Jangan pernah melepaskan merpati jika keadaan sedang badai. Ia akan tersesat karena tidak dapat menentukan arah.
Memaksakan diri untuk baik-baik saja adalah sebuah keharusan yang selalu orang lain tuntut dari kita. Bukan, aku tidak memaksa, tapi coba kamu terima semua ini dengan lapang dada, STOP!
Orang lagi mumet ya mana nemu di hatinya ada lapangan. Bahkan ia sedang tersesat di dalam kegelapannya. Kenapa kamu tidak membantunya untuk menemukan lapangan itu? Atau mungkin menemaninya dalam kegelapan?
Sebuah kebudayaan yang telah lama terjadi pada seluruh manusia di muka bumi. Termasuk diri saya sendiri sebagai manusia. Ialah kebudayaan untuk dipahami dan bukan untuk memahami. Terdengar sebagai konotasi yang negatif yah.
Sebenarnya ada kalimat yang nyaman didengar tentang dipahami dan memahami ini, saya menemukannya ketika sedang mengikuti pelatihan 7 Habits di kampus. Salah satu kebiasaan yang seharusnya dapat kita pupuk. Mendengarkan untuk memahami.
Pada pelatihan itu kami diajarkan untuk mendengarkan orang lain, seseorang, dalam lingkaran kelas. Tujuannya untuk keberhasilan komunikasi dengan orang lain.
Saya menyadari sesuatu setelah beberapa saat mempelajari hal itu. Bukankah seharusnya yang pertama kali kita dengar adalah diri kita sendiri? Untuk memahami diri kita sendiri?
Saya orang yang egois, ya egois dalam menyelesaikan masalah. Saya akan kesulitan menyelesaikan masalah bersama orang lain jika diri saya sendiri pun, bermasalah.
JIKA tidak bisa memahami, tolong jangan menghakimi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Sebelum Tidur
NouvellesHanya sebuah kumpulan tulisan pelepas lelah sebagai bagian dari kedamaian diri