Prolog

7 1 0
                                    

Aku berjalan mundur menjauhi pria kejam dihapanku. Aku tidak kuat! Kapan dia akan membunuhku?

"Tolong, lepaskan aku. Biarkan aku pergi, aku mohon" pintaku parau.

Namun hanya senyum miring yang tercetak di wajahnya. Tubuhku gemetar menahan rasa takut, bagaimana tangannya yang dingin menyentuh pelan pipiku yang telah basah karena air mata.

"Kemana kau akan pergi sayang? Disinilah rumahmu" bisiknya di telingaku yang membuat seluruh tubuhku merinding karena helaan nafasnya yang begitu halus dan dekat.

"INI BUKAN RUMAHKU SIALAN!"

Plak, pipiku terasa panas akibat tamparannya yang tidak pelan itu.

"Jangan berteriak padaku," ujarnya mendekat "Mulut manismu ini sudah semakin berani untuk memaki." sambungnya.

"Aku hanya minta untuk dibebaskan,  apa sesulit itu untukmu membebaskan ku? Aku tidak punya uang ataupun harta yang bisa kau minta! Aku hanya perempuan miskin yang bekerja dengan gaji yang  cukup untukku makan, lantas apa yang kau harapkan dariku?!"

Dia terkekeh, suaranya yang berat terdengar mengerikan, lebih baik dia membunuhku daripada menyiksaku seperti ini. Tidak akan ada yang melaporkannya atau menuntutnya karena aku hidup sebatang kara.

Mati lebih baik daripada harus melanjutkan hidup dengannya untuk saat ini.

"Jika tidak bisa membebaskanku, maka bunuh saja aku. Tidak ada hal berguna yang harus dipertahankan dalam hidupku" kataku menantang.

Dilemparnya vas bunga sehingga bunyi kaca pecah mengisi ruangan tersebut. Apa lagi yang sebenarnya laki-laki gila ini inginkan?

"Kau pikir kau bisa mati semudah itu? Tidak akan ku biarkan kau mati" katanya tajam.

Apa katanya? Tidak membiarkanku mati?

Jika dia tidak bisa membunuhku maka aku yang akan membunuh diriku sendiri. Aku tidak takut untuk mati karena hidup pun akan terus disiksa oleh pria kejam sepertinya.

Tubuhku tercekat seakan semua sarafku mati. Aku tidak bisa bernafas! 

Tangannya yang besar terus mencekikku sehingga tubuhku melayang dibuatnya. Dengan seluruh sisa tenaga yang kupunya, aku memukul-mukul tangannya dan menendangnya agar Ia melepaskanku, sungguh aku tidak bisa bernafas.

Apa Ia hendak membunuhku?

"Kau tidak boleh mati, jikalau pun kau akan mati. Maka kau harus mati ditanganku."









Nyehehehe, buat cerita kejam seru juga ternyata.

Tinggalkan jejak om, tante, adik, kakak, kakek, nenek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang