Prolog

83 40 126
                                    

Ditengah derasnya hujan yang membasahi bumi, terlihat seorang gadis berlari tak memperdulikan tubuhnya yang sudah basah kuyup. Dalam pikirannya ia hanya ingin cepat pulang ke rumah.

Sepertinya ia sudah tidak sabar lagi ingin memberitahukan kabar bagus kepada ibunya, karena mendapatkan juara kelas, lagi.

Gadis tersebut masih terus berlari menembus hujan dan dinginnya udara yang dapat menembus kulit. Wajahnya nampak berseri saat membayangkan ibunya yang bangga akan hasil kerja kerasnya.

Hingga akhirnya ia berhenti di pinggir jalan seberang rumahnya, gadis tersebut melihat seorang wanita paruh baya sedang menunggunya di teras rumah dengan raut cemas. Mengapa ibunya terlihat begitu khawatir? pikirnya.

Hanya tinggal menyebrang jalan. Menengok kanan dan kirinya. Setelah dirasa aman, ia pun mulai menyebrang jalan dengan senyum cerah terlukis dibibirnya.

Belum sempat gadis tersebut sampai dipertengahan jalan, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang melaju kencang menuju kearahnya.

Brakk

"ALIINN!!"

Kecalakaan tak dapat dihindari lagi. Gadis tersebut memejamkan matanya, merasakan rasa sakit yang teramat sangat. Tubuhnya terlempar sedikit jauh dari posisinya tadi. Terdapat banyak luka pada sekujur tubuhnya, darah mengalir dari kepalanya dan senyum diwajahnya lenyap seketika.

"Aw... Sshh...," ringisnya.

"TIDAAKK... ALIINN!!"

Gadis tersebut ikut menitihkan air matanya kala melihat wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya, menangis histeris mendekatinya. "I-ibu... jang-an me-nangis," ucapnya lirih.

Hujan mulai mereda.

Diletakkannya kepala sang anak dipangkuanya. Melihat banyaknya darah yang mengotori tangannya, wanita tersebut kembali menangis.

"Hiks... bertahanlah sayang!"

"Ib-bu... apa ibu bangga kepadaku? Alin mendapat juara kelas lagi tahun ini," ucap gadis tersebut, Alin.

"Hiks... I-iya Nak, ibu selalu bangga padamu. Berjanjilah pada ibu..., kau harus bertahan, Sayang!" Wanita paruh baya tersebut mengenggam erat tangan Alin.

"Tidak Ibu-" Alin menjeda ucapannya, tangannya terangkat untuk mengusap air mata di pipi ibunya. "I-ibu yang harus berjanji pada Alin, Ibu jangan larut bersedih ya," lanjutnya.

"Ti-tidak hiks... Alin, jangan katakan seolah-olah kau ingin meninggalkan hiks... Ibu, Alin!" racaunya.

"I-ibu..., Alin akan selalu didekat Ibu! Tepatnya disini." Alin menunjuk hati ibunya.

'-dan tentunya Alin ingin balas dendam ibu.' lanjutnya dalam hati.




[*****]

Hayy! Say Hello Pliese^^

Febby mau tanya nih,

Firs reaction kalian baca ini kek gimana?

Maaf ya kalau feel-nya ngga dapet:'

Febby masih pemula hehee...

Jangan lupa komen banyak-banyak yaa!!

Makasii...

Lupp Febby🧡

Sahabat AlinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang