2 | eyes

115 3 0
                                    

"~♡~"

"Karla..."

Karla berusaha mengerjapkan mata ketika seseorang memanggil namanya.

"Karla..." Suara itu terdengar lagi. Sial, kepalanya terasa berat sekali. Sensasi mual memenuhi seisi perut dan tenggorokannya. Bau alkohol menyeruak ketika Karla berusaha membuka mulutnya.

Karla menggulingkan badannya ke kanan, berusaha membuka mata dengan bantuan cahaya matahari yang menyembul di sela-sela gorden blackout minimalis berwarna krem. Saat itu pula matanya terbelalak menyadari dirinya berada di tempat yang asing, ini jelas bukan kamar tidurnya.

"Karla!" Kini suara itu membentaknya. Karla menoleh mendapati Gia menyeringai dari sofa di ujung ruangan. "Akhirnya si princess bangun juga." Gia berdengus.

"Gia! Thank God. Gue udah panik tiba-tiba bangun di kamar entah siapa ini yang bahkan gue sama sekali nggak inget gimana gue bisa sampai sini. Please bilang kalau lo yang bawa gue ke sini, ya kan? Gue black out! Total! Shit!" Karla mencerocos panjang lebar.

Gia tertawa keras sembari mengambil sebotol air kelapa lalu berjalan menuju kasur tempat sahabatnya yang masih setengah sadar mengomeli diri sendiri. "Kalem Kar! You had so much fun last night, didn't ya?" Gia menggoda sambil menawarkan botol air kelapa tadi pada Karla.

Secepat kilat Karla menyambar dan meminumnya habis. Matanya kini mengerjap berkali-kali memastikan dirinya saat ini sudah benar-benar aman bersama Gia di sebuah kamar hotel.

"Jawab pertanyaan gue dulu."

Gia memutar bola matanya. Menimbang-nimbang untuk berkata jujur atau sedikit berbohong agar sahabatnya itu tidak panik. "Semalem kan lo sama Arta," ucap Gia jujur akhirnya. "Nggak inget lo ngapain aja?"

"Gia!" Suara Karla melengking tepat di telinga Gia. Tangannya gemas meraih lengan Gia dan mencubitnya sebal. "Bisa-bisanya lo ninggalin gue berduaan sama stranger!"

"He is not a stranger, Kar!" Gia balas memukul pelan kepala Karla. "At least he won't be, anymore."

Gia mengacak rambutnya sendiri penuh frustrasi mendengar jawaban Gia yang membuatnya semakin panik ketika saat itu juga hpnya berdering, sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.

Karla, you good?

Wajahnya memerah. Tanpa berniat langsung membalas pesan itu, Karla membenamkan wajahnya ke dalam bantal karena malu. Ia tahu itu pasti Arta, dan siapa lagi yang memberitahu nomornya kalau bukan Gia. Atau mungkin Karla sendiri yang memberinya semalam?

Demi apapun, dalam sejarah permabukan Karla dan Gia, tidak pernah ada cerita Karla pulang dengan laki-laki selain teman-temannya, atau bahasanya, Karla nggak pernah tuh dibungkus!

"Chill Karla. Arta nggak ngapa-ngapain." Gia mendekat, mengusap kepala Karla untuk menenangkannya. "Semalem hp gue mati. Dia bingung harus bawa lo kemana. Akhirnya dia bawa ke hotel ini. Begitu hp gue nyala, gue langsung meluncur ke sini dan dia pamit pulang." Gia akhirnya menjelaskan panjang kali lebar dan berusaha meyakinkan Karla kalau semalam memang tidak terjadi apa-apa.

"Tapi Gia... gue mulai inget. Gue jackpot di mobilnya. Duh malu banget!"

"Oh iya?! Dia nggak cerita," ujar Gia membelalakkan mata lalu tertawa sangat puas. "Mobil baru loh!"

"That makes me feel even better. Thank you!" balas Karla penuh sarkasme. "Lo kenal dia dari mana sih?"

"Gue nggak pernah cerita ya? Dia satu divisi sama Gerry," jelas Gia. Gerry adalah pacar Gia yang semalam memang mengundang Arta untuk bergabung dengan mereka. Namanya juga love birds, Gerry dan Gia malas juga kalau Karla terus-terusan menguntit bagaikan obat nyamuk. Arta adalah pengalih perhatian yang pas agar Karla juga dapat bersenang-senang. "Dia kayaknya udah kenal lo dari lama tuh."

MiserableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang