II. SIAPA SIH?

35 11 3
                                    

Trigger warning :
Harsh words (omongan anak SMA)

---

"Ah ngentoooott!!!" Dew, teman sekelas Win, berteriak kencang sambil membanting pelan ponselnya ke atas meja belajar. Ia mengusap wajahnya frustasi karena kalah dalam satu babak permainan FPS yang baru saja ia kenali.

"Lo cupu sih!!" Kali ini adalah Nani. Teman Dew yang selalu dikaitkan dengan sepermahoan karena mereka berdua selalu bersama. Di mana ada Dew, di situ juga ada Nani.

Hari ini, tepat dua bulan setelah kejadian memalukan itu terjadi. Kejadian saat MPLS yang membuat Win mengutuk laki-laki itu 'hampir' seumur hidup.

Iya. Brian. Brian Jonathan. Ternyata masih kelas 11. Sebelas IPS 2. Kelas paling bobrok dan dibenci semua guru. Bukan karena meraka bodoh, namun karena sikap mereka yang kerap menjengkelkan.

Win berada di kelas 10. Tepatnya di lantai 2, 10 MIPA 4, yang berada di hadapan 11 IPS 2. Entah siapa yang membuat denahnya, Win menjadi malas keluar kelas jika tidak ada hal penting.

Puimek tiba-tiba memasuki kelas, "Guys guys guys! Bu Jeki nggak masuk kelas!"

"ALHAMDULILLAH."

"ADUH SENENG BANGET GUE."

Win tersenyum. Salting. Siapa sih yang nggak seneng kalau gurunya ga masuk kelas, dan nggak ngasih tugas?

Ya gue.

"Wiiiiin. Kabur ke kantin yuk?" Puimek tiba-tiba duduk di sebelah Metawin. Win mengangguk menyetujui. "Yuk."

Berjalan ke kantin tidak membutuhkan waktu yang lama. Sekitar dua menit hingga ia sampai di kantin. Kantin kecil yang isinya dipaksa untuk muat. Dari cireng hingga seblak dijual di sana. Demi meraup keuntungan dari murid-murid yang nyatanya adalah pemilik perut karet. Termasuk Puimek.

"Lo beli apa, Puim?" tanya Win, menghampiri Puimek yang berada di kios kantin Bu Hajah. Ia menggenggam sebungkus koko crunch yang rasanya seperti semalaman lupa disegel. Alias alot.

Puimek tertawa kecil. "Lo doyan ya, makan begituan."

Win menanggapi dengan senyuman menahan ketawa.

"Gue beli seblak. Agak lama sih, lo mau balik ke kelas duluan?" Puimek menatap Bu Hajah yang sedang memotong sayur untuk pesanan Puimek. Win menggeleng.

"Gue tunggu di situ aja deh," balas Win sambil menunjuk deretan kursi kosong yang menjadi tempat makan kantin. Puimek mengiyakan, hingga akhirnya Win mendaratkan bokongnya di atas kursi panjang paling ujung.

Samar-samar, terdengar suara berisik yang semakin lama semakin terdengar. Kalimat makian kasar memasuki indera pendengar Win tanpa permisi. Diluruskannya tatapan, hingga bertemu dengan kedua manik hitam legam Brian yang memperhatikannya dari kejauhan sambil membalas candaan temannya.

Win merinding.

"Eh gue lama gak?" Tiba-tiba Puimek duduk di hadapannya dan memutus rantai tatapan Win dengan Brian. Win menghembuskan nafasnya lega yang sempat tercekat selama beberapa detik.

"Engga Puim, mau naik?"

---

Kriiiing!!!

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Namun kesenangan mereka harus tertahan karena beberapa kakak kelas memasuki ruang kelas, hendak memberikan info.

"Eh tenang aja, bukan MPLS lagi kok." Barusan adalah kakak yang mengingatkan Win semasa MPLS tentang 5S7K. Dilihatnya sekeliling kelas. Suasananya mencekam, persis saat evaluasi MPLS dua bulan yang lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang