Tiga 🕒

30 11 2
                                    

Author's POV

Hari jum'at adalah hari yang paling menyenangkan bagi SMA Rajawali setelah hari Sabtu dan Minggu.

Soalnya biasanya di hari ini kebanyakan guru hanya memberi tugas dan pulangnya pukul 1 siang, lebih awal dari biasanya.

Bel istirahat telah berbunyi.

Dua anak gadis itu berjalan berdampingan menuju kantin sekolah. Mereka berusaha berjalan cepat, namun keramaian pada jam istirahat memaksa mereka untuk berjalan pelan dan sesekali berdempetan dengan siswa yang lain

Pira's POV

Aku dan Nadya sedang jalan perjalanan 'panjang' menuju ke kantin sekolah. Tadinya aku berharap perjalanan kesana bisa lebih mulus, tapi ternyata bayangan emang gak pernah seindah kenyataan dan disinilah Aku dan Nadya, berjalan berdempetan menuju kantin sambil berharap kaki kami gak diinjak sama orang lain.

"Wah, ternyata jalanannya lebih ramai dari yang kuduga." kataku memulai percakapan.

"Eh, kemarin jalannya sepi pas kita mau kekantin. Biasanya emang ga kayak gini?" balas Nadya.

"Emm gak juga sih. Tapi karena aku selalu keluar duluan, aku bisa ngehindarin sih yang kayak ginian. Kemarin juga kita kekantin agak telatan jadi kantin pada mulai sepi."

"Oh kamu itu gercep ya rupanya kalo soal makan, kalau begitu seharusnya kemarin kita lebih cepat pergi kekantinnya" kata Nadya sambil nahan ketawa.

"Eh, enggak kok. Sumpah. Aku males aja dempet-dempetan kayak gini tau. Bagus kalo aku masih utuh. Kalo pas keluar aku udah gak lengkap lagi gimana dong? Terus kamu kan anak baru, masak aku langsung narik kamu kekantin tiba-tiba. Kan kamu harus beradaptasi dulu" cerocosku panjang lebar.

"Ahahaha. Aku gak nyangka sih Pira tuh ternyata bisa cerewet. Abisnya pas lihat kamu dibully sama si Amanda, Aku kira kamu tuh orangnya gak berani speak up." jelas Nadya.

"Ahahah.. Gak juga kok." balasku.
Percakapan kami terhenti karena ada cowok yang mau lewat.

"Oh iya Nad, ngomong-ngomong kamu beneran baru pindah ya ke kota ini?"

"Iya. Emang kenapa?"

"Emm, gak apa-apa sih. Cuma aku penasaran, kamu lulus tes siswa pindahan dalam waktu yang singkat. Setauku yang bisa lulus secepat itu, punya beberapa penghargaan yang bisa diajukan ke sekolah. Kamu punya ya penghargaan kayak gitu?"

"Ahahaha, sebenarnya ada beberapa.."

"Eh, masa sih? Emangnya penghargaan apa?"

"Emm, alhamdulillah Aku pernah dapat satu penghargaan untuk olimpiade sains tingkat provinsi dan penghargaan penelitian tingkat nasional." jawab Nadya

"Wow, keren-keren. Padahal kamu bisa tetap lanjut di sekolah lamamu, tapi kamu memutuskan untuk ikut orang tua mu."

"Oh jadi karena lo pinter, lo kira bisa bebas ngelakuin yang lo mau di sekolah ini?" sergah sebuah suara.

Aku menoleh dan mendapati orang yang mengatakan itu tak lain dan tak bukan adalah Amanda.

'Aduh, bagaimana ini? Amanda mendengar percakapan kami!' keluhku dalam hati.

Amanda maju selangkah mendekati Nadya yang jelas-jelas tak suka dengan kehadirannya.

Dia menunjuk wajah Nadya dan berkata, "Denger ya anak baru, gue gak peduli mau lo orang paling pinter sejagat kek, mau lo lulus tes dalam sehari pun gue gak peduli. Yang perlu lo tau, lo itu baru. Jadi jangan sok-sok an jadi pahlawan kesiangan."

Amanda berjalan melewati kami dan menoleh untuk yang terakhir kalinya ke belakang dan berkata, "Kalo lo macem-macem gue bakal bikin perhitungan. Awas aja lo!"

Amanda pun meninggalkan kami yang ditatap rasa ingin tahu oleh siswa yang lain.

Nadya's POV

Inilah hal yang paling kubenci. Tak ada yang lebih menyebalkan kecuali menceritakan pengalamanku, terlebih tentang pencapaian.

Aku selalu memiliki rasa takut kalau tak ada lagi orang yang mau berteman denganku. Aku takut kalau ternyata aku memang sombong.

Aku takut kalau ternyata memang aku lah yang tak memahami orang lain. Karena itu aku selalu membatasi pertemananku dan sekarang saat aku akan memiliki Pira sebagai teman baru, cewek kutukupret (Amanda maksudnya) malah datang dan mengomeli aku.

"Awas aja lo!!"

Cuma itu kalimat terakhir yang kudengar. Aku merasakan tatapan ingin tahu yang begitu menusuk. Aku tak mau mengangkat kepalaku. Kakiku membeku, tak bisa digerakkan.

Balik ke kelas sekarang, pikirku.

Namun, tangan itu bergerak lebih cepat dari kakiku. Pira menyeretku menuju jalur berbeda yang mengarahkan kami ke jalan setapak melewati taman.

"Tenang aja Nad. Jalan ini juga ke arah kantin, tapi lebih sepi. Paling enggak, sekarang orang gak pada penasaran lagi." kata Pira seperti dapat membaca isi pikiranku.

"Oh, oke. Makasih" jawabku singkat.

Pira melihat ke arah ku dan berkata, "Kamu gak perlu pikirin omongan si Amanda. Aku tau kok kamu gak bermaksud jahat, lagipula Aku yang minta kamu buat cerita. Jadi, jangan sedih ya."

Aku terdiam sejenak dan menghentikan langkahku.

Mungkinkah Pira berbeda dari orang-orang kebanyakan? Entah kenapa sekarang aku benar-benar merasa yakin. Untuk bisa berteman dengannya.

Aku pun mengangkat kembali kepalaku dan berteriak, "Amanda, awas kamu ya! Aku gak kayak yang kamu omongin. Kamu tuh yang sombong! Uhhh ngeselin!!"

Pira terlonjak kaget mendengar teriakanku, namun belum selesai rasa kagetnya aku kembali berkata, "Pir, aku tu gak sekeren yang kamu bayangin. Aku masih banyak banget kurangnya. Aku yakin anak-anak di sekolah ini termasuk kamu, lebih hebat dari aku. Karena itu aku datang kemari bukan karena orang tuaku saja. Tapi juga untuk belajar lebih banyak. Aku bakal memulai semua prestasiku dari awal, enggak bahkan lebih baik dari sebelumnya. Karena itu aku mohon bantuannya ya," kataku panjang lebar.

Pira terdiam, namun tak lama dia tersenyum dan mengangguk.
"Okee siap. Kamu bisa mengandalkanku kok."

Aku membalas senyumannya itu dengan anggukan antusias. Sekali lagi, kami pun kembali melaju ke kantin.

.
.
.
.
TO BE CONTINUE ....

Halo semuanyaa kami tim pelangi akan usahain untuk update seminggu sekali ya.... Ok👌

Dan ditunggu part selanjutnya.... cmiiw (◠‿◕)

NOTTE SEGRETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang