I. MULA-MULA

50 10 1
                                    

Trigger warning!
Bentakan, suasana MPLS, senioritas

---------------------------------------------------------

Nama : Metawin Nathanael Revanza
Kelompok : A
Sub Kelompok : A1
Motto : Do your best!
Absen : 17

---------------------------------------------------------

"LEMOT BANGET SIH?!"

"KALIAN ITU MURID DARI SEKOLAH TERBAIK. MASA JALAN AJA LELET BANGET?!!"

Suara bentakan yang kerap terdengar bersahutan dari ujung ke ujung sukses membuat Win merinding. Bukan hanya suara panitia yang keras dan lantang, namun wajah yang sengaja dibuat kesal melengkapi atribut fisik standarisasi komite kedisiplinan MPLS. Terlihat seperti skenario, namun berhasil ditutupi dengan setumpuk ketakutan dari anak kelas sepuluh yang baru saja lulus dari seleksi PPDB.

Penampilan Win sekarang jauh lebih rapih dari pada panitia MPLS. Nyatanya, kemeja dimasukkan ke celana, ikat pinggang mata satu, kaus kaki sebetis, serta rambut yang dipotong rapih tidak menyentuh telinga. Sebuah ID card berbentuk persegi panjang yang dilapisi plastik mika dijepit pada kantong kemejanya.

"Inget, Dek. ID card itu nyawa kalian." Ucapan dari pra-MPLS itu kembali terngiang di benaknya. ID card itu penting untuk lulus MPLS. Katanya.

Padahal MPLS bukanlah suatu penilaian.

Ngiiing!

"PERHATIAN!!"

Atensi Win awalnya berada pada wajah beberapa komite kedisiplinan kemudian tergantikan oleh suara teriakan yang lantang dari depan lapangan. Seorang laki-laki dengan balutan kemeja putih, celana abu-abu ketat, lengkap dengan atribut sekolahnya berdiri dengan tegap dengan dagu yang diangkat. Sombong. Pikir Metawin.

"Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah hari pertama akan dimulai. Rangkaian acara pertama adalah pengecekan atribut. Untuk adik-adik kelas sepuluh, diharapkan masuk ke cluster masing-masing," ucapnya. Perawakannya yang tegas membuat banyak anak baru berpikiran bahwa ialah yang menjadi ketua pelaksananya.

Win yang masih belum memiliki teman akhirnya hanya mengikuti barisan clusternya. Hingga kini ia sampai pada depan pintu kelas dengan plang besi bertuliskan "12 MIPA 1" yang ditutup oleh kertas HVS bertuliskan "CLUSTER A".

Beberapa teman-teman satu clusternya perlahan mulai memasuki ruang kelas. Satu persatu, jika lolos pengecekan atribut oleh komite kedisiplinan. "Metawin ... Nathanael ... Revanza." Namanya dieja oleh seorang perempuan yang bordir namanya dilapisi oleh lakban hitam. Sebuah pita berwarna hitam terikat di lengan kanannya. Mungkin melambangkan komite kedisiplinan.

Sorot matanya naik dari sepatu hingga ke ujung kepala Metawin. Seakan-akan sedang mencari celah kesalahan pada sosok Metawin yang nyatanya, tidak memiliki kesalahan apa pun pada atributnya. "Motto kamu kurang niat. Gimana mau lulus SMA kalau nulis kata-kata motivasi aja nggak niat. Udah sana masuk!" Sindiran itu berlaku untuk Win yang hanya menuliskan tiga kata pada motto hidupnya.

Who are you to say that I won't graduate from this highschool regardless of my motto? Pikir Win, setengah jengkel.

Win berjalan melewati perempuan itu, namun suara lantang seakan-akan menahannya. "SENYUMNYA MANA DEK? MAIN LEWAT AJA. PERMISI DONG!!"

Win mengabaikan kata-kata perempuan itu meskipun dirinya sudah takut setengah mampus. Diliriknya papan tulis yang barusan ia lewati, terdapat denah tempat duduk beserta nomor absen yang tertulis secara acak. Setelah dianalisis, Win menemukan nomornya tertulis pada denah paling belakang. Ia menduduki tempat duduknya. Tepat di belakang seorang murid perempuan yang mengenakan kacamata bulat dengan frame tipis ala Korea.

ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang