~LILY~
Dia... Pria itu...
Aku hampir menyemburkan margarita yang ada dalam mulutku kepada pria yang sedang berdiri di sebelahku saat ini. Aku benar-benar terkejut saat melihat pria yang tadi kuamati sedang berdiri di sebelahku. Untung saja, aku berhasil menguasai diri secepatnya dan tidak jadi menyemburkan margarita ke arah wajahnya. Namun, hal itu malah membuatku tersedak. Aku terbatuk-batuk karena margarita tadi tidak sengaja masuk ke tenggorokanku. Dan entah apa yang mendorongnya, tiba-tiba pria itu membantu menepuk-nepuk pelan bagian tengkuk hingga punggungku.
"Hey, kau baik-baik saja?", pria itu bertanya padaku.
Aku mengangguk walaupun masih terbatuk beberapa kali. Pria itu tetap menepuk dan sesekali mengelus punggungku beberapa kali bermaksud menenangkanku. Namun, hal yang kurasakan justru berbeda. Tubuhku terasa berdesir saat tangan pria itu menyentuh bagian belakang tubuhku. Apalagi, ketika tangannya bergeser dari tengkuk menuju punggung. Yang mana secara otomatis tangannya juga menyentuh bagian pundakku yang telanjang karena lengan gaunku yang hanya berupa seutas tali.
"Aku baik-baik saja. Terimakasih.", ucapku ketika sudah merasa lebih baik.
Pria itu berhenti menepuk punggungku lalu melepaskan tangannya dari belakang tubuhku.
"Aku minta maaf jika kehadiranku tadi mengagetkanmu hingga membuatmu tersedak seperti ini.", katanya menyesal.
Aku menggeleng.
"Tidak apa-apa. Itu bukan masalah.", balasku.
Pria itu tersenyum padaku.
"Jadi, apakah aku boleh duduk di sini?", pria itu mengulangi pertanyaannya tadi seraya menunjukkan jari ke arah kursi yang ada di sebelahku.
"Ya. Silahkan.", kataku mempersilahkan.
Kemudian, pria itu mendudukkan dirinya di kursi sebelahku. Sedangkan, aku membalikkan posisi dudukku kembali menghadap meja bar lalu fokus menatap gelas margarita di hadapanku.
Sebenarnya, sekarang pikiranku sedang terfokus pada pria asing yang duduk di sebelahku ini. Kenapa tiba-tiba pria itu menghampiriku? Apakah dia tahu bahwa tadi aku mengamatinya dari sini? Jika memang benar demikian, apakah dia ke sini untuk melabrakku karena sudah sembarang memperhatikannya seperti tadi?
Namun, jika dilihat dari gelagatnya, pria itu tidak terlihat seperti akan melabrakku. Sikapnya terlihat santai dan ramah. Sesekali, aku juga mencuri lirik ke arahnya. Jika dilihat dari dekat, pria di sebelahku ini terlihat lebih tampan. Dia memiliki hidung yang mancung serta garis rahang yang tegas. Struktur wajahnya benar-benar maskulin dan tampan. Dan benar dugaanku tadi, pria itu memang memiliki rambut panjang sebahu yang dia ikat di belakang kepalanya dengan rapi. Dia memiliki aura badboy yang kuat. Tapi, anehnya aku sama sekali tidak takut dan malah tertarik padanya.
"Apa kau datang sendirian ke sini?", pria itu berbicara lagi.
Aku yang merasa diajak berbicara, kini menoleh untuk menatapnya.
"Kau bertanya padaku?", tanyaku untuk memastikan seraya menunjukkan jari ke arah diriku sendiri.
Pria itu tertawa.
"Tentu saja aku berbicara denganmu. Memangnya dengan siapa lagi?"
Aku tersenyum malu mendengar ucapannya.
"Tidak. Aku tidak datang sendiri. Aku datang bersama temanku.", aku menjawab pertanyaannya.
"Teman pria atau..."
"Wanita.", aku memotong dan langsung menjawab pertanyaannya.
Pria itu tersenyum. Dia seperti senang mengetahui fakta bahwa aku datang ke club ini bersama seorang teman wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Dominant
Roman d'amourWARNING!! 21+ Kisah antara gadis polos bernama Lily Maynard dengan seorang pria dominan bernama Dominic Bryant.