Part 6

0 1 0
                                    

Gue akan berjumpa dengan bokap untuk pertama kalinya sejak empat tahun yang lalu, dan ini membuat gue sedikit canggung pada beliau.

Mungkin kalian akan berpikir "kenapa harus canggung? Itukan bokap lu".

Iya, memang. Kenapa juga gue harus canggung.

Di dalam pesan singkat yang gue tulis saat ini adalah.

Pa, hari ini papa ada waktu? Mina pengen ketemu..

Dan bokap langsung membalas pesan singkat gue itu.

Iya, sangat bisa. Kamu langsung saja datang ke mansion papa ya..

Begitu katanya.

Bokap memang memiliki mansion yang lumayan besar sejak masih bersama nyokap.

Bokap memakai mansion itu kalau beliau sedang bertengkar dengan nyokap.

"Kamu pakai saja mobil kamu.." kata nyokap.

"Iya, ma" jawab gue dengan senyuman.

"Gimana kata papa? Dia sibuk? Ada, di mansionnya?" Pertanyaan berturut-turut dari nyokap.

"Iya, papa langsung suruh aku untuk datang ke mansionnya".

"Kamu tahu kan alamatnya dimana?" Tanya nyokap.

"Hmm.. belum tahu ma, mansion papa kan dibuat pas aku udah ada di korea..".

Nyokap mengangguk, lalu tersenyum.

"Manga street no. 1204" kata nyokap.

"Manga street?" Gue bertanya-tanya.

Sebab untuk apa bokap membuat mansion disana? Apalagi hanya untuk sebagai pelarian dari pertengkarannya bersama nyokap.

Dan sudah pasti mansion bokap bukan hanya lumayan besar, tapi memang benar-benar besar.

"Nomor 1204? Itu ulang tahun aku kan?".

Nyokap mengangguk. "Papa seperti khusus membuat mansion itu."

Perjalanan yang mungkin akan memakan waktu tiga puluh menit, jika tidak macet. Tapi karena sekarang ini jakarta sedang macet-macetnya. Kayaknya akan memakan waktu sampai satu jam-an deh.

Gue berinisiatif memencet tombol on/off pada radio mobil gue.

Dan lagu yang gue benci tiba-tiba muncul. Sheila on 7, seberapa pantas.

Kenapa? Karena lagu ini benar-benar berisi tentang apa yang gue rasakan. Seperti cerminan diri gue sendiri.

Gue bahkan tidak memencet tombol next. Gue malah membiarkan lagu itu terus berputar. Tidak terasa, air mata lolos dari kelopak mata gue.

Pantas saja sedari tadi mata gue terasa perih sekali.

Gue segera menghampus air mata gue ini.

Gue akan memasuki, seperti gerbang masuk dari manga street ini. Ada beberapa orang seperti penjaga. Lengkap dengan senjata api di samping badannya, yang dipegang oleh tangan kanannya. Serta seragam serba hitam. Dan tak lupa juga helm yang berada dikepala mereka.

Gue diberhentikan. Salah satu dari mereka bertanya. Dengan sangat ramah. "Ada yang bisa kami bantu?" Katanya.

Gue berdehem. "Saya mau kerumah papa saya..". Mereka memandang gue. Lalu kembali bertanya. "Nomer berapa? Kalau boleh saya tahu". "1204, pak..". Lalu mereka mengangguk.

"Baik.." si pak penjaga tersenyum. Lalu menyuruh pak penjaga lainnya untuk mengantar gue ke alamat bokap.

"Diantar oleh rekan saya ya.." pak penjaga tersenyum. Dan gue mengangguk paham.

The Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang