Empat 🕓

23 10 2
                                    

Author's POV

Gadis cantik itu berjalan dengan langkah mantap dan senyum puas. Dia merasa lega karena berhasil membuat orang yang dianggapnya sebagai musuh, mati kutu di hadapan orang banyak.

Manda's POV

Jarak menuju kantin sudah tak jauh lagi. Aku yakin sekali akan makan dengan tenang dan hati senang hari ini. Kenapa tidak? Aku udah buat anak sombong yang namanya nadya itu kesulitan bahkan untuk berjalan lagi ke kantin. Bukannya aku jahat, tapi ini soal harga diri. Dia harusnya sadar kalo dia itu baru. Masa iya dia berani nyirem aku yang cantik mulus gini. Ihhh, ga bangett dehhh!!! Jeritku dalam hati.

Tak sampai sedetik, aku sudah sampai
di kantin sekolah yang luas dan besar. Aku berjalan menuju stan mie ayam dan memesan satu porsi mie ayam beserta es teh. Saat aku sedang sibuk mencari-cari dompetku, tiba-tiba saja seseorang menepuk bahuku dan berteriak di telinga ku.

"HAIII!!"

Aku refleks menutup kedua telinga ku dan menoleh untuk melihat siapa orang yang berani macam-macam sama kupingku. Gak tau ya dia ni gendang telinga seharga satu rumah tau.

"Woyy, kutu air!! Lo kira gue apaan di teriakin ginian!!" teriakku pada Nopa.

"Hehe sorry man. Abisnya gue liatin dari tadi elu kayak happy bener. Jadinya gak enak negur di jalan deh. Ya tau kan lah ya, aku ini anaknya pengertian, baik hati, cantik pulaaaa," ujar Nopa panjang lebar.

"Heleh, pengertian dari Hongkong. Yang ada elu mah orangnya kek budek selangit. Mau guru marah-marah gak jelas, mau guru koar-koar soal pelajaran yang sampe lebaran monyet pun, gak bakal lu denger ya kan??" balasku penuh kemenangan.

Nopa tampak KO dengan balasanku, tapi dia pun tampaknya tak ada niatan untuk membalasku. Aku hanya tertawa melihat kelakuannya.

"Btw man, kamu kenapa kayak seneng banget hari ini?"

Aku menyeringai menanggapi pertanyaan Nopa dan aku pun menjawab, "Emm? Biasa, aku habis kasih pelajaran sama seseorang. Orang yang bener-bener ngeselin tepatnya."

"Masa sih? Emang dia itu orang nya kayak apa sih?" tanya Nopa.

"Ah Udahlah gak penting. Dia itu bukan orang yang menarik untuk dibahas" jawabku sekenanya.

"Eh, tapi tumben lo man. Gak biasanya aku denger kabar kalo kamu hobi ngurusin orang. Cenderung si orang itu udah ngibrit duluan sebelum ketemu lo. Cuma, kali ini lo serius untuk ngasih dia pelajaran?? emang ada apa sih di antara kalian?" tanya Nopa panjang lebar kepadaku.

"Huh, oke ya gue ceritain. Nih orang tuh sok hebat banget. Masa iya, dia yang murid baru nyirem kepala gue. Ntar kalo kecantikan gue luntur gimana dong. Mentang-mentang dia pinter, huft sombong amat!!"

"Hahahahahaha, tuh anak beneran nyirem kepala lu. Gila sih nyalinya gede banget untuk seukuran anak baru."

"Ihh ketawa dia. Terus tuh ada satu orang lagi yang pake kacamata, pake acara nabrak gue terus lagi. Jangan-jangan sebenarnya yang dia pake itu kaca spion lagi, makanya aku yang cetar bak bidadari ini gak terlihat dan malah ternistakan"

Nopa tertawa mendengar keluhanku. Tapi tak lama kemudian, raut wajah berubah sedih dan tak lama dari itu berubah kesal. Aku pun spontan bertanya, "Eh nop, elu kenapa? Kok kusut mukanya? lu kenal sama orang dua ini?

"Eum gapapa kok. Aku gak kenal mereka, cuma aku gak suka aja sama orang berkacamata"

"Ouhh gitu. Eh iya nop, balik sekolah kita jajan ke mall yukkk. Pasti seruu deh, mau gak??" tawarku.

"Mau dunggss. Yukk, abis sekolah kita capcuss." jawabnya antusias.

Aku tak sabar menanti bel pulang. Yah, biasanya bisa langsung ngabur sih. Cuma karena hari ini aku seneng, aku ga jadi ngabur deh hwehwee.

Nopa's POV

Aku berjalan masuk ke rumah dengan membawa kantong belanjaan yang besar. Para asisten rumah tangga pun menghampiriku dan mulai membawa semua belanjaanku itu ke kamarku. Aku melepas sepatuku dan membanting tubuhku di atas sofa yang empuk. Huft, belanja itu capeknya kayak belajar MATEMATIKA ya..gumamku dalam hati.

Saat aku bersiap untuk memejamkan mataku, suara papa membangunkan ku dan memaksaku untuk berjalan ke ruang makan.

"Nopa!! Udah pulang?! Ayo sini makan dulu!!"

"Hoahmm... Iya pah. Nopa kesana," balasku dengan malas.

Aku melangkah dengan langkah gontai ke ruang makan rumahku yang luasnya sudah seluas kafeteria mini. Semua ruangan di rumahku ini ukurannya memang raksasa, jadi aku gak berlebihan saat bilang kalo ruang makanku itu seluas kafeteria mini atau dapurku gak kalah luas dibanding dapur hotel bintang empat.

Aku berjalan menuju papa yang sedang duduk di meja makan dan duduk di depan Papa.

"Nah dateng juga tuan putri nya. Ayo makan dulu, nanti kalo sakit cantiknya hilang lho," canda Papa.

"Ihh papa bisa aja. Lagian pah, Nopa tu ngantuk, mau tidur. Malah diajak makan." jawabku dengan cemberut dibuat-buat.

"Oh gak mau? Yaudah nasi goreng seafood nya buat papa aja."

"Eh jangan dong pah. Hehehe, kan nopa enggak bilang gak mau,"

Papa hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuanku. Aku pun mulai menyuap nasi goreng ke mulutku. Papa mengajakku mengobrol tentang banyak hal, dari obrolan kerja sampai rencana liburan. Tak jarang aku tertawa mendengar celotehan papa, makan bersama papa memang selalu menyenangkan.

Tiba-tiba mama datang dari arah dapur sambil membawa pancake buatannya.

"Ehh anak mama sudah pulang ya..."

"Iya ma, nopa barusan abis pulang dari belanja setelah pulang sekolah" jawab nopa sambil tersenyum.

"Yaudah nih mama tadi buatin pancake soalnya mama lagi nyoba resep yang dikasih teman mama" kata Ara, mamanya nopa.

Ara pun mengambil piring di meja untuk memisahkan pancake untuk nopa.

"Oh ya pah kemarin mama lupa bilang kemarin itu mama ketemu teman lama kita di mall. Masih ingat gak dengan Lina, teman sekelas kita pas SMA dulu?" Ujar Ara kepada Angga, papanya nopa.

"Iya ya ma? Bukannya Lina udah nikah sama Rafa terus mereka pindah ke Semarang?" Tanya Angga.

"Iya katanya mereka baru pindah beberapa hari yang lalu terus mama minta deh nomor teleponnya. siapa tau kita bisa reunian dengan mereka!"

"Wah bagus tuh udah lama kita gak ketemu dengan mereka ya apalagi si Rafa tuhh udah berubah gak ya sifat kompetitif dia yang sudah mendarah daging" ujar Angga sambil tertawa.

"Gak tau deh kayaknya udah jinak karena nikah sama Lina" balas Ara sambil ikut tertawa.

"Mah jadi pancakenya mau dikasih ke aku atau nggak" kata nopa sambil cemberut karena mamanya dari tadi asik ngobrol dengan papanya.

"Ehh iya iya mama hampir lupa. Ini untuk nopa tersayang" kata Ara sambil tertawa kecil karena tingkah anaknya itu.

.
.
.
.
TO BE CONTINUE ....

Halo semuanya maaf ya minggu kemarin kami gak update sebagai balasannya besok kami update ya 🥰

NOTTE SEGRETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang