Hari mulai senja. Jam kerja di Rumah Sakit tempat Yudha bekerja telah berakhir. Dokter yang masih tampak gagah dan berwibawa itu tengah bersiap pulang. Ia tengah merapikan beberapa barang-barangnya tatkala Tiara masuk ke dalam ruangannya. Ia berjalan sambil menatap Yudha lekat-lekat.
"Dok, boleh nggak aku nebeng pulang? Mobilku ada sedikit masalah, nih. Jadi harus masuk bengkel untuk sementara waktu," ucap Tiara manja sambil memainkan rambut panjangnya. Dari tubuhnya tercium aroma parfum yang begitu menggoda, membuat Yudha selaku pria dewasa yang normal melayang dibuatnya. Sebenarnya ia ingin menolak karena khawatir pandangan orang yang melihatnya ketika mereka pulang bersama nanti, tapi saat berhadapan sosok Tiara yang begitu sempurna seperti ini dokter tegas itu jadi mendadak lemah.
"Ok," ucap Yudha singkat. Setelah barang-barangnya beres, pria itu bergegas menuju mobil yang terparkir di halaman Rumah Sakit. Tiara mengikuti langkah Yudha dari belakang sambil memperhatikan dokter yang masih terlihat keren meskipun usianya tak muda lagi. Dari dulu Tiara memang selalu menyukai lelaki yang jauh lebih tua karena dari lelaki yang seperti itu ia bisa merasakan kasih sayang yang lebih tinggi. Biasanya orang yang lebih tua akan mudah mengalah dan lebih mau membimbingnya yang terkadang masih labil. Tiara bukannya tak tahu Yudha sudah memiliki istri dan anak. Ia tahu, tapi justru itu yang membuat dirinya merasa lebih tertantang dan merasa harus mendapatkan Yudha. Tiara berpikir, jika ia bisa dekat dengan Yudha, paling tidak karirnya akan semakin bersinar mengingat Yudah berada dalam salah satu jajaran direksi.
Di dalam Alphard milik Yudha, Tiara merasa nyaman. Kursinya terasa empuk dan pendingin ruangannya begitu membuat dirinya merasa nyaman. Tiara tersenyum sambil berkhayal jika dia menjadi pacar Yudha mungkin dia akan dibelikan mobil yang lebih nyaman dari miliknya kini. Saat Yudha mengemudi, Tiara terus saja memandangi lelaki di sampingnya itu dengan tatapan menggoda. Ia penasaran dengan dokter satu itu. Bagaimana mungkin di usianya yang tak lagi muda, tapi masih terlihat gagah dan mempesona. Alisnya tebal, hidungnya mancung, dan bibirnya yang tipis membuat Tiara gemas dan tak bosan memandangnya. Yah, Yudha memang tampan, selain itu kewibawaannya juga mampu meluluhkan hati banyak wanita.
"Dok, bisa mampir ke mall dulu, nggak? Aku lupa ada yang harus kubeli," ujar Tiara dengan suara yang dibuat manja.
"Hmm kalau di luar Rumah Sakit jangan panggil, dok, lah! Rasanaya kok kaku banget!" ujar Yudha datar.
"Hmm, iya, Dok. Eh, Mas." Tiara tersenyum sambil menatap Yudha dan menggigit bibir bawahnya.
"Emang mau beli apa? Gak bisa besok-besok?" tanya Yudha lagi.
"Nggak bisa, Mas ... harus sekarang. Pliss bisa, ya!" mohon Tiara sambil memegang punggung tangan Yudha yang tengah memegang kemudi.
"Hmm oke ... oke... Ayo!" ucap Yudha sambil meminggirkan mobil lalu masuk ke dalam sebuah mall yang cukup besar. Parkiran mall tersebut nampak penuh. Yudha sempat khawatir jika ada yang melihatnya jalan berdua, tapi lagi-lagi kemolekan tubuh Tiara dan kecantikannya membuatnya nekad dan tak berpikir panjang lagi. Dengan penuh keyakinan ia berjalan menuju mall dengan didampingi Tiara yang sedari tadi selalu tersenyum karena bahagia bisa mengajak Dokter idola banyak orang jalan berdua di mall. Tiara merasa menang akhirnya Yudha bisa juga ditaklukan olehnya.
Tiara yang berjalan di samping Yudha tiba-tiba menyentuh tangan Yudha lalu menggenggamnya. Yudha hanya melihat sejenak, lalu membiarkan genggaman itu dan tak melepasnya. Mereka berjalan bersisian sambil bergandengan tangan bagai anak muda yang baru kasmaran. Saat itu, Yudha merasa hatinya berdebar tak karuan. Tiba-tiba naluri lelakinya merasa tertantang. Yudha sadar ternyata sudah cukup lama ia tak merasakan hal ini dengan istrinya. Bersama Tiara, Yudha merasa kembali ke masa muda, di mana hati berdesir dan jantung berdebar lebih cepat ketika bersama orang yang dicinta. Saat tangannya digenggam ia bisa merasakan kembali sensasi aliran listrik yang mengaliri tubuhnya. Rasanya ia ingin terbang sekarang juga. Namun, Yudha masih terlihat menjaga wibawanya dan tak mau begitu saja takluk di depan Tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSBB: Pahami Sayangi Biar Bahagia
Non-ficțiunePremis: Keluarga bagi banyak orang adalah tempat ternyaman untuk pulang. Karena konon, keluarga adalah orang yang paling mengerti, paling peduli, dan paling menyayangi kita. Namun, tidak demikian bagi Anis, seorang Ibu dengan dua anak yang tengah b...