Prologue

23 2 0
                                    

Kata lagu, cinta dateng diwaktu yg salah. Dan itu memang benar adanya. Laki-laki itu datang disaat rasa hati udh bukan buat siapa-siapa lagi.

Hati udah nggak akan terbuka buat siapa pun lagi.

Hati udah nggak mau patah dan hancur lebur untuk kedua kalinya. Hati udah nggak sanggup.

Empat tahun pergi dari indonesia supaya lupa akan kenangan yang pernah ada. Cuman sia-sia.

Kata temen gue yang lagi duduk disebelah sambil mainin ponselnya bilang, semesta lagi ngajakin lo main april mop. Gitu katanya.

Oke semesta, terimakasih atas ajakannya. Tapi hari ini, gue lagi males ngapa-ngapain. Bahkan untuk sekedar lihat kemacetan jakarta yang udah nggak gue lihat sejak empat tahun yang lalu aja, gue males.

Maafin gue ya semesta.

Laki-laki yang muncul dihadapan gue tadi, adalah laki-laki yang sudah membuat mimpi memang hanya mimpi, nggak akan pernah jadi kenyataan. Yang membuat salju turun indah, padahal hanya akan mendatangkan kedinginan. Yang membuat musim semi terlihat indah, tapi bagi gue itu kegiatan yang sia-sia.

Kenapa? Karena pohon akan kembali tumbuh dan bunga akan kembali bermekaran. Tapi percuma saja, mereka akan kembali gugur pada musimnya.

Tidak ada yang indah bukan? Bagi orang yang sedang patah hati, atau sedang hancur-hancurnya seperti gue.

Sebenarnya yang menjadikan semuanya terasa sia-sia. Ya, pikiran gue sendiri. Bukan laki-laki itu. Temen gue, sohye. Atau orang manapun.

Pikiran gue selalu terbayang dia, disaat gue udah baik-baik aja tanpanya. Pikiran gue selalu bilang, kalau jalan yang gue pilih ini adalah jalan yang salah. Pikiran gue bilang kalau gue ini egois. Pikiran gue bilang kalau gue adalah orang yang nggak mau tahu apa masalah orang lain. Pikiran gue selalu bilang begitu.

Dan membuat gue, seolah-olah jadi manusia yang paling jahat sedunia, sejagat raya ini.

Mungkin seharusnya gue nggak pernah punya pikiran kayak gitu.

Gue yang ditinggalin. Gue yang nangis sendirian. Gue yang lihat dia pergi dari hadapan gue dan nggak pernah kembali. Waktu itu, gue patah banget.

Sekarang? Hari ini? Detik ini? Gue masih jadi orang yang hatinya paling patah sedunia.

"Percuma lo jauh-jauh pergi ke korea, cuman buat move on dari seokmin" sohye-

Temen gue emang ada benernya juga. Temen gue juga nggak sepenuhnya salah saat ungkapin kalimat yang bisa membuat gue berpikir. "Emang bener, selama ini move on gue sia-sia".

Tapi setidaknya gue udah berusaha kan? Haha.

The Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang