri dengan sesuatu yang melankolis di pagi hari namun tetap saja, rasanya ia bisa melepaskan semua bebannya. Rasa aman dan nyaman karena Draco Malfoy bersamanya. Satu satunya hal yang membuat hari ini terasa lebih menyenangkan.
Hermione tersenyum pada Pansy, Pansy sudah tahu apa artinya senyuman itu."Jadi kau sudah bertemu kekasihmu?" Tanya Pansy
"Well, yeah. Begitulah , ia hanya bermalam di flatku, ya. Itu begitu menyenangkan" ucap Hermione masih dengan senyumnya.
"Oh aku suka ini, jadi apa kau akan membawa kekasihmu ke acara ulangtahun pernikahanku nanti?" Pertanyaan Pansy nyaris membuatnya pucat. Tak mungkin, itu tak mungkin terjadi.
"Ummm. Aku tidak yakin, ia adalah orang yang sibuk" Hermione berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Place
RomanceBeginikah rasanya berada di pihak yang selalu kalah? Ia lelah untuk selalu berada dalam posisi kalah. Kekalahan membuatnya muak. Semakin hari semakin membuat Hermione Granger berpikir semua menjadi lebih buruk. Andai saja ia lebih cepat hadir di hid...