{ 02 }

160 26 29
                                    

✩。:•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✩。:•.───  ❁
"𝕾𝖊𝖏𝖆𝖚𝖍 𝖆𝖕𝖆 𝖆𝖐𝖚 𝖍𝖆𝖗𝖚𝖘 𝖇𝖊𝖗𝖑𝖆𝖗𝖎 𝖚𝖓𝖙𝖚𝖐 𝖒𝖊𝖓𝖌𝖊𝖏𝖆𝖗𝖒𝖚 𝖉𝖆𝖓 𝖒𝖊𝖓𝖈𝖆𝖇𝖎𝖐 𝖇𝖆𝖞𝖆𝖓𝖌𝖆𝖓𝖓𝖞𝖆 𝖆𝖌𝖆𝖗 𝖐𝖆𝖚 𝖒𝖊𝖑𝖎𝖍𝖆𝖙𝖐𝖚?
❁  ───.•:。✩
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

-

Kediaman Yashiro -

Gadis itu tidak tahu dimana sekarang sepasang kaki daikonnya menapak, manik magentanya menyusuri tiap sudut padang rumput tak berkehidupan apapun itu selain sebuah pohon apel yang sangat rimbun dan rindang.

Entah dorongan darimana, gadis itu memutuskan mendekati pohon apel tersebut berpikir untuk duduk sambil mengingat-ingat apa yang sudah dia lakukan hingga berada di tempat asing ini.

Begitu kakinya sampai di sisi lain pohon tersebut, dia justru mendapat sesosok pemuda bersurai hitam tengah membaca buku dan sebuah teleskop berada disisinya.

Tubuh gadis itu meremang, baru saja tangannya akan menepuk pundak pemuda itu namun pemud itu lebih dulu bangkit sembari menutup bukunya dan berbalik.

Manik magenta gadis itu membulat sempurna, tanpa menunggu sapaan pemuda itu gadis itu langsung menghamburkan pelukannya kearah pemuda itu membuat pemuda itu bingung.

"Hana— Amane-kun! Hiks Amane-kun!!"

Pemuda itu terdiam membatu sejenak bingung lalu mengelus surai cream gadis itu membalas pelukannya, gadis itu tahu ini hanyalah ilusi bunga tidurnya untuk kesekian kalinya.

Tapi, gadis itu tidak peduli.

Dia hanya ingin kembali memeluk pemuda ini walau nantinya realita menamparnya jika itu hanya bunga tidur dan Amane sudah benar-benar lenyap dari dunia fana ini.

Tangan Amane menyentuh kedua pipi gadis itu sambil menyeka air mata gadis itu dan tersenyum.

"Masih sama ya?"

"Amane-kun aku—"

"Tidak Yashiro, berhenti menangisiku dan carilah kebahagiaanmu sendiri tanpaku"

"Aku tidak bisa, kau bahagiaku!"

Amane tertawa kecil lalu mendekatkan bibirnya di telinga Nene.

"Berhenti menatap kebelakang dan lihat siapa di depan yang sudah menunggumu"

00.00 Night

Gadis itu berteriak bangun untuk duduk, manik magentanya yang sudah basah itu melihat sekelilingnya dan menyadari dirinya sudah berada di kamar apartemennya lagi gadis itu menangis sesenggukan sambil memeluk kedua kakinya.

Rasanya sesak mengetahui jika Nene terlambat menyadari perasaan bodohnya, harusnya Nene sadar dulu.

Harusnya Nene menyatakan perasaannya sejak dulu.

Harusnya Nene tahu Amane sudah mengorbankan banyak hal padanya.

Harusnya dia tahu, Amane begitu mencintainya tapi dengan bodohnya Nene selalu terpaku dengan hal lain.

Sakit, ini menyesakkan! Nene hanya ingin menyusul pemuda itu tapi Nene tahu pemuda itu tidak akan pernah mengijinkannya di atas sana.

Ah tidak, Nene yang bodoh karna kenapa dia harus memanggil Hanako demi mengabulkan permintaan konyolnya?

Nene tahu, ini balasan dari Kamisama karna Nene memaksa sesuatu yang bukan takdirnya.


❀ೋ• ♡ •ೋ❀

Pemuda bersurai pirang itu baru saja keluar dari kelasnya dan bermaksud untuk menemui Nene tapi ternyata Nene tidak ada di kelasnya dan mau tidak mau Kou harus berkeliling sekolah mencari keberadaan Nene dan Kou akhirnya menemukan sosok itu tengah berdiri di pohon kebun sekolah.

Masih sama sejak insiden itu, Nene selalu melamun dengan tatapan kosong dan diam di satu tempat dimana terdapat kenangan khusus dengan Hanako.

Kou menghela nafas, apa benar-benar tidak ada celah untuk Kou menyelinap masuk ke dalam hati gadis itu?

"Senpai!"

Pundak Nene bergetar pertanda terkejut, gadis itu menoleh menampakkan mata sembabnya dan senyum sendunya.

"Senpai, apa kau masih bermimpi buruk soal erm- Hanako?"Tanya Kou cemas, Nene tertawa kecil lalu mengangguk.

"Aku lelah tapi setidaknya itu satu-satunya cara aku bertemu dengannya"Jelas Nene yang entah kenapa terasa menyesakkan dada Kou.

"Ah senpai! Apa sepulang sekolah nanti kau sibuk?"Tanya Kou riang, Nene terlihat berpikir sejenak lalu wajahnya bertambah muram.

"A-Aku ada ekstra berkebun"

"Ah maaf senpai, aku membuat senpai ingat—"

Nene menggeleng lalu tertawa hambar.

"Tidak apa-apa kok Kou-kun, itu bukan salahmu lagipula seharusnya aku juga segera mengikhlaskan Aoi, seharusnya aku bisa lebih baik dari Akane-kun yang sudah bersahabat sejak kecil dengan Aoi"

Kou terdiam beberapa saat, gadis itu berbalik sejenak memandangi pohon rindang itu pikirannya melambung mengingat kenangannya ketika Hanako menyatakan perasaannya disini.

Kou memandangi punggung rapuh gadis itu dengan tatapan sendu, mau bagaimana lagi Kou harus merebut hati yang sudah penuh dengan bayangan Amane itu?

"Bisakah kau berhenti hidup dalam bayangan Hanako dan mulai melihat kearahku?" batin Kou menahan pilu jika hati gadis itu sudah mati karna bayangan Amane.

▁ ▂ ▄ ▅ ▆ ▇ █ 🅻 🅾 🅰 🅳 🅸 🅽 🅶 █ ▇ ▆ ▅ ▄ ▂ ▁

Setsunai || JSHKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang