Selamat datang di cerita baruku.
Selamat membaca.
Jangan lupa jejak vote dan komentarnya ya.🥰🙏Suara tangisan itu menggema di rumah keluarga Devano. Sang istri, Sekar Wangi, baru saja menghembuskan nafas terakhirnya padahal baru dua hari menjalani perannya sebagai istri dari Devano. Wanita itu terpeleset dari lantai dua rumah suaminya, terguling hingga ke lantai dasar, dan langsung meninggal saat itu juga.
Devano meremas tangannya kuat, setelah iring-iringan sanak-saudara, menggotong keranda sang istri untuk masuk ke dalam ambulans dan dibawa ke pemakaman keluarga Devano yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Matanya menatap nanar semua orang yang kini menangis di sekelilingnya, ada ibu dan ayah mertuanya, para sepupu, om, tante yang masih menangisi kepergian Sekar yang terlalu cepat, bahkan wanita cantik itu baru saja berumur dua puluh tahun.
"Ayo, kita antar Sekar ke peristirahatan terakhirnya," ucap seorang kakek tua yang duduk di kursi roda. Kulitnya sudah mengeriput hampir di seluruh tubuh, namun raut tegas dan garangnya masih terlihat jelas bagi orang-orang yang berpapasan dengannya.
"Baik, Opa," jawab Vano lemah. Kakinya melangkah lemah menuju mobil, menyusul iring-iringan almarhum istrinya yang sudah lebih dahulu berangkat.
Lelaki itu terus saja menunduk, menatap gundukan tanah merah yang masih basah. Di pusara ini, wanita ketiga yang ia nikahi secara resmi, meninggal dengan cara mengenaskan. Air mata sudah tak bisa ia keluarkan, seakan ada tembok yang membentengi air mata itu agar tidak tumpah. Hanya raut wajahnya yang merah menahan amarah dan sedih.
"Lelaki pembawa sial! Kalau saja anak gadisku tidak menikah dengan duda sial sepertimu, tentu Sekar masih hidup sampai saat ini. Dasar duda pembawa sial!" teriak seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Sekar. Wanita itu terus saja meracau menyalahkan Devano atas kematian puterinya.
"Maaf, Ma." Hanya itu yang dapat ia ucapkan, saat sang mertua memakinya di pemakaman.
"Sudah, sudah. Ayo kita pulang!" sang suami menyeret istrinya untuk segera pergi dari sana. Sebelum mereka benar-benar menjauh, sang wanita paruh baya berteriak lantang, "semoga semua wanita yang kamu nikahi, mati mengenaskan seperti anakku, dan seperti almarhum istri-istrimu terdahulu!" teriak sang wanita paruh baya berapi-api.
Devano hampir saja luruh di tanah, jika saja sang papa tidak langsung menahan tubuh sang putera. Kesialan demi kesialan menimpa hidup sang putera sejak empat tahun yang lalu, sudah tiga wanita yang ia nikahi, meninggal mengenaskan di dalam rumahnya, tepat di hari kedua mereka menikah.
Apa sebenarnya yang terjadi pada nasib anaknya? Gumam Pak Broto, ayah dari Devano.
Rumah kembali sepi, tidak ada pengajian di rumahnya, semua ia limpahkan ke rumah yatim piatu saja untuk mendoakan istrinya. Percuma ia adakan pengajian di rumahnya, karena ini adalah kematian ketiga yang terjadi di dalam rumahnya, para tetangga tentu saja takut untuk hadir di sini.
"Ke sini kamu, Vano!" panggil seorang kakek.
"Ada apa,Opa?"
"Nasib buruk kamu, sepertinya akan terus saja datang kepada siapapun yang kamu nikahi. Laras meninggal jatuh terpeleset di kamar mandi. Suci, dan kali ini Sekar, meninggal jatuh terguling di tangga rumahmu. Opa yakin, ada kutukan buruk terhadap kamu dan rumah ini. Kamu yakin ini tidak ada kaitannya dengan pembantu yang pernah kamu nikahi?"
"Maksud, Opa?"
"Temukan dia, lalu nikahi kembali. Opa rasa itu hanya satu-satunya cara agar kesialan kamu berakhir."
"Siapa namanya?" tanya kakek tua itu pada cucu semata wayangnya.
Devano menggeleng, ia lupa nama pembantu yang empat tahun lalu ia nikahi dua hari, lalu ia ceraikan, dan usir di hari kedua itu juga.
"Aminarsih," jawab Pak Broto, papa dari Devano.
****
Baca terlebih dahulu novel "Rich Widow" biar kenal siapa itu Aminarsih dan Devano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri tanpa Suami
Mystery / ThrillerAminarsih, gadis yatim piatu yang dinikahi seorang pria kaya hanya untuk menghilangkan nasib buruk pria tersebut. Disembunyikan di dalam rumah kosong yang menyeramkan, Aminarsih harus bertahan hidup dengan berteman dengan tikus, kecoa, dan pasukan s...