07. Acara?

4.4K 212 1
                                    

Adhira kini sudah berada dikampusnya, hari ini hanya ada satu kelas, jadi Adhira bisa pulang cepat. Kelasnya juga hari ini dimulai lebih pagi. Ghea yang baru berangkat langsung kaget melihat muka Adhira yang di tekuk, tidak biasanya Adhira seperti itu. Apa yang menyebabkan sahabatnya menjadi murung gitu.

"Woy! Lu kenapa pagi-pagi udah kusut aja tuh muka," Ghea mengangetkan Adhira.

Gue natap Ghea dengan kesal, udah tau gue lagi enggak mood banget malah di kagetin.

"Apa si Ghe," bales gue dengan sewot.

"Elu kenapa si? Enggak biasanya tuh muka kek gitu," tanya Ghea dengan penasaran.

Gue menghela napas gue dengan pelan, gue bingung antara cerita atau enggak sama Ghea, tapi jika Adhira menutup-nutupi masalahnya Ghea pasti bakalan marah dalam dua Minggu. Selama ini gue enggak pernah nutup-nutupi semua masalah gue, begitu juga dengan Ghea. Kita berdua udah sahabatan dari kecil jadi otomatis kita udah saling terbuka satu sama lain. Orang tuanya kita berdua aja udah sangat dekat. Namun akhir-akhir ini orang tua Ghea lagi sibuk dengan urusan bisnisnya, jadi jarang buat main kerumah gue.

Ghea sahabat gue udah gue anggap seperti kakak gue sendiri, karena Ghea lebih tua beberapa bulan dari gue. Ghea sahabat gue dari kecil selalu buat gue bahagia, dia enggak mau gue mempunyai beban hidup, kita juga harus sama-sama melewati semua badai yang menghadang ke kita. Pokoknya enggak ada yang bisa menggantikan Ghea. Dan gue bersumpah buat cowok yang nyakitin sahabat gue jangan salahin gue kalau lu dapet akibatnya nanti.

"Ghe," bales gue dengan pelan, berasa gue enggak punya semangat hidup.

"Coba cerita ada apa?" Tanya Ghea ke gue. Ghea kenapa lu peka banget jadi sahabat, maafin gue kalau gue belum jadi sahabat yang baik buat elu.

Gue mendengus kesal untuk menceritakan apa yang terjadi, "Ghe, masa gue mau dijodohin," jawab gue dengan lirih.

Ghea yang lagi asyik-asyiknya mendengar curhatan Adhira, tiba-tiba terkejut.

"Serius lu!" Pekik Ghea dengan terkejut.

Gue mengangguk pelan, rasanya seperti mimpi, semoga aja beneran mimpi.

"Segitunya Dhir? Sampai lu di jodohin," semprul banget jadi temen, bukannya di semangatin eh malah ngatain gue lagi.

"Maksud lu segitu gue enggak laku Ghe?" Tanya gue dengan keras, membuat seisi kelas menatapnya.

Ghea terkekeh melihat ekspresi Adhira, "bercanda gue Dhir. Eh kok lu bisa dijodohin si? Lu ada salah apa sama Bunda Indah sama Ayah Farhan, Sampai-sampai lu dijodohin gitu?" Ghea sudah biasa dari kecil memanggil orang tuanya Adhira seperti Adhira memanggil orang tuanya sendiri, begitu sebaliknya dengan Adhira memanggil orang tuanya Ghea sama seperti Ghea memanggil orang tuanya sendiri.

"Gue enggak tau Ghe, tiba-tiba aja dijodohin, tapi kata Ayah si udah kesepakatan sama sahabatnya." Bales Adhira dengan nada yang sangat lemah.

"Terus elu nolak? Apa gimana?" Tanya Ghea dengan penasaran, walapun tahu jawabannya yang pasti Adhira enggak bisa menolak semua perintah dan ucapannya orang tuanya. Ghea kenal betul dengan Adhira.

Adhira menatap Ghea dengan sendu, "gue bisa apa Ghe? Gue nolak juga perjodohan itu bakalan tetap berlanjut, gue juga enggak mau Bunda sama Ayah kecewa. Gue sayang sama mereka, sekali gue buat mereka kecewa. Gue merasa menjadi anak yang enggak berguna buat orang tua gue." Jawab gue dengan sedih.

Ghea merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Adhira. Adhira paham dengan gerakan Ghea bila Adhira sedih pasti Ghea akan memeluknya, Adhira sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Ghea. Teman Adhira banyak tapi Adhira lebih suka sama Ghea, karena dia paling tahu tentang Adhira.

Dosen Kejam(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang